Satu kelas

44 6 1
                                        

"Halo semua... Kenalin nama lengkap gue Ferdinand Gio Pranata, Lo semua bisa panggil gue Gio. Gue pindahan dari Malang. Gue pindah ke Jakarta karena ikut bokap gue yang lagi dipindahtugaskan ke Jakarta. Gue harap nanti gue bisa berteman baik sama kalian." Ucap Gio yang melirik ke arah Zeva.

Oohh, jadi dia bakalan sekelas sama gue. Ucap Gio dalam hati

"Ternyata nama dia Gio." Ucap Zeva yang tidak tahu bahwa ucapannya barusan didengar oleh Eca.

"Lo kenapa Zev? Emang lo pernah ketemu sebelumnya sama Gio itu?" Tanya Eca.

"Eh gue gapapa kok ca." Ucap Zeva yang tersadar dari lamunannya.

"Yasudah, Gio silahkan kamu duduk di sebelah Alfin, Alfin angkat tanganmu." Ucap Bu Diah menunjuk bangku yang berada tepat di belakang Zeva.

"Iya bu, terimakasih." Jawab Gio yang dibalas anggukan oleh Bu Diah.

Lalu, Gio berjalan menuju bangkunya.
Sekilas Gio melirik Zeva saat ia melewatinya. Dan menunjukkan senyum smirk nya.

"Anak-anak kalian harap tenang yaa, ibu mau ke kelas X dulu. Kalian tunggu sampai Bu Anggi masuk kesini." Ucap Bu Diah.

"Siapp buu.." Jawab murid serentak.

Setelah Bu Diah keluar kelas, suasana kelas pun mulai membising.

"Alfin gue harap kita bisa berteman baik yaa." Ucap Gio kepada Alfin.

"Yoi bro." Jawab Alfin sambil menepuk bahu Gio.

"Ternyata gue masuk ke kelas yang sama kayak lo." Ucap Gio membisikkan ke telinga Zeva dari belakang.

Zeva yang mendengar itu langsung tersentak. "Hahh, lo ngagetin gue aja tau ga!." Ucap Zeva yang langsung menoleh ke belakang dan melihat Gio disertai cengiran tak berdosanya .

Eca yang melihat kelakuan mereka berdua langsung terkejut dan penasaran.
"Tunggu deh, jangan bilang kalo kalian berdua udah saling kenal?."
Tanya Eca penasaran.

"Sebenernya ca Gio ini yang tad—"
Zeva yang ingin menjelaskan kepada Eca ucapannya pun terpotong, karena ada Bu Anggi guru bahasa Indonesia nya itu yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas.

Seketika suasana kelas menjadi hening, karena Bu Anggi sudah masuk ke dalam kelas.
Bu Anggi memang salah satu guru yang ditakuti di sekolah tersebut.

"Buka buku paket nya bab 4, lalu dirangkum 1 bab itu. Hari ini harus selesai! Tidak ada yang mengobrol." Ucap Bu Anggi dengan tegas.

Semua murid hanya bisa pasrah, tidak ada yang berani melawan Bu Anggi. Jika mereka melawan, bisa-bisa mereka dapat pukulan menggunakan rotan.

"Zev, lo utang cerita sama gue." Bisik Eca kepada Zeva dengan suara yang dipelankan agar tidak terdengar oleh Bu Anggi.

🍪🍪🍪

Kriiinnggg....

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Semua murid pun berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin karena lapar, ada yang ke taman belakang sekolah untuk merelaksasikan pikirannya masing-masing karena pelajaran di kelas tadi. Ada juga yang hanya di dalam kelas seperti Zeva dan Eca.

"Akhirnya yah, istirahat juga. Mumet tau gue pas pelajaran Bu Anggi tadi." Ucap Eca kepada Zeva.

"Ga boleh gitu." Ucap Zeva yang menidurkan kepala nya di atas meja dengan tumpuan tangannya.

"Iyaa deh, yang pinter mah beda." Ucap Eca sambil memutar bola matanya.

"Oh iya Zev, lo kan punya utang sama gue." Tagih Eca kepada Zeva.

Love is not simpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang