Imori City
11.28 p.m
Bangchan berdiri disamping mobilnya yang terparkir dipinggir jalan tak jauh dari pintu masuk kota, memantau polisi daerah yang memeriksa identitas pengendara yang akan masuk maupun keluar dari kota. Dia bersiaga kalau-kalau Han kabur lewat pintu utama, di pintu masuk kota Imori yang lain, tepatnya di pintu gerbang sebelah barat, Changbin dan beberapa polisi daerah juga melakukan razia kepada pengendara, hal itu mendapat keluhan dari beberapa warga pribumi karena selama bertahun-tahun tak pernah diadakan razia didaerah itu. Dan pihak kepolisian hanya menjawabnya atas perintah atasan yang mendadak. Changbin mengecek jam tangannya, seharusnya Team bantuan sudah sampai jadi ia menghubungi Woojin yang sedang memantau CCTV diseluruh kota. "Kau mendengarku, Woojin hyung?"
"Dengan jelas, ada masalah?"
"Team bantuan sudah datang?"
"Dua menit lagi mereka akan memasuki pintu gerbang. Amankan lokasi. dia bisa saja mengetahui kita akan menangkapnya."
"Bagaimana keadaan rumahnya?" itu suara Bangchan.
"Tidak ada pergerakan, aku masih melihat mobilnya terparkir di halaman rumahnya. dan...Tidak! Dia sudah tahu ada kamera dalam rumahnya, dia baru saja meruskanya setelah tersenyum padaku." ucap Woojin
"Aku akan mengeceknya." putus Changbin." namun dibantah oleh Bangchan. "Tidak usah, kita jaga pintu gerbang, ketatkan penjagaan di gerbang! Catat plat mobilnya dan kirimkan datanya kepada polisi yang bertugas, perketat siapa yang akan keluar dari kota!" titah Bangchan. Kemudian perintahnya segera dilaksanakan oleh Woojin. satu menit kemudian Woojin sudah mengirimkan dokumennya kepada kepolisian.
Hyunjin melihat mobil milik Han melintas didepannya dan segera mengikutinya, "Aku melihat mobil milik Han melintas didepanku, aku sedang berusaha mengejarnya." Lapornya sesudah menghidupkan alat komunikasi teamnya. Kemudian fokus mengemudikan mobilnya untuk mengikuti kemana mobil itu melaju, namun beberapa menit kemudian mobil itu menghilang dari pandangannya setelah mendahului mobil lain dan melaju dengan kecepatan tinggi seperti mengetahui kalau dia sdang diikuti. Ia memukul stirnya mengerti bahwa ia benar-benar kehilangan jejakm mobil Han. "Aku kehilangan dia." lapornya."Dia menerobos pintu kota sebelah barat. Aku berusaha mengejarnya." seru Changbin ketika melajukan mobilnya terburu-buru, beberapa mobil polisi dibelakangnya juga mengikutinya. Sedari tadi ia sudah kehilangan kesabaran ingin segera menangkap Han, tidak mudah memang, sekarang ia harus ekstra mengendalikan mobilnya karena jalanan yang sedikit ramai dan kondisi jalanan yang gelap disebabkan minimnya pencahayaan jalan.
Woojin mengomando Bangchan segera menuju jalanan kota sebelah untuk mencegatnya. "Chan! Dia menuju Kota Kabupaten. Kejarlah dia lewat jalur utara, ambil kiri setelah keluar dari pintu gerbang."
"Okay." ucapnya setelah mendengar perintah Woojin lewat earpiecenya. "Tapi bagaimana kau tahu dia menuju kesana?" tanyanya heran sembari melajukan mobilnya dalam kecepatan ttinggi. Mobilnya melaju di jalan Imori Timur beberapa ratus meter lalu belok kekiri menuju Kota Kabupaten.
"Gisae berhasil meninggalkan alat pelacak di dalam mobilnya Han. Ingat kalau dia tadi siang ikut naik ke mobil itu." jelas woojin. Kali ini woojin mlihat rekaman CCTV kota Imori, Team kepolisian sudah menggeledah rumah Han dan mengamankan barang bukti, namun tak banyak, ketika Team polisi tiba dilokasi, sudah tercium asap pembakaran dan menemukan abu pembakaran, mereka hanya bisa menyelamatkan seucil kertas yang tentunya sulit untuk diketahui apakah itu, juga terdapat beberapa gram obat-obatan psikotropika yang belum terbakar. Begitu laporan yang diterima Woojin beberapa detik yang lalu. Ia segera menyimpan semua filenya dalam hardisknya dan motherboardnya, ia menghubungi Hyunjn untuk menjemputnya di tempatnya bersembunyi dengan perangkat canggihnya yang dibuat beberapa jam yang lalu, didalam sebuah mobil box.Changbin menghentikan mobilnya ketika mobil yang diikutinya menghentikan lajunya, kawasan disini sangat sepi dan irit penerangan, Changbin bersiap untuk keluar, sekarang bisa saja ia akan dihabisi atau ia yang alkan mengahabisi, namun pemikiran itu hanya terlintas sebentar karena ia dengan berani membuka pintu mobilnya dan turun dari mobilnya, sembari bersiap mengambil senjatanya di balik jaketnya. Terlintas dipikirannya bahwa ia sedikit tenang karena ia menggunakan rompi anti peluru di balik jaketnya. "Han! Jangan bergerak! Menyerahlah!'' Teriaknya sembari mengarahkan pistolnya. Ia berdiri dibelakang pintu mobil yang sehgaja ia jadikan tameng. Ternyata dia juga sudh bersiap menembaknya, jadi ia bersiap juga memperingatinya.
Han mengarahkan pistolnya ke orang yang mengejarnya, dia mencoba menaklukannya tapi ia sama sekali tak bisa ditaklukan, ia membidik pria itu setelah menarik pelatuknya, lalu menembak kaca mobil itu dua kali lalu menembak kearah pria itu dan membuatnya tertembak. Ia tersenyum dan segera menuju kemudinya, namun langkahnya terhenti karena tempatnya berdiiri disinari cahaya dari atas. Sebuah helikopter sedang mengincarnya, ketika ia akan meljukan mobilnya, beberapa mobil didepannya berdatangan menghadangnya.
Bangchan menghentikan mobilnya dan membiarkan Team bantuan menangkap Han. Ia segera turun dari mobil dan memeriksa keadaan Changbin yang tertembak, ia meminta bantuan untuk mengangkat Changbin ke mobilnya pada polisi. Setelah itu misi selesai, disana ia memberi hormat singkat pada kepala kepolisian kota dan pamit meninggalkan kota ini, beberapa menit kemudian, Bangchan melajukan mobilnya menuju rumah sakit sesuai perintah dari Kepala kepolisian kota tadi untuk mengobati lukanya Changbin. Bangchan bersyukur misinya selesai, namun ia sangat tak suka. ia benci tak bisa membawa Gisae kembali bersamanya, ia yakin Gisae akan baik-baik saja, namun ia sangat kesal bukan dirinya yang menyelamatkan dia.
Hyunjin dan Woojin yang mendengar kabar Changbin tertembak menaruh sedikit kecemasan dalam perjalanan menuju bandara. Walau cemas akan kondisi Changbin, mereka tetap akan profesional. Sepanjang perjalanan menuju Bandara, mereka berdua tak ada yang berbicara. Diamnya mereka sebagai gantinya atas selesainya misi mereka. Di sisi lain, mereka bersedih karena kehilangan partner mereka, Gisae. Bahkan mereka tak tahu bagaimana keadaannya.
Citra Indah Hospital
Jakarta City
08.35 a.m
Helikopter yang membawa pria misterius itu dan Gisae sudah mendarat dengan aman di rooftop Rumah Sakit terbaik. Rumah sakit ini jug bekerja sama dengan pihak BIN di Indonesia. Jadi keamanan yang diterapkan sangat ketat dan sangat rahasia. Kali ini pasir langsung dipindahkan ke Ruang VVIP yang teretak hampir di puncak gedung Rumah sakit. Beberapa penjaga memang terlihat berjaga di depan lift lantai tersebut.
"Anda Walinya?" tanya sang dokter.
"Ya." sahut pria itu. "Saudara Lee Know? Kami sudah memastikan bahwa Pasien akan aman di RS kami, jadi jika anda pergi meninggalkan tempat ini harap jangan khawatir tentang pasien. Dokter yang menanganinya adalah dokter terbaik di Indonesia." Ucap Kepala RS. Pria itu menunduk sopan dan memasuki ruangan.
"Ya! Mendekatlah." titah Gisae setelah melihat Pria itu memasuki ruangan.
"Wae?" tanyanya ketika sudah duduk di samping ranjang RS.
"Siapa namamu?"
"Minho."
"Kau sudah tahu namaku? Aku Gisae."
"Hm."
"Lepas maskermu!"
"Tidak."
"Wae? Wajahmu babak belur? Aku sudah biasa melihat luka itu. Kau malu?"
"Ya."
"Mereka sudah berhasil menyelesaikan misi?"
"Aku belum mendapat kabar."
"Mereka kenal denganmu?"
"Molla."
"Apa kelasmu?
"Maghsa."
"Berarti kau satu tingkat diatasku. Apakah aku harus sopan?"
"Terserah."
"Kurasa tak perlu. Didikan Maghsa sangat irit bicara, pantas. Orang pusat mengirimmu karena kau kompeten? Misi yang didapat kelasmu rata-rata adalah bagian Pengintaian dan Eksekusi. Otak diatas rata-rata, wow, aku melihat kesempurnaan darimu. Kau beruntung."
"Tapi aku tak punya Hak Istimewa. Nyawaku akan hilang begitu misiku gagal. Peraturan yang dibuat melekat sempurna padaku. Itu alasannya aku bisa seperti ini." terangnya, ia mengecek ponselnya. Tentu ada pesan yang ia terima.
"Kau mau kemana? Misi?"
"Sampai nanti." timpalnya sembari meninggalkan ruang inap gisae.
*****
TBCCr. Yooshin
KAMU SEDANG MEMBACA
City Jungle
FantasyMereka berlima bertemu sejak bergabung dalam Tim rahasia kepolisian korea. Jika intelijen adalah badan tertinggi, maka Tim rahasia berada satu tingkat dibawahnya. Mereka masih amatir. Jika gagal, tentu akan hilang. Diluar Tim, mereka punya pekerjaan...