Chapter 3

11K 1.3K 105
                                    

Haloo... mohon dukungannya untuk cerita ini yaaa 🙏🏻 Jika ada typo atau ada yang keliru, jangan sungkan untuk mengoreksinya 😊😊


🍃Happy Reading🍃


Kesibukan di pagi hari telah mulai terlihat di salah satu gedung tertinggi di antara bangunan lain di sekitarnya. Desain gedung itu terlihat unik dan menawan dengan bentuk menyerupai pena yang melancip ke atas. Sign board bertuliskan AUX Company di depan gedung bagian paling atas cukup mampu membuat mata berbinar kagum untuk sekadar melihat lebih lama. Setiap lantai telah dipenuhi oleh lalu-lalang orang-orang yang telah terikat dengan sibuknya aktivitas pagi ini. Ada total 51 lantai dengan berbagai fasilitas di dalam termasuk perkantoran, showroom mobil, Bank, dan restoran mewah serta dilengkapi dengan cafe.

Lelaki berpakaian rapi dengan jas kantor licin mengilat itu melenggang masuk menaiki lift khusus para Direktur perusahaan besar ini setelah mendapatkan sapaan dari para bawahannya. Ia melepaskan kacamata hitamnya, memberikan pada sekretarisnya sesampainya di dalam. Gaya bossy, nada bicara yang dingin dan serius, kontras dengan wajahnya yang tampan seakan ia sosok yang hangat. Ia memiliki kulit seputih salju tanpa cacat, bibirnya merah, hidungnya mancung, sepasang bola mata yang cerah dengan alis tebal, seolah Tuhan begitu menyayanginya hingga apa yang ada dalam dirinya diciptakan dengan hati-hati dan teliti. Tidak cukup memiliki wajah tampan bak gambaran dari khayalan para kreator Webtoon, tubuhnya pun tinggi dengan bentuk yang proporsional.

"Jam berapa Presdir akan datang?" tanya lelaki itu seraya mengecek ponselnya yang baru saja berbunyi tanda pesan masuk.

"Sudah dipastikan pukul 9, pagi ini. Presdir sudah di perjalanan menuju ke sini. Mohon untuk segera bersiap-siap. Direktur dari PT. Govindo Group pun akan segera sampai tidak lama lagi."

Lelaki itu tersenyum kecil, bukan untuk informasi yang didapat dari sekretarisnya, tapi pada apa yang dia baca di layar ponselnya. Memasang wajah serius lagi, dia mematikan ponsel dan memasukkan ke dalam saku celana setelah mendapatkan suntikan energi dari si pemilik hatinya.

Dilihatnya arloji yang melingkari pergelangan tangan telah menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit. Tidak lama lagi, salah satu klien pentingnya akan datang. Termasuk Johnny Adynata, Kakeknya sendiri juga akan menghadiri rapat penting pagi ini.

Lift terbuka, sekretaris itu menahan pintunya dan dengan sopan membiarkan bosnya berjalan keluar lebih dulu sebelum dirinya menyusul di belakang berusaha menyejajarkan setiap langkah kaki panjang bosnya.

"Siapa saja yang akan hadir di rapat nanti?"

"Ada empat orang perwakilan dari Govindo Group, termasuk Direktur dan Manajer keuangan. Dari AUX, Pak Johnny, Anda, Pak Marcel, Manajer dari divisi Import dan dua orang tim marketing kita."

"Siapkan ruangan meeting senyaman mungkin. Atur pendingin ke angka yang pas. Presdir belum sembuh total." Titahnya mengingat kondisi kakeknya yang sudah berusia 75 tahun menurun drastis dari beberapa minggu lalu, tetapi tetap bersikeras memaksakan diri ikut hadir menemui tim dari perusahaan klien pertamanya.

Sudah lebih dari empat puluh tahun perusahaan ini berdiri, dan kerjasama mereka berkembang dengan baik sebelum hari ini. Ada perubahan data harga bahan pokok yang diimport dari Korea dan Jepang, mengakibatkan pembayaran yang membengkak saat AUX memasok beribu mesin mobil yang siap dipasang tanpa konfirmasi terlebih dahulu pada bagian keuangan mereka perihal invoice yang ditanggungkan. Miss komunikasi antara pihak Govindo dan AUX yang berakibat fatal.

"Baik, Pak Marvin. Saya akan cek kembali dan pastikan." Sekretaris bertubuh tinggi dan langsing itu menyanggupi.

Lelaki itu memasuki ruangan kebesarannya, sekretaris itu mengangguk sopan. "Kalau begitu saya permisi ke ruangan meeting sebentar. Saya akan infokan jika Presdir dan orang Govindo sudah datang."

Fake Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang