6.

6.2K 230 69
                                    

Sorry for typo

Sinar matahari mulai menerangi kota New York. Di sebuah apartment berukuran kecil, seorang gadis kini tengah tertidur pulas. Sampai sebuah ringtone berbunyi, dan langsung membangunkannya.

"Hallo?" Loren langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang menelponnya, dipagi buta ini.

"Loren?" Panggil seorang pria disebrang sana.

Loren mengernyit, "Kak Baron!" Ucap Loren senang, menggantikan kantuknya dengan sebuah senyuman manis.

"Sst! Kau tidak ingin membuat gendang telingaku pecah bukan?"

"Tidak! Tapi—aku sangat senang!"

Baron terkekeh dengan perilaku adik kecilnya ini. Baru saja ditinggal satu hari, namun, Baron sudah sangat merindukan celotehan Loren.

"Kak Baron kenapa menelpon?" Tanya Loren.

"Ehm, aku sebenarnya ingin memberitahumu—bahwa kau akan melakukan beberapa interview."

Loren kini bertambah terkejut, "Apa! Aku dapat pekerjaan?!"

"Masih belum. Hanya interview"

"Tapi kenapa bisa, secepat ini?" Tanya Loren lagi merasakan kejanggalan.

Baron menghela nafas di sana, "Dengan bantuan Bram. Tapi kau akan masuk ke beberapa kantor itu dengan usahamu sendiri."

"Wah. Ini gila! Aku akan bekerja Kak!"

"Sudahlah, jangan terlalu senang. Interview itu akan berlangsung hari ini semua, dan kau sepertinya baru bangun?"

Loren membulatkan mata, "Apa! Shit kenapa kau tidak memberi tahu!" Panik Loren, kini meloncat dari ranjangnya.

"Language! Baru—" Loren kemudian langsung mematikan panggilan dari Baron dan segera berlari ke kamar mandi.

***

Interview kedua Loren. Sekarang Loren butuh permen lagi. Setelah interview pertama tadi yang berjalan kurang mulus, karena itu adalah interview pertama Loren. Kini dia butuh sesuatu yang manis, untuk menghilangkan rasa panik serta gugupnya. Dan permen adalah satu-satunya yang cocok.

"Sial! Aku sekarang sangat butuh permen!" Ucap Loren gusar sambil melangkah bolak-balik seraya menggigit kukunya.

"Mrs. Loren?" Tanya seorang perempuan berusia sekitar 30 tahunan tiba-tiba.

Loren terkejut, "Y-Ya?" Jawabnya ragu.

"Your turn. Kau akan diInterview langsung oleh pemilik perusahaan ini. Jadi bersiaplah dulu." Perempuan itu kemudian pergi entah kemana.

Loren pun menghela nafas, lalu sedikit merapikan rambutnya dan masuk ke sebuah ruangan yang berpintu besar itu.

'Klek' dia pun menutup pintu tersebut, dan berjalan perlahan sambil menunduk.

"Jangan menangis cloud, daddy mohon!" Ucap seorang pria.

Loren dalam tunduknya kini terheran, apa dia salah masuk ruangan? Kenapa sekarang ruangan ini terdengar suara tangis seorang bayi? Dan tentunya suara pria yang menamakan dirinya daddy.

"Ehem!" Loren berdeham dan terus menunduk.

Mendengar suara dehaman, pria tersebut pun langsung berjalan ke arah Loren dengan angkuh dan helaan nafas lelah.

"Duduk!" Ucapnya dingin. Membuat Loren langsung duduk dengan nyali yang tiba-tiba menciut.

"Apa keahlianmu?" Tanya pria bernama Lucky itu.

Loren tersentak dengan pertanyaan to the point itu, "Aku tidak tahu—" jawab Loren refleks, ada apa dengannya?

"Pengalaman?"

"Ehm, aku baru saja diusir dari rumah dan tidak pernah bekerja jadi—"

"Keluar!" Kata Lucky dengan nada sedikit marah kali ini.

Loren mengangkat kepalanya, apa-apaan ini. "Aku tapi dapat melakukan apapun!"

"Aku juga bisa menghentika tangisan bayi!" Lanjutnya speechless.

Lucky yang kini berada dipuncak kemarahan pun tidak dapat menahan gejolak, "Kau bodoh. Kau tidak berbakat. Kau tidak pantas bekerja di sini, bahkan menjadi seorang office girl!"

"Sekarang, keluarlah!" Ujarnya dingin dan ketus.

Loren terkesima. Laki-laki dihadapannya ini sungguh kasar dan tak punya hati. Loren kesal, setidaknya laki-laki ini tidak perlu menghinanya.

"Fuck you! Pantas saja anakmu menangis terus, kau bahkan sangat kasar!" Kata Loren lalu pergi. Di susul kini suara tangisan menggelegar kembali. Membuat Lucky terkejut 2 kali lipat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang