04 - Siluman harimau

40 9 0
                                    

Cantik sih, tapi sayang, siluman harimau.

・⊝・∞・⊝・∞・⊝・


Pagi ini adalah pagi yang dicap paling buruk oleh Aurina Afrilia atau Ina. Bagaimana tidak, paginya disambut oleh ocehan sang Abang yang dari tadi tidak berhenti.

"Nanti kalo udah pulang langsung pulang, jangan mampir! boleh sih mampir, tapi nanti pulangnya jangan kemalaman. Abang ga bisa jemput, ada kelas sampe sore, kalo ada apa-apa telepon aja. Hp abang 24 jam on untuk Ina yang cantik. Kalo Ina laper, minta dimasakin bibi aja. Kalo males makan di rumah, boleh kok makan di luar, tapi yang sehat ya? Lo nanti sore ada bimbel, kan? Jangan bolos ya? Lo udah kelas 3, bentar lagi lulus. Belajar yang bener supaya bisa banggain keluarga, oke adiku yang cantik?"

"Udah, bang? Sakit nih kuping gue, lo cowok tapi mulut kaya cewek."

"Dari pada lo, Na? Muka cewek kelakuan cowok."

"Diem ah, pusing gue!"

"Kualat lo sama abang."

"Udah buruan lu makannya, habis itu antar gue sekolah!" sambung Angga. Angga Afrilio, cowok kelahiran jakarta, tahun 1999. Sekarang dia sedang menempuh kuliah semester 6 di salah satu Universitas di kota jakarta.

"Bawel lo!"

"Gue bawel karna gue sayang." Mereka hanya sarapan berdua, tidak ada yang menemani, papa mereka tidak di rumah, dia sedang menjalankan tugas negara sebagai tentara angkatan laut. Papa mereka hanya pulang 3 bulan sekali. Sedangkan mama mereka? Mama mereka adalah seorang wanita karier, yang berangkat saat mereka berdua belum bangun, dan pulang saat mereka sudah tidur. Angga mencoba menggantikan peran orang tua bagi adiknya. Dia tidak mau adiknya seperti Angga kecil. Yang besar tanpa kasih sayang orang tua.

"Btw, Na. Lu tau gak?"

"Apa?"

"Papa bentar lagi pulang."

"SERIUS, BANG?"

"Iya neng, btw jangan ngegas dong, entar bensin cepet habis." Satu tabokan mendarat di lengan kekar milik Angga, dia sedikit meringis karena ulah adiknya.

"Sakit, dek!"

"Bodo! Ayo berangkat! Nanti gue telat, lo mau tanggung jawab?!"

----

Suasana sekolah sudah lumayan ramai, Ina langsung bergegas untuk menuju kelasnya. Sesekali ada adik kelas yang menyapanya dengan ramah.

"Hei, Na? Baru berangkat?" ucap Raki sembari berusaha menyamakan langkahnya dengan Ina.

"Menurut lo?" balasnya cuek.

"Ya gitu, kita bareng ya?"

"Terserah."

Raki tersenyum tipis. Penolakan Ina sudah menjadi makanan sehari-harinya, namun baginya ini bukan apa-apa selagi Ina masih mau menjawab ucapannya.

Keduanya berjalan menyusuri koridor, beberapa murid yang lewat menyapa dua insan itu. Raki yang notaben-nya adalah anggota tim basket andalan SMA Bina Raya serta Ina yang merupakan Ketua Paskibra cukup membuat mereka dikenal.

Banyak para siswa yang menyetujui hubungan mereka, banyak yang menganggap mereka cocok. Tapi kenyataannya? Malah sebaliknya.

Langkah Ina dan Raki terhenti karena ada yang menghalangi jalan mereka.

Cinta NabastalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang