8 - Luke's Choice

1.7K 92 4
                                    

"Ya Tuhan, Tee!!!" Aku mendengar sebuah suara memanggil namaku dengan nada tinggi. Aku mendongak ke arah suara itu berasal dan betapa lebih tercengangnya aku saat melihat sosok pria berambut blonde dengan mata biru itu berdiri dengan ekspresi khawatir menatapku. "Luke?!!" Aku memekik senang dan keheranan lantas berlari memeluknya betapa bahagianya aku ada seseorang yang dapat menemukanku di antara semua kesunyian gedung ini.

"Tiffany? Apa yang kau lakukan sendirian disini pada saat malam seperti ini?" Luke bertanya sembari membelai rambutku berulang-ulang untuk menenangkanku. Aku membenamkan wajahku diantara kemeja kotak-kotak miliknya yang mengeluarkan aroma cologne yang tidak pernah berubah sejak pertama kali aku bertemu dengannya. "Itu tidak penting, bagaimana kau bisa menemukanku? Aku sungguh berterima kasih."

"Aku datang kerumahmu untuk minta maaf tentang apa yang terjadi siang hari tadi, namun kau tidak ada dirumah bahkan orangtuamu tidak tahu kau berada dimana. Aku sudah mencari kebanyak tempat, sampai kemudian aku menemukanmu disini. Maafkan aku, tidak semestinya aku memaksakan perasaanku padamu." Ujarnya saat aku melepaskan pelukanku darinya. "Maafkan aku juga."

"Untuk apa?" dia bertanya dengan alisnya yang tertarik ke atas. "Untuk memelukmu, tidak semestinya aku melakukan itu. Aku hanya..."

"Aku tahu, kau merasa takut bukan? Aku tahu kau memiliki trauma pada ruangan sunyi. Aku tahu." Dia tersenyum, senyuman yang sungguh berbeda aku tidak pernah melihat senyum itu sebelumnya. Sebuah senyuman hangat, meyakinkan, seolah senyum itu menyatakan bahwa dia akan selalu ada untukku. Entahlah aku tidak yakin apa yang membuatku berpikir bahwa senyumannya sungguh berbeda. Aku bahkan tidak habis pikir setelah apa yang penah terjadi diantara kami, apa yang membuatnya mampu mengingat segala hal tentangku?

"Terima kasih. Luke."

Dia tersenyum lebar. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang." Aku mengangguk. "Aku akan membereskan barang-barangku dulu." Ujarku sembari beralih menuju meja Justin yang tertumpuk banyak dokumen yang sudah ku rekap ke dalam laptop miliknya. Ah Justin, pria itu sangat menyebalkan teganya dia meninggalkanku sendirian selama berjam-jam. Jika saja aku tidak membutuhkan uang aku sudah pasti meninggalkan pekerjaan ini.

Setelah selesai membereskan barangku, aku melangkah menuju Luke yangsedang berdiri bersandar di ambang pintu. "Kau sudah siap? Baiklah, ayo kita pulang." Aku tersenyum kaku teringat pada ucapannya hari ini yang menyatakan bahwa Luke masih menginginkanku untuk kembali menjadi miliknya, namun aku tidak bisa dan semua kejadian ini sungguh membuatku semakin canggung setelah aku tega meninggalkannya sendirian untuk pergi bersama Justin. Yang ternyata juga meninggalkanku, ah betapa ironis. "Maafkan aku Luke." Ujarku sembari melangkah beriringan disampingnya menuju lift.

"Untuk apa? Dan kenapa kau sering sekali minta maaf padaku belakangan ini, kau tidak melakukan kesalahan apapun." Aku menggeleng kaku, entah kenapa aku menjadi sangat merasa bersalah padanya setelah apa yang terjadi hari ini. "Maaf karena... aku telah meninggalkanmu tanpa mengucapkan sepatah katapun siang tadi."

Dia tersenyum, sebuah senyuman dengan lesung pipi yang sungguh mengingatkanku pada masa bahagiaku dengannya di waktu yang lalu. "Tidak apa, aku bisa mengerti. Karena sesungguhnya akulah yang terlalu banyak melakukan kesalahan padamu, kau bahkan pantas untuk memukulku atau menamparku." Aku terdiam mendengar ucapannya, dia sungguh berbeda dari Luke yang dulu. Luke yang dulu akan meninggalkanku begitu saja jika perempuan dari masa lalunya datang kembali dan menyandarkan kepalanya di bahu Luke. Memang tidak ada yang bisa menjamin bahwa Luke tidak akan melakukan kesalahan yang sama tapi.. entah kenapa dia sungguh berbeda.

"Aku tidak akan melakukan itu."

Saat kami berada di dalam lift Luke terdiam, lantas dia menggenggam tanganku dan membuatku beralih menatapnya. "Aku tidak mau mendengarmu meminta maaf lagi padaku, aku benci mendengarnya." Aku mengangguk lemah sembari menarik kembali tanganku hingga Luke melepaskan genggaman tangannya padaku.

Fall in Love With That Guy (Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang