Penghujung Senja-1

91 15 0
                                    

Ma....
Gadis kecil itu berlari menuju ruangan putih. Ruangan paling dibenci oleh siapapun yang harus menginap di sana. Ruangan berbau obat-obatan dan dingin. Hanya sepi yang melanda setiap harinya.

Varsha Balasoka nama gadis itu. Kesehariannya hanya menunggu ibunya yang sakit. Berharap sekali untuk segera pulang dan kembali berjumpa dengan dunia anak-anak yang selayaknya ia dapatkan.

Varsha membuka pintu kamar. Tersenyum kecil sambil menatap ibunya. Dimata gadis itu terlihat sesuatu yang rapuh. Bidadari yang berjuang untuk sembuh. Varsha mendekati wanita tersebut. Duduk disampingnya. Menunggu keajaiban Tuhan untuk segera mengakhiri rasa sakit pada ibunya.

"Ma... Varsha ulang tahun kan hari ini?"

Belum ada jawaban atas kalimat itu. Ibu Varsha hanya menarik tangan mungil buah hatinya. Membelai lembut penuh cinta rambut Varsha yang tergerai indah. Wanita paruh baya itu mengecup kening malaikat kecilnya dengan kehangatan. Saat itu juga air mata membasahi pipinya.

"Ma... Jangan nangis"

"Mama gak nangis sayang. Oh iya, sekarang umur Varsha berapa tahun?"

"6 tahuuunn..." Dengan gembira Varsha menjawabnya.

"Mau hadiah dari Mama gak?"

"Iya Ma, aku mau" Suara Varsha begitu bersemangat.

"Kamu pengen pulang ke Indonesia kan? Besok kita pulang ya, pasti kamu kangen banget kan sama Haikal?"

"Itu hadiah buat Varsha? Berarti Mama udah sembuh dong? Horeee pulang"

Ibu Varsha tersenyum bahagia melihat buah hatinya bersorak gembira. Varsha yang polos hanya berteriak kegirangan di ruangan putih itu. Sudah beberapa hari ini Varsha meminta pulang ke Indonesia. Bukannya tidak suka dengan negeri Jiran tersebut, melainkan ia hanya bosan dengan ruangan putih yang kini ia pijak. Bosan dengan aromanya, ruangan mengerikannya, bahkan hawa dingin yang terkadang mengganggu daya tahan tubuhnya.

Selain itu, Varsha rindu dengan keluarga pantinya. Terutama Haikal. Varsha diadopsi ketika dia masih bayi. Varsha tidak pernah dibohongi oleh keluarga angkatnya. Varsha selalu diberi tahu bahwa dia bukan anak kandung dari wanita paruh baya yang kini tepat berada dihadapannya. Bersama keluarga angkatnya tersebut, Varsha selalu mengunjungi panti setiap seminggu sekali.

Tepat umur Varsha 4 tahun, kebahagiaan itu terenggut ketika ibu angkat Varsha divonis mengidap penyakit berbahaya. Penyakit tersebut juga yang membuat ibu angkatnya tidak bisa memperoleh keturunan untuk selamanya. Penyakit itu yang menyebabkan Varsha bersama ibunya harus berada di Malaysia saat ini.

Sebelum genap satu tahun keberangkatan mereka ke Malaysia, Ayah angkat Varsha menikah dengan wanita lain di Indonesia. Untung saja, dia berbicara terlebih dulu pada ibu. Ibu menerima dengan hati yang terluka. Berpura-pura tegar dan mengikhlaskan segalanya. Padahal, malam itu, ketika ia berbicara di telpon bersama ayah, tak sengaja Varsha melihat air mata ibu berlinang. Tapi tutur kata yang terlontar begitu bahagia seolah-olah menutupi derai air mata yang membalut pipinya kala itu. Varsha yang tidak tahu apa-apa hanya diam.

Malam itu adalah malam menyesakkan bagi ibu Varsha. Sosok yang begitu ibu Varsha cintai harus membagi hatinya dengan wanita lain. Hal tersebut jelas dilakukan karena ayah ingin memperoleh keturunan.

Kali ini, apakah Mama benar sembuh? Apakah kita akan pulang dengan bahagia? Mengapa kegelisahan ini datang ketika semua bahagia ini terasa nyata? Aku hanyalah anak kecil usia 6 tahun yang kehilangan mimpi. Apakah harus aku yang merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya?

Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang