Chapter 3

9 0 0
                                    

Di kelas setelah pertemuan mata kuliah selesai,tinggal menunggu jam praktek yang akan dilaksanakan 1 jam lagi, Richald memandangi Revan dengan tatapan aneh kek minta kawin, Revan yang sadar memandang jijik temannya dalam artian 'apaan lo liatin'

"Sarap" kata Revan kemudian lanjut membereskan buku-buku nya

"Gimana bro kemaren?" tanya Richald menaikkan alisnya

"Apanya?"

"Ah elah, kemaren ga mampir ke rumah She dulu lo? Gimana udah kenal sama mama papa nya?"

"Bacod apa sih?"

"Lo seharusnya terimakasih sama gue"

"Terimakasih apaan, lo bikin gue susah" Revan lalu bangkit dari duduknya ingin keluar kelas, Revan gerah karena pertanyaan Richald. Richald malah ketawa-ketawa ga jelas

"Punya temen satu gobloknya kebangeten emang, urusin aja lo punya lukisan, ga usah urusin perasaan sendiri" ucap Richald kepada siapapun yang mendengarnya

***

"Kak Van!" teriak Sheran mengejutkan yang sekarang berdiri dihadapan Revan yang akan menuju kantin

"Bocah, kek jelangkung lo bikin kaget aja" Richald yang tiba dibelakang Revan

Bukannya yang seharusnya kaget Revan bukan Richald, Revan hanya diam saja. Mungkin jiwa mereka satu

"Kembaran lo mana? Kok ga bareng?" tanya Richald karena tidak melihat Beby, kangen ye Ric -muehehe-

"Kembaran? Siap kak? Aku ga punya kembaran" polos Sheran

"Beby" jawab Richald dengan wajah datar tak ingin memperkeruh otak Sheran buat mikir

"Ooh dia lagi ada praktek tadi kak jadi sibuk, kenapa kak? Kangen ya ciee"

"Ekhm.. Kalo mau ngobrol lanjutin, gue duluan" ucap Revan tiba-tiba karena merasa terabaikan dan ingin melanjutkan jalannya tapi dicegah Sheran

"Eh maaf ya kak Van, aku kesini buat ketemu kak Van kok bukan buat ngobrol sama kak Ric, kak Richald sih tanyain She"

"Trus?" jutek amat sih kakang ke She, untung She kebal

"Hehe, mau nganterin bekal buat kak Van" menyodorkan bekal dengan wajah berbinar
"Kesukaan kak Van, kak Van suka telur gulung kan. Aku juga tambahin sayuran biar kak Van sehat dan kuat" jelas She semangat

Revan hanya diam saja dengan wajah datarnya, membuat She memerjab lucu kebingungan 'kenapa belum diterima bekalnya'. Richald yang tau keadaan seakan ingin memecahkan kesunyian

"Wah enak tuh, sini gue makan kalo Revan ga mau" ucap Richald

"Ga boleh! Ini buat kak Van, bukan kak Richald!" kata She tak terima, membuat Richald melemparkan tatapan 'awas aja lo' sambil komat-kamit ga jelas, akhirnya Sheran dan Richald berkelahi dengan tatapan dan kamitan di bibir mereka

Revan jengah dan menerima bekalnya, membuat Sheran terfokus kearah tangannya yang terulur dan tersenyum lebar, tapi kemudian senyumnya pudar saat Revan ngasih bekalnya ke Richald

"Makan aja gue ga nafsu" lalu berlalu(?) meninggalkan Richald dan Sheran

Richald sebenarnya tidak bermaksud yang sesungguhnya, tapi malah Revan memberikannya, sekarang Sheran keliatan menyedihkan namun tersenyum paksa kemudian,
Sudah terbiasa ditolak Revan beberapa kali.

"Sabar She, gue bakal maksa Van buat makan bekal lo tenang aja"

Senyum She kembali merekah dengan tulus
"Beneran ya kak?!" Richald mengangguk, menepuk pundak Sheran lalu menuju kantin menyusul Revan

'Dasar si ontong, dapet baiknya kek gini masih mau disia-sia in' bati Richald di perjalanan

Sesampainya di kantin Richald langsung duduk di depan Revan yang memainkan hp nya
Menaruh bekal Sheran dan menggeser kedepan Revan, dia menatap bingung

"Setidaknya hargai dia kali ini" kata Richald serius, ciah jadi laki-laki yang bertanggung jawab

"Bukan urusan lo"

"Lo ga lelah apa? Liat perjuangan dia bro, sejak SMA perhatian sama lo meskipun lo usir sekalipun"

"Dia yang mau, gue ga salah"

"Lo ga pernah ada diposisinya, enak ya ngerasa diperjuangin akhirnya lo abaikan aja perasaannya"

Van diam, apasih maksud Richald. Kenapa dia harus merhatiin perasaan orang lain?.
Berkutat dengan pikirannya sampai makanan pesanannya datang beserta minumnya, dan malah direbut Richald cepat sebelum sampai pada tangannya

"Lo punya bekal sehat, makan!" ucap Richald dan melahap bakso didepannya

Van terdiam melihat bekalnya

"Terserah lo, turutin aja trus ego lo dan jangan nyesel kalo ada yang hilang dari diri lo" ucap Richald di sela-sela makannya. Revan tidak sepenuhnya faham dengan perkataan Richald dari tadi, apa yang sebenarnya mau Richald sampaikan, buat Revan mikir

**

Sepulang ngampus Richald berjalan sendiri tanpa Revan, keliatan banget kalo dia jomblo, karena Revan tadi berkata ingin langsung ke galeri, sedangkan Richald males ikut, ya bukan salah Van juga Richald jadi alone

Dipertengahan jalan dia melihat Beby dengan bertumpuk-tumpuk buku di tangannya.

"Eh! Siapa namanya.. Eh ipin!" teriak Richald karena lupan nama Beby, yang noleh jadi semua mahasiswa di halaman kampus(corong emang si Richald), emang siapa yang ga bingung kalo yang dipanggil namanya Ipin, si Beby juga noleh dan mendapati Richald yang menghampirinya

"Eh noleh"

"Lo manggil gue kak? Apa! Lo manggil gue Ipin?!" mulai sensi Beby liat tampang Richald yang bikin kesel

"Lah lo juga noleh"

"Siapa yang ga noleh denger toak berjalan"

"Makasih, baik deh ngatain senior toak"
"Mau kemana? Ngapain bawa buku banyak? Rajin banget sih lo"

"Kepo! Kek mak-mak gosip, urusan gue kali mau kemana juga"

"Anak sastra, banyak baca, sikap kalem seharusnya ada, kemana ilangnya kalem lo? Lo bagiin ya, baik deh" ada hubungannya ya baca buku sama kalem? Serah Richald aja deh

"Untung lo senior gue kak" jawab Beby sabar

"Jadi lo mau kemana? Mau ke perpus kan? Anak sastra biasa main kesana"

"Sok tau"

"Trus?"

"Mau balikin buku... Ke perpus" jawab Beby merendah diakhir kalimat

"Sok tau!" kata Richald memperaktekkan cara bicara Beby tadi
"Sini gue bantu bawa bukunya, gue kan senior tampan, baik hati dan suka menabung" karena Richald bosan pulang lebih awal. Dia merebut buku yang di pegang Beby dan jalan mendahului Beby tanpa menunggu persetujuannya

"Buset bawa buku segini beratnya, enteng-enteng aja tu muka" grutu Richald jauh di depan Beby

"Buruan ipin! Berat" teriak Richald ke Beby

"Dasar lemah!"

Dan teruslah perdebatan antara mereka sepanjang berjalan ke perpus

*****

Media : Richald

DIVINE[D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang