“Hi... Hi... Hi...” Meri terpingkal, melihat wajah Danil yang shock, dan mendadak pucat. “Itu juga Aku bercanda Danil.” Ucap Meri setelah Ia menghentikan tawanya.
Danil menghela napas lega, “Ah.. kau ini.” Wajahnya terlihat merona dan salah tingkah.
“Kau terkejut? Kau cemburu?” Meri semakin menggoda Danil.
“Eem... Te.. tentu saja ti.. tidak.” Suara Danil juga terdengar terbata. Ia gugup.
Merasa terpojok, Danil mengambil rokok, lalu menyalakannya untuk menghilangkan rasa gugup. Setelah rokok Ia hisap, Ia berdiri sambil menyampirkan jaket kulit ke pundaknya. Ia berjalan ke arah pintu, lantas keluar dari salon Meri.
“Sudah kak, Aku pergi dulu, terima kasih untuk waktumu.” Pamit Danil dengan mulut yang masih menggigit sebatang rokok.
Meski kata-kata soal orang tua Erlina yang ingin menikahkan Erlina dengan Frans, hanya bercanda. Namun itu sudah membuat hatinya Danil gelisah, Ia-pun tiba-tiba merasa sangat cemas.
“Hati-hati Danil, kapan pun kau ingin curhat, aku siap mendengarkan.”
“Hem.” Danil hanya menjawab dengan menggumam.
Meri melipat kedua tangannya di perut, Ia tersenyum simpul, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Danil-Danil , Aku kira dulu kau dan Frans akan memperebutkan Erlina.” desis Meri setelah pemuda yang memiliki tato di badanya itu keluar dari salonnya.
Walaupun Danil tidak mau jujur dengan perasaannya, tapi Meri tahu persis, jika ada cinta untuk Frans di hati Danil.
Meri, Ia sebenarnya adalah seorang pria, namun berjiwa dan selalu berpenampilan layaknya wanita. Ia membuka salon sederhana, yang letaknya tidak jauh dari rumah yang dikontrak oleh Ibu Hana.
Sejak Frans kecil, Ia selalu dipotong rambutnya di salon milik Meri. Meri adalah waria yang baik, dan juga dewasa. Ia juga sudah menganggap Frans seperti adiknya sendiri. Kemiskinan pada Ibu Hana dulu yang membuat Ia prihatin melihat keadaan Frans. Bahkan Meri selalu menolak bayaran setelah selesai memotong rambut Frans, dan Ibu Hana. Itu sebabnya Ibu Hana juga sangat dekat dengan waria itu.
Tidak hanya Frans, Erlina juga sering potong rambut, dan melakukan perawatan di salon itu. Meski sebenarnya Erlina mampu datang ke salon yang lebih mahal, namun kebaikan Meri membuat gadis itu memilih salon Meri, menjadi tempat langgannya untuk melakukan perawatan. Sejak kecil Ia selalu datang ke salon Meri bersama Frans, meski hanya untuk sekedar bermain-main saja.
Meri tidak pernah merasa keberatan jika Frans, dan Erlina selalu ke salonnya untuk bermain. Karena waria baik itu sangat menyayangi keduanya.
Kemudian setelah Danil dekat dengan Frans, Ia juga sering ikut-ikutan memotong rambutnya di salon Meri.
Jika Ibu Hana sedang libur bekerja di rumah Pak Handoyo, tidak jarang antara Frans, Danil, dan Erlina, mereka bertiga menghabiskan waktunya di salon Meri. Sekali lagi, Meri tidak pernah marah, justru Ia merasa sangat senang.
Jadi, Meri sudah mengenal dengan baik, antara Frans, Danil, dan juga Erli. Sejak TK, SD, dan SMP, ketiganya sering potong rambut di salon Meri.
Kecuali pada saat SMA, Frans hampir tidak pernah menampakkan batang hidungnya di salon itu. Karena Ia harus pergi keluar kota untuk menyelesaikan pendidikannya di sekolah Taruna.
Tapi tidak dengan Erlina, wanita lembut itu masih menggunakan jasa Meri untuk perawatan rambutannya. Ia juga sangat akrab dengan waria itu.
Begitupun dengan Danil, pria yang sering menenggak alkohol itu, rela dateng agak sedikit jauh hanya untuk memotong rambutnya di salon Meri. Selain itu Ia juga sering datang ke rumah Erlina yang masih satu kelas dengannya. Jika sedang rindu dengan Frans, Ia juga sering bermalam di rumah Ibu Hana, yang sudah tidak bekerja di rumahnya lagi. Karena Pak Handoyo memberikannya sedikit modal untuk membuka warung kecil-kecilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love (End)
AcakCover by; @LilikCiah {LENGKAP} Militer & Bad Boy. Boy Love. 18++