Akhirnya... setelah cukup lama hiatus nulis hampir 5 bulan, bisa balik lagi dengan cerita ini 😌 cerita yg kuposting dari tahun lalu, tapi terbengkalai dan mungkin lapak ini sudah berbedu. Pastikan bawa lap dulu sebelum baca 😂 Mohon dukungannya 🙏🏻 Jangan terkecoh dengan blurb, kemungkinan cerita ini nggak akan berat bgt konfliknya.
🍃Happy Reading🍃
Keributan di pagi hari bersama adiknya telah usai. Kini saatnya Leony membantu ibunya melayani di depan. Warung sudah mulai ramai dipenuhi oleh pekerja pabrik di sini. Matahari pagi dan segarnya udara persawahan menembus kulit. Embun bahkan masih belum berjatuhan dari helai daun padi yang menguning. Ada sebagian pekerja yang agak menggigil saat angin bertiup cukup kencang padahal setelan pakaian kerja mereka cukup tebal dan berlengan panjang.
"Teh, saya pakai telor dadar sama bakwan ya nasi uduknya," pinta salah satu pekerja sambil menyesap kopi panas yang baru saja disajikan Leony di atas meja.
"Iya, Kang," Marti dengan cekatan langsung melayani, pun dengan Leony yang hilir-mudik sedari tadi menyahuti permintaan dari pembelinya.
Cuma di pagi hari mereka sarapan di luar, selebihnya yang Leony dengar, ada jatah makan siang dan sore sebelum pulang. Semacam katering, atau... entah. Ia tidak terlalu jelas mendengarkan saat kemarin tidak sengaja dengar percakapan ibunya dengan Manajer Pabrik.
Rata-rata usia para pekerja yang jumlahnya ribuan orang ini 20 sampai 30an tahun. Yang paling tua, sepertinya Manajer Pabrik itu. Mungkin sekitar 50 tahun lebih. Sebagian rambutnya bahkan sudah dilapisi uban. Ada juga beberapa WNA yang dipekerjakan di sini dengan posisi setara. Mereka disegani oleh banyak pekerja. Tetapi manajer pabrik orang lokal, sepertinya cuma Pak Amran saja. Dia bekerja di sini sudah sangat lama. Beberapa kali, Leony pernah melihat lelaki tua itu mengobrol di gerbang depan dengan orang-orang berjas rapi yang tampak mahal. Sepertinya orang kota. Atasan seluruh pekerja di sini.
"Leony, itu rambut kamu dipotong lagi? Jadi nambah ganteng gitu ya, aku jadi merasa tersaingi nih." Ujar seorang pemuda yang baru saja sampai dan langsung mencomot bakwan di piring. Bekerja di bagian pembuatan mesin sparepart mobil, sepertinya membuat ototnya terlihat sangat kuat. Dia cuma mengenakan kaus dalam putih tanpa lengan. Tubuhnya tinggi dengan rambut ala tentara dan memiliki kulit kecoklatan.
"Iya nih. Kali aja nanti pabrik ngebutuhin karyawan baru. Jadi aku bisa sekalian daftar." Timpal sarkas Leony. Ya, rambutnya pendek nyaris seperti anak lelaki. Kulitnya agak kecoklatan gara-gara sengatan matahari. Ia membantu ibunya berladang juga saat di warung sudah selesai daripada bengong di kamar. Dadanya rata yang lebih sering dilapisi kaus oblong kebesaran. Dan ... ia juga tidak terlalu cantik. Tidak heran jika banyak yang bilang kalau ia dan adiknya tidak mirip sama sekali.
Pemuda bernama Fandy itu terkekeh. "Tulang kamu nanti langsung rontok angkat-angkat besi dan baja," seraya menatapi tubuh ceking Leony, kemudian menggeleng. "Coba abang fitness dulu deh gedein otot. Jaga-jaga takut retak."
Leony meletakkan piring dan melipat kaus bagian lengannya memperlihatkan ototnya. "Ini otot semua. Buat nonjok kamu, bisalah gigi rontok semua. Boleh diuji coba kalau mau." Sambil berusaha menyembulkan otot lengan ke permukaan dengan bangga dan menepuk-nepuknya.
Fandy menyeringai dan memilih membuang muka jengah. "Tetep nggak akan bisa lah, Bang, kalau bagian berat. Tulangnya tipis banget. Lagian kamu telat sih. Padahal bulan kemarin pabrik ada buka lowongan buat cewek juga. Di lapangan sama di bagian gudang. Ada juga di bagian kantor cabang sebagai Admin."
"Ijazah masih belum ada. Lulus aja belum pas kemaren. Yang daftar juga banyak banget. Kata Pak Amran lebih dari 700-an." Gerutu Leony sambil menatap lemas plang besar pabrik dari kejauhan yang bertuliskan PT. AutomatriX Steel. Pabrik ini hampir memenuhi semua lahan di desanya. Rumah warga asli yang tersisa sekarang bahkan bisa dihitung dengan jari. Tetapi hal baiknya, perusahaan itu membangun jalan desa yang tadinya rusak, kini terlihat paten. Tentu saja untuk kepentingan pabrik hal utamanya agar kontainer-kontainer besar pengangkut bahan baku bisa masuk dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Wedding
RomanceMenikah di usia 18 tahun bukanlah keinginan Leony. Memasuki kehidupan seseorang bernama Steve Marvin Adynata, Direktur perusahan besar di Jakarta yang kebetulan pabrik besarnya memenuhi hampir semua lahan di desanya. Terpaksa. Tidak memiliki piliha...