17 - Subway Dating

1.8K 97 7
                                    

-Tiffany's View-

Aku masih tidak dapat mempercayai apa yang sedang terjadi, aku merasakan sebuah tangan besar menggenggam tanganku keluar dari ruang kerjaku. Mataku tak bisa lepas menatap sebuah tangan besar itu yang melengkapi telapak tanganku begitu sempurna, mataku beralih menatap pria itu. Justin Gunstair.

"A-apa yang kau lakukan? Aku bisa jalan sendiri lepaskan tanganku." Entah apa yang membuatku berbicara seperti itu. Alih alih aku merasa bahagia karena dia menggenggam tanganku, namun kenyataan adalah sebaliknya. Karena aku melihat semua orang yang kami lewati menatap kami seperti sebuah penampakan alien yang berjalan di muka bumi. Aku dapat mengerti apa yang sedang mereka lihat dari kami, Justin adalah seorang gay, itu yang kini mereka semua ketahui dan itu adalah kebenaran. Tapi yang aneh adalah untuk apa dia menggenggam tanganku begitu erat?

"Ah maaf, ayo. Aku akan meminta driver untuk membawa mobilku ke depan lobby." Ujarnya sembari melepaskan tanganku dan kami mulai beranjak masuk ke dalam lift. "Kenapa kau menggenggam tanganku?" Tanyaku padanya saat hanya kami yang berada di dalam lift.

Justin menatapku dengan alis yang hampir bertaut. "Apa aku salah menggenggam tanganmu?" Tanyanya. Aku masih terdiam, berpikir sesungguhnya apa alasan aku tidak suka dia menggenggam tanganku di depan umum. Apa aku malu karena seorang penyuka sesama jenis yang menggenggam tanganku?

"Tidak."

"Lalu apa masalahnya? Kau tidak suka aku menggenggam tanganmu?" Justin kembali bertanya padaku tanpa melepaskan sedikitpun pandangannya dariku. Aku menghela nafas dalam lantas kembali menatap kedua mata hazelnya. "Tidak, aku tidak suka."

"Kenapa? Karena aku seorang gay?" Tanya Justin dengan nada suaranya yang bergetar, mungkin karena dia tidak sedang benar-benar sehat. "Ya." Jawabku dengan suara tertahan.

"Kau sangat baik padaku Tiffany, aku tahu bahkan sedari awal di dalam hatimu kau tidak pernah melihatku sedikitpun sebagai seorang gay. Tidak bisakah kita berpura-pura seperti teman spesial?"

"Berpura-pura kau bilang? Untuk apa?" Tanyaku yang membuat Justin menghela nafasnya. "Dengar Tiffany, aku tahu aku sering membuatmu merasa sulit, terlebih aku pernah menabrakmu hingga kau dirawat di rumah sakit."

"Aku sudah bilang berkali-kali bahwa itu bukanlah salahmu."

Justin memijat keningnya setelah sekilas dia melihat ponselnya yang berdering nada pesan masuk. "Supir pribadi ayahku baru saja memberitahuku bahwa di lantai bawah ada banyak paparazzi, mungkin mereka akan segera melontarkanku dengan banyak pertanyaan."

"Lalu apa? Kau ingin aku berpura-pura menjadi pacarmu? Yang benar saja Justin." Ujarku sudah berhenti berbicara formal padanya setelah sikap anehnya hari ini. Lift berdenting tanda kami sudah sampai di lantai dasar. Justin menekan kembali tombol untuk menutup pintu, aku yang hendak berjalan keluar sontak terhenti karenanya. "Aku mohon." Ujarnya dengan nada suara pelan hampir tak terdengar.

Disaat aku ingin menjawabnya, ponsel Justin kembali berdering kali ini tanda panggilan masuk. "Halo?"

...

"Apa?! Bagaimana bisa?"

...

"Shit! Kenapa tidak sekalian saja mereka membunuhku! Baiklah katakan padanya terserah!!" Ujar Justin kesal sembari menutup panggilan teleponnya. Dia kembali menatapku dengan salah satu alis yang terangkat menunggu jawabanku. "Ta-tapi bagaimana dengan Luke? Jika dia mengetahuinya dia akan sangat terluka." Ujarku sembari menunduk.

"Ku anggap itu jawaban iya." Ujarnya sembari menekan tombol lift lantas menggamit tanganku kembali kali ini jari jemarinya berada di antara jari jemariku. Aku terhenyak mengikuti langkah kakinya yang jenjang berjalan terburu-buru melewati lobby.

Fall in Love With That Guy (Gay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang