4. Sahabat

1.4K 182 10
                                    

Irene, Taehyung, Sarang, Min Chae dan Dong Guk sudah berdiri di depan untuk menjelaskan slide presentasi secara bergantian. Dimulai dari Sarang, Min Chae, dan Dong Guk. Kemudian Irene melanjutkan.

"Baiklah. Seperti yang kalian lihat, ini adalah grafik pertumbuhan potensial dan pertumbuhan sebenarnya. Kurva A-B merupakan kurva kemungkinan produksi," jelas Irene seraya mengarahkan sinar laser merah pada titik kurva yang ia jelaskan.

Profesor Han mengangguk salut dengan kelompok Irene. Mereka menjelaskan secara gamblang tanpa melihat makalah seolah sudah benar-benar hafal di luar kepala.

"Berikutnya akan diteruskan oleh Taehyung sunbae," kata Irene lantas memberikan microphone pada Taehyung.

Taehyung berdehem. Jujur, ia sama sekali tidak membaca makalah yang diberikan Irene tempo hari. Tentu saja ia tak mengerti apa itu kurva A, apa itu kurva B, dan segala materi yang ada di slide presentasi. Saat dosen menjelaskan pun, dia tak pernah mendengarkan dan asyik bermain game di ponselnya.

"Eeem ...." Taehyung kelabakan membuka makalah, cepat-cepat mencari bagian yang harus ia jelaskan.

Profesor Han menghela napas jengah. "Sudah saya duga."

Tangan Irene mengepal marah. Presentasi yang seharusnya berjalan lancar dan sempurna ternyata harus dikacaukan oleh satu orang, membuat kesempatannya memperoleh nilai A di mata kuliah profesor Han menjadi menipis.

Profesor Han melihat arlojinya. Ia sudah kehabisan waktu mengajar di kelas Irene karena ada jadwal perkuliahan di kelas lain. Ia tidak bisa hanya duduk diam menunggui Taehyung mempelajari makalah.

"Baiklah. Saya akhiri perkuliahan hari ini. Sampai jumpa," kata profesor Han yang bergegas keluar kelas, diikuti para mahasiswa yang lain.

"Apa sunbae puas mengacaukan presentasi kelompok kita?" tanya Irene menegur. "Bobot nilai presentasi cukup banyak, sunbae. Apa kau tahu itu?"

"Aku tahu," timpal Taehyung santai.

"Kenapa ... kenapa kau tidak mempelajari makalah yang kuberikan kemarin hah?"

"Aku lupa."

"Sudahlah, Irene. Percuma memarahinya. Semester lalu aku pernah satu kelompok dengannya dan dia mengacaukan presentasi sama seperti sekarang," kata Sarang ikut geram.

Taehyung tak peduli dengan presepsi orang lain terhadap dirinya. Dia sudah biasa mendengar cacian dari orang lain karena kemalasannya. Sejak awal, dia sama sekali tak berniat masuk jurusan manajemen. Dia dipaksa kedua orang tuanya. Dan hal itu membuatnya tak memiliki kesungguhan dalam menjalani perkuliahan.

Taehyung berjalan santai menuju mejanya, mengambil tas, lantas menggendongnya di salah satu pundak.

"Yaaaah Taehyung sunbae!" tegur Irene. Dia berjalan cepat, memegang pundak Taehyung, lalu membalikkan badan pemuda itu.

"Apa?" tantang Taehyung.

"Apa kau akan pergi begitu saja?"

"Iya."

"Kau pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa hah?"

"Lalu, aku harus berkata apa?"

"Setidaknya kau meminta maaf pada kami berempat. Karena kau, nilai presentasi kita jadi kurang memuaskan."

"Maaf." Taehyung tersenyum sinis. "Apa kau puas?"

"Kau sebut itu permintaan maaf yang tulus?" tanya Irene dengan mata berkaca-kaca. Ia teramat geram pada sosok Taehyung yang begitu menyebalkan baginya.

"Ke ... kenapa kau menangis?"

Setetes air mata jatuh dari bola mata Irene. Ia cepat-cepat mengusapnya.

"Kau menangis hanya karena mendapatkan nilai presentasi yang kurang memuaskan? Sungguh tidak bisa dipercaya," kata Taehyung.

"Mungkin nilai presentasi tak berarti bagimu, sunbae. Karena sunbae adalah anak orang kaya. Pakaian sunbae, celana sunbae, sepatu sunbae, semua bukan barang murahan yang dijual di pinggir jalan. Mungkin kuliah tak begitu penting bagi sunbae karena sunbae terlahir dengan sendok perak di mulut. Sedangkan aku?"

"...."

"Aku terlahir di keluarga miskin. Aku harus meraih nilai bagus di setiap mata kuliah agar aku memiliki pekerjaan yang bagus setelah lulus. Huh, Taehyung sunbae tidak akan mengerti." Irene membuka pintu lalu berlari menuju taman.

Taehyung masih mematung tak mengerti, mengapa ada seseorang seseorang yang menangis hanya karena terancam tidak mendapatkan nilai A.

Di taman, Irene menangis karena sebal dengan perilaku Taehyung. Sejak masuk kuliah, ia cukup tertekan karena dia tidak begitu suka dengan jurusan manajemen. Tapi ia memaksakan diri belajar siang dan malam, berusaha sebisa mungkin mendapatkan nilai A di setiap mata kuliah.

"Irene!" panggil Yoongi yang tiba-tiba duduk di sebelah Irene. Dahinya berkernyit saat mendapati Irene kelabakan mengusap air matanya. "Kau kenapa?"

"Tidak apa-apa," jawab Irene bohong.

"Ayolah, Irene! Kita sudah berteman sejak TK. Kau tidak bisa membohongiku. Katakan! Ada apa?"

"Aku ... aku terancam ...."

"Apa?" Yoongi terlonjak. "Kau diancam? Siapa yang mengancammu? Ayo katakan!"

"Yoongi, tenang dulu!" Irene menarik tangan Yoongi. "Tidak ada yang mengancamku. Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku."

"Lalu kenapa kau menangis?"

"Aku terancam mendapatkan nilai B."

"Hah? Hanya karena itu kau menangis?" Yoongi tergelak.

"Jangan tertawa! Kau tahu sendiri bagaimana perjuanganku mendapat nilai A. Aku tidak mau menjadi seperti Seokjin Oppa atau Hoseok Oppa yang hanya bekerja serabutan setelah lulus kuliah." Bibir Irene mengerucut.

"Eeeeh jangan cemberut seperti itu." Yoongi mencubit kedua pipi Irene dengan gemas.

"Yoongi!" Irene menghempaskan cubitan Yoongi dari pipinya.

Yoongi kembali tergelak. "Sudahlah. Jangan bersedih lagi! Ayo kita cari Yeri dan Jimin saja! Aku akan mentraktir kalian semua ice cream. Bagaimana?"

Irene tersenyum lalu mengangguk semangat.

❤❤❤❤❤
Kamis, 4 April 2019

Vote dan komen ya buat penyemangat 😘

Jangan lupa follow IG ku
Ig => zaimatul.hurriyyah

Gomawo Taehyung SunbaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang