Hujan turun mengguyur kota ini,sejuk hembusan angin begitu menusuk tulang,bulu-bulu meremang karna suhu tubuh yang mulai tak bersahabat.
Dengan hati yang penuh sengan keresahan,tangan mungil yang gemetar karna dinginya angin, mulai bergerak menutup jendela-jendela kaca yang terkena percikan hujan,mataku terus nenatap arah luar,tanpa sadar tanganku bergerak ke kaca jendela dan ku ukir dengan indah namanya disana.
Rasa sakit,terus mengusik jiwaku, kenyataan akan pupusnya cinta yang baru saja bersemi...mampu melumpuhkan saraf otakku.aku tak bisa berfikir jernih.terlalu egois rasanya jika aku terus memupuk rasa ini,banyak orang yang akan tersakiti,terutama Ibu.ibu begitu berharap aku bisa bersanding dengan mas Mono,lelaki pilihan kedua orang tuaku,tepatnya sebelum ayahku meninggal.
Tapi haruskah aku menyerah dengan cintaku...!aku telah berkorban,membohongi keluargaku demi mempertahankan cintaku dengan Agung.mengingat Agung, hatiku kembali terluka,kenyataan pahit terpampang jelas,dia telah memiliki calon istri,...!,lantas apa yang harus aku perjuangkan...? "
"Cinta...? "
Tapi cinta yang mana...?Agung memang mencintaiku,tapi dia tetap akan menikah dengan calon istrinya... Kan..?aku memang bodoh mau diperdaya cintanya...! Atau... Hsruskah aku menerima lelaki katrok itu menjadi suamiku...?"Dengan kasar aku menghapus nama Agung yang ku ukir indah di kaca jendela.dengan satu tarikan nama itu hilang tersapu bersama air..!dengan gontai aku melangkah menuju kasur,kurebahkan tubuhku yang terasa lelah,dan kupaksakan mataku agar terpejam,namun nihil,mataku ternyata sama keras kepalanya denganku...mata ini terus tercelang..dan pikiranku mulai menerawang.
Detak jarum jam mulai terdengar lelah di telinga,karna ia berputar setiap hari tanpa henti,sama seperti otakku, yang tak henti memikirkan jalan hidupku.
Matahari dengan garangnya membangunkan tidurku,tak taukah dia aku baru terlelap hanya dua jam yah, malam tadi aku baru bisa terlelap setelah jam tiga lewat tiga puluh menit.
Dengan segera aku bangkit,membersihkan diri, untuk absen kepada sang ilahi,aku gak mau mendapatkan alfa dari Allah...karna dengan hadir menghadapnya aku mendapatkan kedamayan.cintaku pada Agung memang begitu dalam tapi aku lebih mencintai Tuhanku.karna dengannya aku bisa menangis meraung,tanpa ada yang protes.
Pagi ini aku sudah duduk manis di kursi ruanganku,semua file telah ku bereskan dalam satu map,aku tinggal menyerahkannya ke bu Tuti,karna posisiku di kantor ini hanya sebagai stafnya buk Tuti.
Pagi Ra,..! ih..tumben gak telat..? "Nuni pagi-pagi mulutnya udah mulai nyiyir ya
"pagi Nik..."jawabku singkat tak seperti biasanya.dan sekilas Nunik mengerutkan keningnya,mungkin dia heran dengan jawabanku yang singkat.namun sedetik kemudian ia tersenyum, sepertinya dia tau jika aku sedang bad mood.
"Ra...file yang saya minta tadi sudah selesai...? "suara bu Tuti mengejutkanku."sudah bu"aku lantas berdiri hendak menyerahkan file itu ke bu Tuti, tapi belum sempat aku melangkah buk Tuti kembali berucap
"antarkan file itu keruang pak Agung Ra.. "
"tapi bu..saya masih me..."
"sudah antarkan saja,nanti baru lanjutkan jerjamu"dengan lemas aku melangkah,susah memang untuk ngebantah perintah bu tut, semua yang ia perintahkan harus segera dikerjakan.Sampai di ruangan pak Agung, aku ketuk pintu bercat hitam itu, baru satu kali ketukan suara di dalamnya mengintrupsikanku untuk masuk
"masuk"
ucapnya tegas,akupun melangkah mendekat kearah meja kerjanya dan menyerahkan map berwarna merah yang ada di tanganku."ini pak...berkasnya"setelah kuletakkan aku memutar tubuh hendak keluar,namun suara berat itu menghentikan langkahku.
"kamu gak kangen sama saya...Ra?"ucap Agung sarkas,dengan males aku menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
Short StoryAmora Yasir,gadis ayu yang dilema karna cinta yang membuatnya rumit.jatuh hati dengan atasanya yang bernama Agung. cintanya bersambut.namun harus kandas di jurang wasiat.Agung si bos sudah memiliki calon istri. Sementara Amora sendiri telah dijodo...