2 - 'He is a perfection...'

3.3K 131 7
                                    

Tiffany View

Aku melingkarkan kedua tanganku di depan perut pria berambut blonde yang membuatku merasa sangat bahagia belakangan ini, bersama Luke sungguh membuatku dapat melupakan rasa sedih dan kecewaku terhadap Logan. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya sembari menikmati pemandangan pinggir kota yang lebih indah membuatku dapat melupakan sedikit kepenatan kota New York yang padat. Aku yakin Luke memiliki perasaan terhadapku, jika tidak untuk apa dia datang mengajakku keluar sementara rumahnya berada jauh di sebuah apartemen kota New York sementara rumahku berada di pinggir kota, butuh perjalanan sembilan puluh menit dengan mobil.

Tak lama kami sampai di sebuah club malam yang berada di pinggir kota. "Highway Club?"

"Yepp. Benar sekali."

"Untuk apa kau mengajakku kemari?" Tanyaku pada Luke. Karena jujur saja aku kurang begitu suka dengan club malam, aku lebih suka makan malam di Cafe atau restoran apapun, asalkan jangan Club malam yang penuh dengan alkohol dan asap rokok. Tidak. "Aku akan tampil disini dengan bandku, aku harap kau tidak keberatan."

Aku tersenyum saat dia membukakan pintu kaca dan mempersilahkanku masuk ke dalam terlebih dahulu. "Tentu saja tidak." Ujarku sembari tersenyum dan kemudian Luke menggamit tanganku sembari mengulum senyum manis di bibirnya. I'm definitely melting.

Luke mengajakku duduk di sebuah meja di tepi sebuah panggung kecil yang dipenuhi sound system dan peralatan band lengkap. Aku rasa panggung itu akan menjadi tempat untuk Luke dan teman-teman bandnya tampil malam ini. "Kau ingin pesan apa?" Tanya Luke sembari menatapku lalu melihat sebuah jam yang melingkar di tangan kirinya bersama dengan gelang-gelang etnik lainnya. "Aku pesan yang sama denganmu saja." Ujarku saat Luke kembali menatapku.

"Baiklah. Aku akan tampil jam tujuh, aku rasa tidak apa jika mengisi perutku terlebih dahulu." Ujarnya lantas memanggil seorang pelayan untuk memesankan makanan kami. Tak berapa lama datang dua piring tacos dan dua gelas orange juice. Aku tidak percaya Luke memesankan orange juice, padahal tempat ini adalah club malam yang orang-orang notabenenya memesan paling tidak segelas beer. Setelah selesai makan Luke meraih tanganku yang berada di atas meja sembari menatap kedua mataku lamat-lamat. "Maafkan aku Tee, jika aku bisa sebenarnya aku tidak ingin datang ke tempat seperti ini bersamamu. Maaf." Aku terhenyak lantas beralih menatapnya, mungkin Luke menangkap gerak-gerikku yang aneh dan mengetahui aku tidak terlalu suka tempat ini.

"What?! You don't have to say that, Luke." Lirihku dengan suara yang kukeraskan karena semua kebisingan memekakan telinga ditempat ini. "Seandainya saja tidak ada yang harus kusampaikan saat ini padamu, jika saja aku bisa menundanya, aku tidak akan menyampaikannya di tempat ini. Tapi aku tidak bisa menahannya lagi."

Aku terdiam berusaha mencerna apa yang dikatakannya. "Apa maksudmu Luke? Aku tidak mengerti." Sebelum Luke sempat menjawabnya tiba-tiba seseorang menyapa Luke yang membuatnya langsung beralih dariku dan tersenyum kepada mereka. "Hei, Ash, Cal, Mike. Kenalkan, ini Tee, umm Tiffany."

"Your new girlfriend huh?" Goda si rambut hitam bernama Cal. Luke hanya tersenyum tertahan. "Yea, not yet." tawa Luke. Aku berdiri dan menjabat tangan mereka satu persatu. "Hei, Ashton Irwin, drummer." Sapa pria berambut ikal coklat terang itu padaku.

"Calum Hood, bassist." Si rambut hitam menjabat tanganku, lantas yang terakhir si rambut warna kehijauan. "Michael Clifford, guitarist."

"Nice to meet you guys, I'm Tiffany Walter. Luke's friend."

"Booooo, poor Lukey, just like ours songs. Stuck in the friendzone. Hahaha." Goda si rambut hijau yang membuatku tersenyum miring. Mereka terlihat akrab dan sering bergurau satu sama lain. "WTF!! Mike?!!" Desis Luke.

Fall in Love With That Guy (Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang