Pengintaian

6 1 0
                                    

     Woojin menaruh laptop yang dibawanya ke meja kerja di markas. Kemudian memastikan alat pelacak yang di pakai timnya berhasil terlacak oleh GPS. Kedua tangannya mengambil Headphone dan menyampirkannya ke kepalanya. Ia menghubungkan panggilan ke timnya dan mengeceknya. "Kalian bisa mendengar ku?"

     "Sangat jelas." sahut Bangchan. Saat ini ia menuju mobil bersama Changbin. "Aku dan Gisae memeriksa di bagian utara yang sedikit lebih ramai." jelas Hyunjin saat memanaskan mesin mobil. Gisae yang sudah memasang sealbelt mempebaiki poni miring nya yang baru saja di roll.

     "Baik. Aku akan memeriksa bagian tengah wilayah kota." putus Changbin yang mulai memutar stir mobilnya setelah sedikit menginjak pedal gas. Karena ini desa di kota kecil, rindang nya pohon di kanan kiri jalan terlihat membuat sejuk penglihatan. Kota yang asri dan tenang harus dirusak oleh penyusup dari negara mereka yaitu korea.

      Changbin melajukan mobilnya diatas jalanan yang membelah area persawahan. Matahari bersinar hangat menyilaukan mata mereka. Dua ratus meter kemudian, bangunan lantai satu bercat hijau yang difungsikan sebagai sekolahan tingkat Dasar menjadi pusat perhatian mereka. Changbin menepikan mobilnya dan segera turun, disusul Bangchan untuk bertukar posisi. "Aku akan memeriksa bagian perbatasan diwilayah selatan. Semoga sukses!" mereka bertos saling memberi semangat. Bangchan menutup pintu mobil dan melajukannya menuju jalanan desa yang panjang. Sesekali melewati ladang tebu yang belum dipanen pemiliknya. Mereka berdiri kokoh di kanan kiri jalan seolah mereka adalah tembok beton yang kokoh berwarna hijau tua. Mata awasnya terus memandangi lingkungan yang ia lewati.

     Bangchan sudah menepikan mobilnya dan memarkirkan mobilnya dipinggi jalan besar. Tepatnya jalan utama setelah sungai Oya ia sebrangi lewat jembatan. Dia berada di daerah yang lalu lintasnya tak begitu ramai. Yang ramai hanya pohon yang sibuk mengisi tanah kosong di pinggiran jalan. Ia berjalan mencari apa yang menarik di sekitar situ.

*****  

      "Kau yakin akan berkeliling sendiri?"

      "Ada apa denganmu, Jin. Tentu saja yakin. Cepat periksa bagian barat kota, aku akan periksa daerah ini."

      "Baiklah-tapi hati- hati Sae, aku tak mau kamu kenapa- kenapa."

      "Ok. Semoga sukses!" Gisae  mulai menjauh dari mobil menuju gang yang lebarnya hampir seperti mobil. Bangunan rumah penduduk disini padat. Walau madih ada tanah kosong, namun wilayah ini sudah padat penduduk. Beberapa jam kemudian, ia sampai pada jalan pinggir sungai yang ia ketahui lewat artikel, bahwa sungai ini pernah meluap dan menyebankan banjir. Ini benar- benar sungai di desa, penuh pohon disamping kiri kanannya dan tak jarang ada sekelompok pohon bambu yang menutupi cahaya matahari sampai ketanah. Mensimulasikan bahwa ini benar- benar hutan. Kemudian ia mulai kedaerah yang sudah jarang ada rumah. Jarang ada orang lewat dijalan yang sekarang ia lalui, suasananya sangat mirip daerah pelosok di pinggiran hutan yang sepi. Benar, sisi kiri jalan merupakan tebing yang sewaktu- waktu bisa longsor. Namun beruntung masih ada banyak pohon yang memenuhi tebing berupa tanah itu.

     Ia membuka peta dan menitik dimana ia berada lewat ponselnya, mengarah pada makam yang sakral, banyak yang berkunjung didaerah tersebut. Namun tidak untuk ini, tak mungkin pelaku bersembunyi di tempat seperti makam. Ia sudsh terlalu kauh menjelajah hutan. Kembali adslah jalannya, kemudian belok kiri yang akhirnya bisa menemukan jalan utama yang sering dilewati kendaraan motor atau mobil. Disamping ia berdiri, bangunan kantor polisi berlantai dua terlihat sangat biasa.

     "Aku tak menemukan apapun, Woojin." simpul Gisae pada Woojin.

     "Kerja bagus, kau sudah menjelajahi hutan, itu berbahaya. Istirahatlah dulu di warung terdekat sambil menunggu Hyunjin Selesai."

******

      Hari sudah malam, mereka berlima berkumpul dalam sebuah meja makan dengan tegang. Dalam artian, mereka menyusun misi. Feeling Bangchan dan Hyunjin, pelaku bernama Han itu bersinggah di sisi barat dan selatan kota. Kali ini mereka harus memikirkan hal yang dapat memancingnya keluar.

     "Disana ada lapangan kan? Bagaimana kalau aku dan Chan oppa pura- pura latihan archery disana."

     "Bukan ide buruk."

     "Tidak! Bagaimana kalau Gisae sama aku saja....."

     "Jin, kenapa kamu selalu ingin berpartner dengan Gisae? Kamu khawatir? Atau suka?"

     "Dia menjelajahi hutan tanpa memintaku untuk ikut! Itu sangat bahaya! Kau tahu aku khawatir kamu kenapa- napa dan aku tak mau lagi kamu mengintai tanpa aku!"

     "Jadi, Gi. Kau mau dengan Chan Hyung atau Hyunjin?" Changbin menengahi.

     "Baiklah. Aku dengan Hyunjin."

     "Setelah misi ini selesai, kalian harus menikah okey!" celetuk Changbin.

***

     "Belum tidur?" Bangchan mulai duduk di pinggir kasur Gisae. Saat ini gadis itu masih fokus pads buku bacaannya.

     "Menurutmu Hyunjin bagaimana?"

     "Dia terlalu perhatian padaku.

     "Jadi bagaimana? Kau menyukainya juga?"

     "Tidak tahu. Aku hanya fokus pada misi."

     "Tapi kusimpulkan itu ya."

     "Dengan alasan!"

     "Kau menerima semua perhatian yang diberikan Hyunjin."

     "Benarkah? Ya aku menerimanya, itu karena dia partnerku. Dan kita satu tim. Jadi membangun chemistry itu penting. " Bangchan tersenyum mendengar jawaban Gisae.

     "Bagaimana jika ada orang lain yang menyukaimu selaim Hyunjin?"

     "Siapa? Kau? Changbin? Woojin? Aisshhh aku benci kisah cinta lokasi."

     Bangchan mengambil buku bacaan ditangan Gisae dan meletakkannya pada meja. "Istirahatlah, kamu sudah menggunakan tenagamu tadi untuk berkeliling. Kakimu pasti pegal-mau ku pijat...."

     "Tidak usah, nanti hilang sendiri capeknya." Gisae tetap menolak. Namun Bangchan malah mulai duduk di kasur dan memijat kaki Gisae. Gisae jengah dan mulai terlentang melihat ke langit kamar berwarna putih yang bersih. Iya bagian tengahnya. Ketika melihat sudut ruangan, ada sedikit sarang laba- laba yang masih menguni dinding dan langit - langit kamar.

     "Kau juga berkeliling tadi, pasti lebih capek dari aku."

      "Aku kan sudah biasa, lain kali jangan diulangi. Tadi itu berbahaya, kau berjalan didaerah yang hampir melewati makam tua tak berpagar tadi. Woojin memberitahuku, aku takut kau kenapa- napa. Kau tak melihat ekspresinya Hyunjin tadi? Di begitu..."  

     "Cemas. Arraseo aku tak akan melakukannya lagi."


*****

City JungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang