Menebar Umpan

10 0 0
                                    

        Misi kembali berlanjut, Gisae sudah berlatih archery selama dua jam, Hyunjin juga mulai resah karena target tak kunjung datang. Changbin bergabung dengan mereja berdua dengan sekantung soda, mereka beristirahat sebentar di bawah pohon pinggir lapangan. Suasana menjadi agak sejuk, karena dibelakang mereka ada sebuah sungai kecil yang menjadi pemisah antara area persawahan dan lapangan. Sedikit berbincang kalau mereka sedikut capek karena terlalu kama berlatih.

        Namun di earphone mereka terdengar perintah, hingga semuanya diam saling memandang. Gisae beranjak dari duduknya sambil membawa busur panah menuju seberang lapangan, menuju mobil yang terparkir disana. Sementara suara Bangchan tang terdengar ditekunganya terus memberi perintah.

         Gisae memang berjalan kearah mobil itu pada awalnya, namun lama- kelamaan arahnya berubah menuju jalanan, ia berjalan menyusuri jalanan. Ia memang sedikit tegang, namun tatapannya menyipit karena terlalu banyak cahaya yang menyinari jalanan. Beberapa pohon terlalu kecil untuk meneduhkan jalanan.
        "Dia mulai menjalankan mobilnya. Sae, tetaplah fokus pada peranmu." perintah Bangchan.
        "Tapi Gisae terlihat tidak baik-baik saja! Gisae! Dengarkan aku, putarlah balik, kumohon!" Hyunjin mulai cemas. Ini yang sangat ia benci, Gisae dalam keadaan bahaya dan ia hanya bisa berdiri dibalik semak- semak yang hanya mengandalkan earpiece.
        "Hay! Butuh tumpangan?" target sudah di depan mata. Gisae  masih tak bersuara, itu memang bagian dari aktingnya. "Apa kau tak bisa mendengarku?" Han tetap bertanya sambil menjalankan mobilnya perlahan. Ketika gadis itu berhenti dan menolehnya, tentu untuk membuka pintu mobil dan ikut pergi bersamanya.

        Hyunjin mengumpat bersamaan dengan Changbin yang terus menenangkan temannya. Sementara Bangchan mengikuti mobil Han yang sialnya sudah tak bisa lagi mereka kejar, mendengar bahwa Bangchan kehilangan mobil milik Han, Hyunjin semakin tersulut emosi. Changbin kewalahan menahan Hyunjin yang ingin pergi mencari sendiri.

 
        Hari hampir gelap, Woojin masih menunggu kabar bagus yang ditunggunya semenjak pulang tadi, mengabaikan ketiga temannya yang masih saling menyalahkan. Sampai ia mendapatkan signal dari komputernya. Alat GPS nya berfungsi dengan baik, dari alat tersebut is mendapat data bahwa lokasi dimana Han tersebut tinggal telah terekspos dan sudah tersimpan di komputernya. Data lain yang masuk otomatis dalam komputernya adalah data dari ponsel milik Han.
         "Ini yang Hyung mau? Kau mau apa jika Gisae yang gugur dalam misi ini!" Bentak Hyunjin pada Bangchan. Sementara yang merada dibentak masih diam tak mau menambah keributan yang Hyunjin buat.

        Suara walkie talkie mereka berbunyi tanda Woojin memanggil merrka di ruang kendali. Segera mereka berkumpul di tempat itu, mendengar instruksi dari Woojin. Kita beraksi besok pagi buta, Bangchan hubungi bantuan dari kota malam ini, Changbin bereskan barang- barang kita malam ini." jelas Woojin. Kedua partnernya langsung bertindak dengan meninggalkan ruangan. Sementara Hyunjin yang masih belum tenang harus diajaknya bicara lebih detail.
        "Gisae memegang kendali untuk melacak dimana Han tinggal, dan dia berhasil sampai sana dan mengaktifkan GPS yang telah ku berikan padanya."
        "Itu artinya dia dalam bahaya! Ini sudah malam dan diluar sana sangat gelap!"
        "Tentu dia dalam bahaya, kami tahu Gisae dslam bahaya, namun itu resiko. Misi baru dimulai, rencana ini memang sudah direncanakan bersama para atasan sebelum kita sampai disini, seharusnya kamu tahu itu. Gisae sudah dengan misinya, dan yang kutahu. Dia tak akan mudah tersingkir, sekalipun dia menghilang dan tersesat, dia pastibakan selamat. Kau masih mau ikut misi ini atau pergi mencari Gisae?"
        "Apa tugasku?"
        "Bantu Changbin. Bersihkan seluruh ruangan dan jangan sampai ada sidik jari yang tertinggal. Setelah itu berkumpul lagi disini. Bantu aku menyiapkan peralatan, kita harus sudah meninggalkan rumah ini saat bantuan menuju lokasi.

 

*****

           Han terus menerus melempar anak panah dalam kegelapan hutan. Beberapa kali anak panahnya tak mengenai sasaran, namun terkadang mengenai manusia yang ingin ia bunuh perlahan. Namun ketika ia menghitung jumlah ketepatannya membidik yang ke tujuh kalinya, ia mendengar ada orang lain yang ada, penduduk sekitar lebih tepatnya, jadi ia segera bersembunyi dan menghilang kembali. Berjalan pelan hingga ia sampai di rumahnya. Ia bersiap untuk kabur lagi dari Kota ini. Bukti datangnya gadis itu adalah bukti kalau ia akan segera ditangkap. Ia membakar semua obat yang ia punya di tong sampah. Menyembunyikan pistol di tubuhnya dan menaruh beberapa peluru ditasnya.

     

*****


         Gisae mulai tak sadarkan diri ketika beberapa anak panah mengenai tubuhnya. Ketika itu, pribumi dari desa setempat mulai mengecek wilayah hutan atas suruhan Seorang pria yang tak diketahui identitasnya. Juga memakai masker hitam untuk menutupi wajahnya. Bersyukur Han mulai menjauh dari Hutan dan saat ia mencari Gisae. Ketika ia menemukanya dibalik pohon terlihat sangat menyedihkan. Pria itu perlahan mencabut semua anak panah yang menancap di tubuh Gisae dan segera membungkus tubuhnya memakai jaketnya. Ia mengangkatnya dan berjalan menuju mobilnya. Ia mengemudikannya menuju pusat kota, dimana apartemen sewaannya berada. Meninggalkan kota Imori yang tenang dan sepi.

       Pria itu melakukan misi penyelamatan dengan lancar. Setelah sampai, perawat panggilannya mulai mengobati luka Gisae dan membersihkannya. Setelah beberapa menit kemudian, Ia sudah bisa melihat Gisae yang terbaring di kamarnya dengan keadaan yang bersih dan steril. Beruntung anak panah itu tak mengenai wajahnya, jika iya, gadis itu sudah tewas dan tentunya ia juga akan segera tewas karena misinya gagal.

         Ia menghubungi seseorang lewat ponselnya untuk melaporkan misinya. "Target dalam perawatan, dan segera dipindahkan ke Ibukota. Mohon kirimkan penjemputan udara." lapornya. Setelah di konfirmasi, ia menutup panggilannya.      
        "Siapa kau?" rintih Gisae. Pria itu hanya diam dari tempat berdirinya di dekat tempat tidur.
        "Dimana aku? Ya! Kau tuli?" ulangnya.
        "Kita masih di satu wilayah."
        "Kenapa aku harus disini?"
        "Tugasmu sudah selesai."
        "Pusat mengirimmu? Wae? Ini melanggar aturan BIN."
        "Itu Hak Istimewa yang kau punya."
        "Hanya karena aku anak Ketua? Itu tak masuk akal."
        "Salah satunya itu. Jangan banyak bicara dulu, lukamu masih baru. Kau terkena Sembilan anak panah. Kita akan pindah ke Ibukota, disana lebih aman."
        "Sekarang?"
        "Hm. Aku baru bersiap." ucapnya. Ia memasukkan beberaa senjata seperti pistol dan pisau lipat dalam tasnya. Juga beberapa kotak yang berisi kamera dan tablet.
        "Apa teman-temanku tahu aku disini?"
        "Tidak."
        "Mereka belum selesai menyelesaikan misi, apa karena aku terluka Pusat menarikku dari tugas?"
        "Tugasmu sudah selesai."
        "Aku belum melakukan apa-apa."
        "Start. Kamu adalah umpan."
        "Mwo?"
        "Kenapa? Kau ternyata bodoh selama ini. Bukankah kalian sudah merapatkan itu?" ejeknya sembatu memakai tasnya dsn berjalan mendekati Gisae.
        "Tidak dengan Umpan. Aku masih harus ikut menangkap Han. Eoh? Kau mau membawaku seperti ini? Sakit." rintihnya.
        "Kalau begitu kau harus bertahan, akan lama kalau kau berjalan. Aku hanya perlu menggendongmu sampai rooftop."
        "Pakai pesawat Hercules?"
        "Hm."
        "Bisa kau melepas maskermu?"
        "Kau bisa melakukannya kalau mau."
        "Kepalaku pusing."
        "Tidurlah," titahnya singkat. Pria itu mulai menaiki lift dan turun dari benda itu setelah sampai dilantai tertinggi. Setelah itu naik lift lain untuk menuju rooftop. Beruntung apartemen ini mempunyai landasan Helikopter, jadi mereka dipandu untuk naik ke pesawat dan berangkat ke Ibukota, Jakarta.


*****

TBC

Cr. Yooshin


City JungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang