AMORA

BAB 3

Suasana asri yang selalu ia rindukan,sebuah kampung yang pernah ia tinggali beberapa belasan tahun silam,yah hari ini seorang pria harus menepati janjinya pada almarhum dan almarhummah Abah dan uminya,meskipun ia jalani dengan berat,wasiat tetaplah wasiat yang harus ia jalani.agar orang terkasih bahagia di alam damainya.

Dengan bekal nomor telpon mbak Dewi pria yang mendapat julukan katrok itu mencoba menghubungi mbak Dewi.

"Assalamualaikum  mbak,ini saya sudah sampai persimpangan dekat tugu patin,aku harus arah mana lagi ya...?takutnya nyasar.pria itu terdengar bingung terdengar dari suaranya

"lurus aja Mas... Nanti dekat tugu patin ada RS maju sekitar dua kilo meter lagi, saya tunggu mas di pinggir jalan.saya pake baju hijau toska"jelas mbak dewi panjang lebar.

"oke mbak, makasih"sambungan terputus dan tak lama Mobil berwarna putih sampai dirumah bercat abu-abu.di depan rumah tampak perempuan beda usia, satu perempuan paruh baya dan  yang satu perempuan muda yang sedang hamil tua.

Mono turun menghampiri dua perempuan itu."Assalamualaikum  buk,mbak..!senang bisa bertemu dengan kalian"Mono berucap sopan dan hangat,sembari bersalaman.

"ibu juga senang bisa bertemu dengan Nak Mono.ayo masuk kita bicara di dalam saja! "Buk Ani dengan hati yang bahagia mempersilahkan masuk Calon menantunya itu. Sementara bola mata Mono sibuk menyusuri setiap sudut ruangan,dia penasaran dengan calon istri pilihan orang tuanya itu.

"nak mono mencari siapa...?Ucap buk Ani,Pria itu sedikit kaget. "ah gak ada buk,cuma heran aja kok sepi..?ucap pria itu penasaran. Tak lama Dewi membawa secangkir teh hangat."diminum mas, mumpung masih hangat! "Dewi menawarkan tehnya

"iya mbak terima kasih, gak usah repot-repot!"setelah mereka duduk bertiga di ruang tamu,pria itu mulai berbicara menjelaskan tujuannya kerumah keluarga Buk Ani.

"begini bu, saya kesini ingin membicarakan permasalahan wasiat perjodohan saya dengan putri ibu.ucapnya lembut.saya ingin segera menjalankan wasiat orang tua saya!"ucapnya mantap.

"syukurlah kalo memang begitu,tapi sebelumnya saya mewakili Momo,minta maaf ke nak Mono, karna Momo gak bisa nemuin nak Mono saat ini, karna anak ibu itu lagi di tugaskan di Medan selama tiga bulan, dan pesan Momo untukmu,jika kamu ingin menjalankan wasiat ini,Momo punya satu sarat kamu harus mencarinya sendiri,jika dalam waktu tiga bulan kalian tidak bertemu maka perjodohan ini dianggap batal dan wasiat pun hangus.tapi ibu berharap sekali nak, kamu bersedia menikah dengan putri ibu. anak ibu itu memang sangat keras kepala dan sedikit manja,jadi kamu harus lebih sabar,ya Nak...! ini demi wasiat orang tua mu dan suami ibu,tolong jangan kecewakan almarhum. "

Buk Ani berkata dengan sedih, tapi diwajah pria itu tampak tegang,dan tangannya sedikit mengepal. ia merasa dipermainkan oleh wanita pilihan orang tuanya itu.namun ada sisi lain yang membuatnya bahagia,sapaan bu Ani,sangat mengingatkannya dengan Ibunya,Mono itu panggilan kesayangan orang tuanya,hanya orang-orang tertentu yang memanggilnya dengan sebutan Mono.
Dengan dedikit kesal bercampur bshagis, akhirnya Mono berucap kembali.

"baik lah bu,kalau begitu saya minta nomor telpon putri ibu..biar saya yang akan menghubungi dia! "ucap Pria itu tegas.

"maaf nak henpon Momo tertinggal di rumah, dia pergi tidak membawa henpon,mungkin karna kemarin dia buru-buru makanya henponnya sampai tertinggal.ini henpon momo,tolong besok kalau ketemu nak Mono kasihkan kedia dan ini foto momo.!"

buk Ani menyerahkan satu lembar foto wanita berhijab yang memakai kaca mata,masih mengenakan baju seragam putih abu-abu.tangan Mono bergerak untuk menerima henpon dan foto calon istri wasiatnya itu.

"ini foto putri ibu waktu baru lulus  MA. namanya Momo,semoga kamu segera bertemu dengan putri ibu,maaf cuma foto itu yang ibu punya, soalnya Momo itu orangnya gak suka berfoto! "ibu berucap sembari menepuk bahu calon menantunya.sesaat Mono terkejut  dirinya gak pernah terpikir akan menikah dengan gadis belia yang baru tamat sekolah. sekilas Mono tersenyum manis,untuk menyamarkan keterkejutannya.