2. Pemaksaan

53 16 14
                                    

"Gapapa lo tendang anu gue asalkan jangan cinta gue ke lo yang lo tendang"

-Nathaniel -

Sebuah motor sport terparkir di depan gerbang yang menjulang tinggi. Sedangkan pengendara nya ada di atas nya sambil mengaca di spion dan menyisir dengan tangannya sendiri. Kegiatan pemuda itu harus terhenti ketika terdengar gerbang yang terbuka. Pemuda itupun menoleh dan langsung menyambut dengan senyum tengilnya.

"Eh, sayang nya Niel udah keluar," iya, orang itu Nathan.

"Sayang - sayang pala lo peyang!" ucapnya sambil menggeplak kepala Nathan dengan buku yang dibawa nya.

"Anjir! Jambul ulala gue rusak," ucapnya histeris, terlalu lebay sih.

"Alay lo. Lo tuh ngapain sih kesini?"

"Ya, pengen jemput sayang nya Niel dong,"

"Jijik! Lagian tau darimana coba lo rumah gue. Udah ah minggir gue mau jalan!"

"Gak! Pokoknya lo harus ikut gue!"

"Minggir gak?!"

"Gak! Lo tuh har--- anjing! Sakit," ucapan Nathan terpotong, tergantikan dengan umpatan karena anunya ditendang oleh Alena. Tidak terlalu kencang, hanya tetap saja ngilu gitu.

"Gapapa lo tendang anu gue asalkan jangan cinta gue ke lo yang lo tendang," sambil mengedipkan matanya. Walau sesekali dia meringis ngilu.

"Bodo amat!" sambil melenggang pergi menyisakan Nathan yang meringis karena rasa ngilu.

----

Alena berdiri dengan gelisah, sambil sesekali melirik arlojinya. Dia sedang menunggu angkutan umum, tapi sejak tadi tidak ada yang melintas satu pun. Sampai deru motor terdengar dan berhenti di samping Alena, dan Alena tidak peduli karena yang ia pedulikan adalah bagaimana jika dia telat.

"Ayo! Gue anter,"

Alena menoleh dan terkejut, "Gak."

"Gak ada alesan! Cepet! Lo mau gue juga telat?!"

Setelah mempertimbangkan nya Alena pun dengan terpaksa naik ke motornya. Dan motor pun melaju membelah jalanan.

----

Nathan duduk di kelas nya dengan wajah kusut, membuat kedua temannya menatap heran. Karena tak biasanya Nathan wajah nya suram seperti itu.

"Ngapa lo bos?" tanya Alden.

"Gue kesel,"

"Kesel kenapa?" tanya Alden lagi.

"Lo bayangin aja, anu gue ditendang. Sakit anjing. Kayak ngilu - ngilu gimana gitu,"

Alden dan Varrel saling tatap tak lama mereka tertawa terbahak bahak. Penghuni kelas melihat ke arah Alden dan Varrel dengan wajah melongo sekaligus terpana. Bukan apa - apa, hanya saja itu pertama kalinya mereka melihat Varrel yang notabene nya jarang senyum tiba - tiba tertawa terbahak bahak.

"Ini. Ini nih, temen yang bangsat. Orang lagi sakit malah ketawa!" Nathan mendelik.

Varrel berdehem untuk meredakan tawanya karena dia kini menjadi pusat perhatian. Sedangkan Alden masih terkekeh kecil.

"Lah abis si bos. Lagian lo ngapain sih, sampe ditendang begitu," kata Alden, setelah tertawa nya reda.

"Jadi gini, gue kan tadi jemput si Alena. Terus gak lama kan dia keluar. Eh dia gak mau di anter ya gue maksa lah, bukannya mau malah ditendang. Terus dia pergi, gak lama dari itu gue jalan tuh eh taunya dia ada di jalan yaudah gue ajak aja. Gue paksa akhirnya dia mau," Ungkap Nathan.

PhilanderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang