1. Hukuman

54 15 6
                                    

Hari ini hari Senin, dimana orang orang memulai beraktifitas. Sekaligus hari yang paling membosankan. Dimana murid - murid harus melaksanakan upacara di bawah terik matahari, belum lagi ceramah yang sangat panjang dari pembina upacara. SMA Nusa Bangsa  juga sama seperti sekolah sekolah lainnya yang mengadakan upacara. Upacara di SMA Nusa Bangsa berjalan dengan khidmat, walau tak sedikit siswa siswi yang mengeluh akibat upacara yang terlalu lama. Belum lagi ketika pembina upacara memulai berbicara, semakin banyak siswa siswi yang mengeluh. Tiba - tiba pembina upacara memanggil beberapa siswa dan disuruh ke depan.

"Nah, anak - anak kalian pasti heran kenapa Bapak memanggil mereka ke depan. Kalian tau kan siapa mereka? Mereka ini kelas dua belas. Tapi kelakuan mereka seperti anak TK. Bapak tidak mau kejadian ini terulang kembali, mereka Bapak ke depankan sebagai contoh buruk untuk kalian,"ujar bapak pembina itu. Lalu mengucapkan kata penutup yang membuat para siswa siswa menghela nafas lega. Upacara pun sudah berakhir dan semua siswa siswi dipersilahkan masuk ke kelas nya masing - masing. Tapi tidak untuk beberapa orang yang tadi di kedepankan.

"Kalian semua, ikut Bapak!"ucapnya tegas. Sedangkan siswa yang disuruh hanya mengikuti patuh.

----

Disinilah mereka, berada di ruangan yang luas namun terasa sesak. Mendengar ocehan dari guru plontos dan perut buncit nya dan jangan lupakan kumis nya yang sangat lebat.

"Jujur, Bapak lelah. Lelah dengan sikap kalian! Terutama kamu, Nathan! Kamu juga Varrel, Alden! Kalian ini sudah kelas dua belas, seharusnya kalian sadar." guru buncit itu menghela nafas lelah. Sebenarnya nama asli guru itu adalah Ramdhan, ia termasuk guru terkiller.

"Tidak bisakah kalian dewasa sedikit? Sifat kalian sungguh membuat Bapak lelah,"lanjutnya dengan nada yang tebilang putus asa.

"Emang gue pikirin," Nathan membatin.

"Baiklah, karena kalian baru pertama kali membuat kasus Bapak kalian maafkan. Tapi, untuk Nathan, Varrel, dan Alden kalian Bapak hukum! Bersihkan perpustakaan setiap jam istirahat dan bersihkan toilet sepulang sekolah! Selama satu minggu. Jangan berpikiran untuk kabur karena sudah ada CCTV dan Mang Yayat yang mengawasi kalian."putus pak Ramdhan. Sedangkan mereka bertiga hanya melongo.

"Kok gitu sih Pak? Mereka juga harusnya dihukum juga dong! Gak adil ini gak adil!"Nathan protes, dan di angguki oleh Varrel dan Alden.

"Oke, oke kalian Bapak hukum hormat sampai jam istirahat," putus pak Ramdhan.

"Lah, gak bisa gitu dong Pak! Saya sama temen- temen saya bersihin perpustakaan sama toilet seminggu. Mereka cuman satu hari? Itupun sampe istirahat? Kok gitu Pak saya merasa dibeda bedain loh Pak," Nathan kembali protes. Dan dibalas pelototan pak Ramdhan. Dan pada akhirnya Nathan hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Yasudah, kalian kembali ke kelas saja. Dan jangan lupa dengan hukumannya,"ujar pak Ramdhan.

----

Sedangkan dilain tempat, tepatnya di kelas XI Ipa 1 sedang mengadakan ulangan harian fisika. Yang membuat siswa di kelas itu mengeluh belum belajar lah, belum siap lah, dan masih banyak keluhan lainnya. Suasana hening, sampai terdengar bisikan seseorang.

"Heh! Kasih tau gue dong essay nomer satu sampe lima," bisik Linda sambil menyerahkan lembar jawabannya.

Tak banyak omong Alena menyalin pekerjaannya, dan memberikan jawabannya kepada Linda. Namun, ketika kertas itu sudah ada di tangan Linda guru yang bernama  bu Tia itu melihat.

"HEY! KALIAN SEDANG APA ITU?! KALIAN KIRA, IBU TIDAK MELIHAT?!"teriakan dari bu Tia menggelegar membuat siswa siswi terlonjak kaget. Termasuk Linda dan Alena.

PhilanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang