Penghujung Senja-2

51 6 0
                                    

Ketukan pintu begitu nyaring. Bunyi pintu yang di dorong pun terdengar. Langkah itu akhirnya datang. Sosok yang bisa kembali ku dekap. Sosok yang amat ku rindukan selama dua tahun terakhir. Haikal Diratama. Aku sudah pulang, batin Varsha.

Haikal masuk ruangan yang kini menjadi tempat rawat inap baru untuk ibu Varsha. Haikal adalah anak laki-laki usia delapan tahun. Dia adalah teman Varsha selama Varsha mengunjungi panti. Umur mereka selisih dua tahun, namun tubuh mereka tak berbeda jauh. Haikal mungkin terlihat lebih mungil dibandingkan anak se-usianya.

Varsha tersenyum melihat kehadiran Haikal. Tak lupa dan sudah menjadi hal yang biasa ketika mereka bertemu, mereka berdua berjabat tangan dengan versi yang mereka buat sendiri. Dua tahun lamanya tak membuat mereka lupa akan tos-tosan yang telah mereka buat bersama.

Namun ada yang aneh. Kini Haikal membawa teman baru. Haikal menggandeng anak laki-laki yang tidak sama sekali Varsha kenal. Penampilanya aneh. Ia memakai sarung yang dikenakan seperti jubah, topeng Spiderman yang kini menutup seluruh wajahnya, dan pedang-pedangan yang berada ditangan kirinya.

Haikal memperkenalkan anak itu. Awalnya Varsha enggan menjabat tangan anak itu. Tapi ia paksa karena ada Haikal yang kini menunggu mereka bersalaman. Tak habis pikir, anak itu ternyata bisa tos-tosan yang Varsha buat dengan Haikal. Ternyata anak ini telah mengambil Haikal sepenuhnya. Pikir Varsha.

"Saya Senjaya Adi Putra, bisa di panggil Senja."

"Aku Varsha, kok dia bisa tos-tosan kita Haikal?"

"Aku yang ajarin." Timpal Haikal.

"Tapi itu kan punya kita."

"Sekarang udah punya kita semua." Jawab Senja.

Anak itu dari awal sudah menjengkelkan. Dia merebut Haikal. Varsha mencoba mengambil Haikal kembali darinya. Varsha menuntun Haikal untuk mendekat dengan ranjang ibu.

Varsha menceritakan segala hal yang ia lakukan bersama ibu di Malaysia. Varsha menceritakan ketika ia harus tidur di sofa selama dua tahun terakhir. Varsha mengatakan kasur panti jauh lebih nyaman dibandingkan sofa tersebut. Varsha juga bilang disana ruangannya pun sama dengan disini, bau obat-obatan. Tak lupa juga Varsha bercerita tentang tempat favoritnya disana, yaitu taman belakang. Ada sepasang merpati putih yang dikurung di dalam sangkar besar. Terlihat aneh karena untuk sangkar sebesar itu hanya diisi dua merpati putih saja.

Haikal mendengar dengan khidmat. Dia tahu bahwa temannya itu butuh seseorang untuk mendengarkan segala ceritanya. Haikal dan Varsha adalah anak kecil yang dipaksa semesta untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Mereka mengerti satu sama lain. Nasib mereka sama. Dibuang oleh orang tua mereka. Namun Varsha lebih beruntung karena telah diadopsi.

Disisi lain ada yang sebal dengan ocehan Varsha. Ya orang itu Senja. Senja tak mendengar sedikitpun cerita Varsha. Ia menutup telinganya. Seolah-olah tak ada orang yang berbicara didekatnya. Hal itu membuat Varsha risih. Dari awal anak itu memang terlihat menyebalkan. Varsha memaki Senja.

"Ngapain sih kaya gitu, pulang sana!" Maki Varsha

"Oh, ok, ayo Haikal kita pulang main perang-perangan." Respon Senja.

"Kamu aja, Haikal biar disini!" Bentak Varsha.

"Saya perginya tadi sama Haikal, ya pulang juga harus sama dia lah!"

"G-gak, gak bisa, Haikal tetep disini!"

"Berarti saya juga tetep disini." Ucap Senja sambil menjulurkan lidahnya.

Haikal hanya terkekeh. Itulah Haikal tak pernah banyak basa basi. Apapun ia tanggapi dengan tenang. Beda halnya dengan Senja yang tidak berpikir sebelum bertindak.

Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang