Masih sekolah TK

10K 551 66
                                    


Dua belas tahun yang lalu....

“Anak-anak...! Silakan buka bekal kalian masing-masing, sekarang waktunya kita istirahat!”

Hore... hore... hore...!

Suara lembut seorang guru sekolah taman kanak-kanak itu, disambut dengan teriakan penuh semangat oleh murid-muridnya. Semua anak-anak di sekolah TK B bersorak penuh semangat sambil mengangkat kedua tangan mereka.

“Sudah-sudah! Tidak boleh ribut, sekarang ayo buka bekal kalian, ibu guru ke kantor dulu, ingat makan tidak boleh berantakan!”

Setelah ibu guru keluar kelas, semua anak-anak tampak terlihat bersemangat membuka kotak yang berisi makanan mereka. Semua anak-anak TK B yang memang sudah pandai makan sendiri, mereka begitu sangat gembira membuka bekal yang mereka bawa dari rumah.

Berbagai macam menu, dan jenis variasi makanan yang  bunda mereka bawakan, menambah nafsu makan bagi anak-anak seusia mereka.
Semua tampak terlihat lahap menikmati bekal dari orang tua masing-masing.

Kecuali Fransisco.

Fransisco menghela napas, saat membuka isi kotak makanannya. “Bubur lagi.” Anak berambut lurus itu menarik ujung bibir, hingga tercetak lesung pipit di bagian pipi kanannya.

Anak pendiam itu hanya mengintip kotak bekalnya, lalu memasukkan kembali ke dalam tas miliknya.

Matanya yang bulat Ia tebarkan pada ruang kelas, Ia menoleh ke kanan lalu menelan ludah saat melihat temanya sedang menyantap bekal burger buatan orang tuanya. Kemudian Fransisco menoleh ke kiri, Ia langsung mengusap air liur di ujung bibirnya saat melihat teman sebelahnya begitu lahap menyantap spageti buatan bundanya.

Fransisco menarik napas dalam-dalam lalu Ia hembuskan secara perlahan. Ia menidurkan kepalanya di meja, menggunakan kedua tangan untuk bantalan.

Bukannya Frans tidak suka dengan bekalnya. Menu sama yang tiap hari Ia bawa, membuat anak penurut itu merasa bosan untuk menyantapnya.

Dan keadaan ekonomi, juga kesibukan Ibunya sebagai orang tua tunggal, yang membuat Ia hanya mampu membuatkan bubur nasi yang hanya diberi bumbu garam dan penyedap, kemudian ada bawang goreng ditabur di atasnya.

“Kau tidak makan bekalmu?” Danil seorang anak laki-laki yang duduk dibelakangnya mengagetkan Frans. “Apa Kau tidak membawa bekal?”

Fransisco sontak mengangkat kepalanya, Ia melihat Danil yang sudah berdiri di sampingnya dengan memegang susu kotak yang sedang Ia minum. Sepertinya susu kotaknya sudah hampir habis terdengar dari bunyi suara yang keras, saat Danil meminumnya lewat sedotan.

“Aku tidak lapar.”

Danil mengetahui jika Frans sedang berbohong. Karena pada saat Frans berbicara, suaranya diiringi dengan bunyi yang terdengar dari dalam perutnya. Mungkin cacing di dalam sana sedang demo meminta jatah makan.

“Kau bawa bekal apa?” Danil bertanya sambil membongkar tas milik Frans yang ditaruh di sandaran korsi.

“Jangan!” Frans mencegah namun terlambat karena Danil sudah memegang kotak bekalnya.

“Kau tau? Aku sangat ingin mencoba bekalmu.” Danil sangat penasaran dengan rasa bubur yang setiap hari dibawa oleh Frans.

“Kau tidak akan suka.” Ucap Frans.

Danil termasuk salah satu anak yang terbilang cukup kaya, dan selalu membawa bekal yang enak dengan menu yang berbeda setiap harinya. Untuk itu Frans yakin, jika Danil pasti tidak akan suka dengan bubur buatan bundanya.

“Tapi Aku ingin mencobanya. Kalo Kau tidak keberatan Aku akan menukar dengan bekalku.” Danil berjalan ke bangkunya, namun tidak lama Ia kembali dengan kotak bekal miliknya.

“Ini,” Ucap Danil sambil menyodorkan kotak bekalnya, tangan satunya sudah memegang bekal milik Frans.

Frans terlihat tampak ragu untuk menerima bekal itu. Meski Ia masih anak-anak Ia tahu dan merasa, jika bekalnya tidak akan seimbang kalo ditukar dengan bekal milik Danil. “Apa kau yakin?”

Danil hanya tersenyum nyengir, hingga memamerkan gigi tengahnya yang ompong. Kemudian Ia berjalan ke bangkunya, mengangkat kursi kecil lalu menaruhnya bersebelahan dengan Frans.


Frans tersenyum simpul saat melihat Danil begitu lahap menyantap bubur nasi buatan bundanya. “Kau benar-benar menyukainya?” Frans mengerutkan kening, Ia merasa heran dan tidak yakin dengan apa yang Ia lihat.

“Ini enak,” Jawab Danil dengan  mulutnya yang masih terisi bubur nasi itu. “Kenapa Kau tidak makan?”

“Oh... Iya.” Frans mengalihkan pandangannya pada kotak bekal milik Danil. Bibirnya tersenyum simpul namun wajahnya tiba-tiba berubah murung.

“Kenapa? Kau tidak suka bekal ku?” Tanya Danil, yang kebetulan melihat Frans hanya memandang, belum menyentuh bekalnya, Ia merasa heran.

“Ah bukan. Ini pasti sangat enak.” Ia kembali murung saat melihat di dalam kotak itu, ada nasi yang dibentuk seperti bulan, kemudian ada dua paha ayam yang digoreng menggunakan tepung crispy, dan dilumuri saus tiram di atasnya. Melihat itu hatinya seperti dicubit, jujur Frans merasa iri dengan teman-temanya yang setiap hari selalu membawa makanan enak, dengan menu yang berbeda-beda.

Keduanya terlihat makan bersama dengan lahap, Frans dan Danil begitu menikmati makanan yang sudah mereka tukar.

Sebenarnya itu untuk pertama kalinya antara Fransisco dan Danil saling tegur sapa. Keadaan status sosial, yang membuat Ia kadang merasa minder untuk bergabung dengan teman-temannya.

Mungkin Danil merasa kasihan dengan Frans, karena Ia selalu melihat teman yang duduk di depannya itu selalu membawa bekal yang sama setiap harinya. Atau mungkin Ia benar-benar ingin mencoba bekal milik Frans, dilihat dari cara makannya, Danil begitu sangat menikmati bubur nasi itu.

“Frans... Ini untuk Mu.”

Frans menoleh pada gadis kecil yang sudah berdiri di sampingnya, sambil menyodorkan dua buah apel besar di tangannya.

“Bunda menyuruhku memberikan ini untukmu.” Erlina satu-satunya teman yang dekat dengan Fransisco. Gadis kecil dengan rambut yang dikepang dua itu sangat mengenal Frans, itu karena Fransisco selalu membantu bundanya mengantar hasil cucian yang sudah disetrika ke rumah Erlina.

“Terima kasih.” Ucap Fransisco dengan senyum meringis yang menampilkan deretan gigi susunya yang tidak ompong seperti Danil.



Fransisco kembali menyantap bekal milik Danil, setelah Erlina sudah kembali ke tempat duduknya. Anak yatim itu begitu lahap menikmati dua paha ayam. Sepertinya itu untuk pertama kalinya Ia makan enak. Sehingga bekal milik Danil Ia habiskan tanpa ada sisa sedikit pun.

“Bubur buatan bundamu sangat enak.” Danil menyodorkan kotak bekal milik Frans yang sudah kosong tanpa ada sisa. Danil juga sangat menyukai bekal milik Frans. “Bilang padaku Kalo kau ingin menukar lagi bekalmu.”

“Iya..” Jawab Frans, Ia juga mengembalikan kotak nasi milik Danil. “Terima kasih Danil.”

Danil menganggukkan kepala, lalu Ia mengangkat lagi korsinya dan duduk kembali di belakang Frans. Korsi TK ukurannya sangat kecil dan terbuat dari plastik, sehingga biarpun masih anak-anak Ia sanggup untuk mengangkatnya.

Jam istirahat di kelas TK B masih berlanjut, setelah semua menikmati bekal masing-masing, anak-anak terlihat sibuk bermain dengan mainan yang mereka bawa. Ada juga yang berlari keluar kelas, ada yang bergerombol, dan ada juga yang bermain perang-perangan bergaya layaknya super hero tokoh favorit mereka.



Sementara Fransisco hanya duduk saja dibangkunya. Ia sedang malas bermain karena pasti akan diganggu oleh temannya yang bandel dan suka menghina tentang kemiskinannya. Sementara Erlina sedang asyik bermain boneka dengan teman perempuannya. Fransisco tidak mungkin ikut bermain dengan teman-teman perempuan.

Frans menoleh pada bangku di belakangnya dimana ada Danil sedang duduk di sana. “Mainanmu bagus sekali.” Mata Frans berbinar melihat mainan robot remote kontrol yang sedang di mainkan oleh Danil. Lagi-lagi hatinya seperti dicubit, di rumahnya Ia sama sekali tidak memiliki mainan.

“Bundaku memberikannya waktu Aku ulang tahun,” Jawab Danil yang sedang fokus bermain.

“Pasti sangat mahal?” Tanya Frans menduga. Karena mainan itu terlihat sangat bagus.

“Aku tidak tahu..! Kata Bundaku ini tidak boleh rusak, Aku harus menjaganya.”

Frans hanya tersenyum simpul, matanya tidak berkedip memandang robot mainan milik Danil.

“Aku akan ke toilet, apa Kau mau menjaganya untuk ku?” Ucap Danil sambil beranjak, lalu memegang bagian depan celananya. “Aku ingin pipis.”
Fransisco mengangguk-anggukan kepalanya. “Tentu.”

“Terima kasih.” Danil berjalan cepat sambil memegangi alat kelaminya yang masih dibungkus celana seragamnya.

Sedangkan Fransisco hanya melihatnya dengan senyum yang memamerkan lesung pipitnya. Pandangan mata Fransisco kembali menatap robot mainan yang masih ditaruh di atas meja Danil, setelah anak bermata tajam itu sudah berada di luar kelas.

Perlahan Fransisco mengulurkan tangan untuk menyentuh mainan bagus itu. Namun tiba-tiba Ia urungkan karena takut jika nanti akan merusaknya. Oleh sebab itu Ia hanya berani melihat tanpa menyentuh mainan, yang terlihat sangat mahal itu.

“Aku pinjam.” Seorang anak laki-laki berbadan gendut mengambil mainan milik Danil dengan tiba-tiba.

“Noe... jangan!” Frans langsung berdiri, mencoba merebut mainan itu. Ia merasa punya kewajiban untuk menjaganya karena sudah mendapat pesan dari Danil. “Neo kembalikan, itu bukan miliku.” Ucap Frans sambil merebut mainan yang diangkat oleh teman paling nakal di TK B.

“Kau pelit sekali.” Tangan kiri Neo mendorong Frans hingga jatuh duduk tersungkup, sementara tangan kanannya mengangkat mainan robot milik Danil.

Frans bangkit dari jatuhnya, mencoba merebut kembali mainan itu. Neo jauh lebih tinggi dari Frans sehingga Ia agak kesulitan merampas mainan dari tangan anak berwajah penuh lemak itu.

“Kembalikan!”

“Aku pinjam!”

“Jangan Neo!”

Aksi saling rebut terjadi selama beberapa menit, kemudian Neo merasa kesal dan wajahnya terlihat penuh emosi.

“Kau pelit sekali ” Ucap Neo sambil menjatuhkan mainan robot itu ke lantai.

Praaak....!

Mata bulat Frans melotot tajam, mulut mungilnya terbuka lebar, saat Ia melihat mainan robot itu sudah rusak, dan beberapa bagian tangan, juga kaki terlepas dari badannya. Frans sangat terkejut ketakutan.

“Kau bodoh! Ini salahmu!” Ucap Neo sambil berlalu meninggalkan Frans yang masih melotot penuh dengan rasa kekhawatiran.

Tbc

Eternal Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang