.
.
.Ketika dalam benak hatimu dapat rasakan kentalnya rasa dekat; hingga semua rindumu terpusat disana, ialah rumah. Tempat teraman nan juga nyaman, tempat berpulang setelah menerjang, tempat untuk mengobati hati.
Tertulis sudah sajak perihal rumah ini, agar apa yang terjadi terkenang abadi. Sebagai tanda, bahwa saya disini. Bahwa saya pernah merasa kembali, dan saya tahu bagaimana cara terobati.
Lewat sudah ribuan meter saya berkelana, lewat sudah ribuan detik saya memetik ilmu, lewat ribuan hari, telah kusadari bahwa saya sendiri. Tapi satu yang tak pernah berpindah, adalah rumah.
Maka dari itu saya pulang. Pulang dari rumah satu ke rumah yang lain. Entah itu berpulang ke tatapan mata seseorang, rumah usang yang ada di ujung jalan, atau ke diri masing - masing. Intinya saya pulang.
Tak perduli seperti apa kau menganggap rumah itu, punya atau tidak, sepi atau ramai, dingin atau hangat, kecil atau besar, hidup atau mati, dekat atau jauh, nyata atau hanya imaji. Siapapun kau berhak untuk merasakan yang namanya 'pulang'.
ー Detra dan Ruwam Irayi
-;Han.