005 Balongan Mulia

3 1 1
                                    

Alkisah pada suatu malam di suatu daerah, tepatnya di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa. Seorang wanita tengah melahirkan putra keempatnya. Ia ditemani oleh sang suami, ibunya yang sekaligus menjadi dukun beranaknya, serta ketiga putranya yang lain. Ia berusaha melakukan semuanya sebaik mungkin. Mengejan, menggertakkan gigi, berusaha agar putranya dapat segera melihat dunia meskipun sakit yang ia derita begitu luar biasa.

Selang waktu yang tidak begitu lama, jerit tangis bayi dalam rumah kecil itu akhirnya terdegar. Seluruh penghuni rumah menyambutnya dengan penuh gembira. Namun sayang kegembiraan itu perlahan sirna ketika dukun yang membantu proses kelahiran tersebut berkata bahwa bayi itu kurang sehat. Bayi yang berjenis kelamin laki-laki itu memiliki kudis di sekujur tubuhnya, membuatnya memiliki bau yang kurang sedap.

Mendengar hal tersebut, ibu dari bayi laki-laki tersebut seketika menangis. Ia ketakutan, Ia sangat takut bayinya tidak dapat diterima oleh penduduk sekitar dan mereka akan membuangnya.

Akhirnya dengan terpaksa bayi laki-laki tersebut disembunyikan di lumbung kumuh belakang rumah. Lumbung yang kecil, gelap dan berbau jerami bercampur dengan kotoran hewan. Hal tersebut dilakukan agar bau dari bayi laki-laki tersebut dapat disamarkan.

Sang ibu membendung bayi tersebut dengan beberapa helai kain agar bayi tersebut tetap hangat. Ia berusaha menggendong putranya, menimang-nimangnya sepanjang malam dan memberinya susu. Meskipun sebenarnya ia masih belum kuat untuk berdiri, namun ia tidak akan menyerah demi putranya. Bagaimanapun kondisi darah dagingnya, ia akan tetap menyanyangi putranya tersebut.

Lambat laun, bayi laki-laki itu tumbuh menjadi anak yang baik meskipun berada di lingkungan lumbung yang menyedihkan. Ia selalu membantu orang tua dan neneknya perihal yang bisa ia lakukan. Ia tak pernah keluar dari lumbung. Acap kali penduduk bertanya tentang keberadaannya, keluarganya selalu berkata bahwa ia meninggal dunia setelah ia terlahir ke dunia.

Ia tak pernah keluar dari lumbung karena orang tuanya tak mengizinkan. Ia selalu bermain sendirian. Kakak-kakaknya tak mau bermain bersamanya. Jangankan bermain, menjenguknya pun mereka enggan. Hanya ibu, ayah dan neneknyalah yang tak melayangkan tatapan jijik terhadapnya. Hanya merekalah yang menyayanginya sepenuh hati. Dan itu sudah lebih dari cukup untuknya bersyukur.

Setiap malam tiba, ketika ia hendak tidur di lumbung sendirian, ia selalu memimpikan dunia luar, dunia yang ia tinggalkan. Dunia dimana ia bisa menjadi anak normal. Pergi bermain dan berburu bersama teman sebayanya. Dunia dimana ia memiliki banyak pilihan dan kebebasan.

Anak yang berhasil tumbuh dewasa meski banyak beban yang menimpanya itu bernama Lesmana. Suatu hari ketika ia telah beranjak menjadi seorang pemuda, keluarganya sudah tidak mampu lagi menyembunyikan keberadaannya. Ia diketahui oleh penduduk sekitar dan mereka mengusirnya.

"Hey bocah berkudis, pergilah kau dari sini! Kami tidak ingin tertular oleh penyakitmu yang menjijikkan itu! Pergilah sejauh mungkin dan buat batas wilayahmu sendiri! Jika kau berani keluar dari batasmu, maka kami tidak akan segan-segan menghabisi nyawamu!" ucap salah satu penduduk disertai kata iya dari penduduk lain.

Lesmana akhirnya pergi dari desa. Dengan sekuat tenaga berusaha mengabaikan isak tangis ibunya yang terdengar menyayat hati.

Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di suatu hutan dekat pantai yang banyak sekali tempat cekungan penahan air dikala hujan atau orang Jawa pada zaman itu menyebutnya Balongan. Lesmana mencoba membuat batas wilayahnya. Ia membakar sisa-sisa dedaunan serta tumbuhan kering, membuat abunya berterbangan. Abu itulah yang digunakan Lesmana sebagai pembatas wilayahnya.

Lesmana menyebut wilayahnya sebagai wilayah Mbongko yang tercipta dari singkatan bahasa Jawa Obong-obong Kroko. Obong-obong berarti membakar dan Kroko berarti dedaunan dan tumbuhan kering. Lesmana mendirikan sebuah pondok sederhana disana. Mencari tanaman yang bisa ia makan dan mencari ikan di laut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The CaptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang