Setelah hiatus selama hampir 2 tahun, aku kembali gais. Semoga masih pada inget cerita Rara yaa, hehe. Hope y' all like this, happy reading ♥
Semilir angin sejuk pagi menerpaku kian menembus tulang yang merangsang syarafku dan spontan membuatku meninggalkan dunia mimpi beralih ke dunia nyata. Kulirik jam, ternyata sudah pukul 08.00. Segera aku bergegas untuk mandi dan bersiap untuk pergi dengan Tian sesuai ajakannya kemarin.
Pukul 09.40 Tian sudah tiba di rumahku. Dia memang sosok yang tidak bisa dikaitkan dengan kata "telat", prinsipnya, "lebih baik menunggu daripada ditunggu". Betapa beruntungnya aku memiliki pacar ehm.., maksudku calon pacar sepertinya.
Jujur, aku tak tahu kemana Tian akan membawaku pergi. Setelah berpamitan dengan mama dan papa kami berdua langsung menuju mobil Tian. Yang artinya mungkin kami akan pergi menuju tempat yang lokasinya cukup jauh karena yang kutahu selama lokasi yang dituju oleh seorang Christian Mark Anantha dekat, pastinya ia akan menggunakan motor. Tak ingin bertanya, kubiarkan aku tersesat dalam diamku. Kubiarkan Tian membawaku ketempat tujuannya, yang pasti selama bersamanya kutahu aku akan selalu dalam keadaan baik - baik saja. Entah apa yang terjadi denganku. Selama perjalanan aku sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun. Aku yang biasanya banyak berceloteh memilih untuk tidak membuka suara dan menatap lurus ke jalanan. Sampai akhirnya Tian memecah keheningan,
"Kok diem?"
Tanpa menyahut, aku hanya menatap wajah nya sembari menggeleng seolah menjawab 'ga apa-apa'.
Aku kemuadian memasangkan earphone yang telah kusambungkan ke ponsel ke telingaku. Kupejamkan mataku sambil menikmakti lagu demi lagu di playlist favorit ku.
Tian melepas earphone ku, mengusap halus rambutku.
"Ra bangun, udah sampe."
Ternyata sepulas itu tidurku hingga tak sadar bahwa kami sudah tiba.
"Kita dimana?" tanyaku yang masih saja belum tahu sedang dimana kami saat ini.
"Puncak."
"Bogor?"
Tian mengangguk, ia menarik tanganku menuju tempat yang menurutku mirip saung. Kami duduk disana. Udara sejuk khas puncak ini, membuatku sangat menikmati keindahan disini. Tempat yang sejak dulu ingin sekali kukunjungi namun tak pernah kesampaian. Menyebalkan. Padahal jarak Jakarta - Bogor sebenarnya amatlah dekat. Tapi hari ini aku begitu puas. Akhirnya aku bisa menghirup udara segar tanpa polusi seperti jalanan Jakarta ditambah lagi dengan pesona keindahan alamnya.
Kagum menikmati pemandangan, Tian membuyarkan keasyikanku.
"Foto yuk!" katanya sambil mengeluarkan ponselnya dari saku.
"Boleh."
Puluhan momen sudah kuabadikan bersama Tian di tempat ini. Mulai dari foto selfie dengan bibir tersenyum, foto dengan wajah konyol, hingga foto candid yang diambil oleh salah satu pengunjung yang Tian mintai tolong. Ia berhasil mengembalikan mood ku.
Menikmati soto mie khas Bogor sebagai makan siang. Hingga menelusuri spot demi spot foto bagus lainnya. Menghabiskan waktu hampir seharian ditemani lelucon Tian yang selalu mengundang tawa.
Tanpa kusadari, ternyata senja hampir tenggelam.
"udah sore"
"baliknya entar lagi ya, please" mohon ku pada Tian.
Bukannya menyahut, Tian malah menarik tangan ku, membawa ku ke sebuah pondok yang lebih kecil dari saung, entah apa namanya.
Tian lalu membuka obrolan,
"Ra, gue boleh jujur ga?"
Aku mengangguk.
Dia meraih kedua tanganku.
"Bertahun - tahun kenal sama lo, deket sama lo, sampe nyatain perasaan sama lo, itu bener - bener hal yang paling berarti dalam hidup gue Ra. Lo itu berarti banget buat gue. Dan gue yakin lo pasti tau kalo gue sayang banget sama lo Ra. Gue ga mau kehilangan lo Ra. Hari ini, gue mau Puncak jadi saksi kalo gue takut banget kehilangan Rara gue. Gue mau puncak jadi saksi kalo gue mau Clara Putri Alyenza, jadi pacar gue. Will you be my girlfriend? "
Pernyataan Tian berhasil membuat mataku berkaca - kaca sekaligus bungkam dengan pertanyaan terakhirnya. Tak pernah kuduga Tian akan meminta ku untuk menjadi pacarnya. Kupikir hubungan tanpa status akan menjadi pilihan Tian selamanya. Ternyata tidak. Dan bagaimana mungkin aku menolak untuk menjadi pacar dari satu - satunya orang yang menjadi alasanku selalu menunggu hingga saat ini.
"I'm sorry. I can't"
Tian menunduk, kekecewaan begitu tampak di wajahnya.
"Maksud gue, engg.. gue,gue ga bisa nolak. I wanna be your girlfriend, Christian."
Ia mendongak, mentapku dengan tatapan heran.
"Seriously?"
Aku mengangguk.
Ia langsung tersenyum, memelukku. Begitu bahagianya ia.
"Thank you Ra."
"Buat?"
"Udah mau nerima gue."
"Ga usah bilang makasih, harusnya gue yang ngucapin makasih karna lo udah selalu ada buat gue."
"Lo juga selalu ada setiap saat buat gue." Ia mengusaikan pelukannya.
"Mulai sekarang pake aku-kamu yuk?"
"Ga mau."
"Rara, kan sekarang kamu udah resmi jadi pacar aku."
"Ih geli."
"Please."
"Yaudah iya."
"Latihan dulu dong."
"Ih ribet banget pake acara latihan segala. Kaya mau tanding futsal aja."
Ia menatapku kesal.
"Iya maaf becanda. Udah sore, kamu udah mau pulang ga?"
Mendadak tatapannya berubah, sudah kuduga, itu yang dia mau.
"Jadi tuan putri mau pulang? Yaudah pulang yuk?"
Ia menggandeng tanganku seolah aku adalah anak kecil yang ditakutkan tersesat. Katanya,
"Biarin aja, biar semua orang tau, kamu udah jadi pacar aku."Vommentnya udah kaka?:)
![](https://img.wattpad.com/cover/131369260-288-k961568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku atau Dia? [SLOW UPDATE]
Ficção Adolescente-CLARA PUTRI ALYENZA- Salah satu gadis most wanted di SMA TUNAS JAYA. Bagaimana tidak? Dia seorang yang nyaris mencapai kata sempurna, tak hanya cantik, dia juga cukup pintar, rendah hati,dan termasuk orang yang mudah bergaul, siswa kesayangan guru...