Pagi harinya Sheran tidak ada kelas, tapi dia datang ke kampus karena Revan yang ada kelas. Ya untuk ngasih bekal
"Clingak clinguk, mau maling ya lo" kata Richald dibelakang Sheran, karena Sheran yang dari tadi tak menemukan wujud Revan
"Kak Van mana kak? Kok ga keliatan?" tanya Sheran penasaran
"Lagi ngomongin sesuatu sama mentor, bentar lagi kelar"
"Oooo... " Sheran manggut manggut
"Oh iya Beby ga ikut kak tadi mau ngerjain tugas tambahan katanya" kata Sheran tiba-tiba"Ngapa lapor gue, gue bukan maknya, Kicot"
"Kak Ric kan biasanya cariin Beby, ya dari pada kak Ric nanti nanya lagi mending aku kasih tau dulu"
"Ric.. " kata seseorang dibelakang Richald, senyum Sheran merekah, segera dia berlari kearah Revan yang tak jauh lagi dari posisinya, menyodorkan bekalnya
"Menu hari ini, ayam goreng sama capcay" kata Sheran semangat
"Widih enak ya yang tiap pagi dapet bekal dari istri!" nyolot Richald, sengaja biar banyak yang denger
"Bacod!" ke Richald
"Lo bawa balik mending" ke SheranSheran menggeleng dan tetap menyodorkan bekalnya
"Aku mau naruh lacinya kak Van, tapi kan duduknya ga paten jadi sekarang ga bisa taroh laci, langsung terima aja ya kak" mohon Sheran"Gue bilang bawa balik"
"Ntar kotak bekalnya titipin aja ke kak Ric, kalo dulu kakak bisa taroh laci lagi buat aku ambil, tapi sekarang kan ga bisa" cerocos Sheran
Revan menghela nafas marah, menggenggam tangannya
"Lo itu bego ya, ga ngerti bahasa manusia? gue bener-bener muak sama lo, jauhin gue karena cuma itu permintaan gue dan hidup gue bakal tenang, ngerti lo!" bentak Revan membuat semua mata tertuju ke mereka, Richald tak kalah kagetSheran menatap tak percaya karena bentakan Revan, diam sesaat tapi dia tak ingin berfikir negatif
'mungkin kak Van lagi lelah ngurusin galerinya jadi badmood'Bahkan Richald yang biasa memecah kecanggungan sekarang hanya diam ditempat. Pasti Sheran malu dibentak diumum seperti ini. Itu kiranya yang dipikirkan Richald
Tapi Sheran tidak. Sheran senyum kemudian setelah lama terdiam, membuat Revan bingung. Apa bentakannya tetap tak bisa menyadarkan Sheran
"Gapapa kok kak, kakak udah bilang kayak gitu berulang kali, pasti kakak cuma lagi badmood. Ya udah aku ga ganggu kakak hari ini, semoga hari kak Van menyenangkan" kata Sheran nyengir bahagia kemudian berbalik, kemudian berlari menuju gedung sastra untuk menemui Beby, tanpa menunggu respon Revan. Dia tak ingin merepotkan dan membuat Revan tambah membecinya
***
Setibanya di fakultas Beby dan menemuinya, mereka kemudian duduk di taman yang tersedia di sana. Beby kembali setelah membeli minuman kaleng dari mesin minuman
Menghampiri Sheran, dan sadar kalau sahabatnya dalam masalah, meskipun Sheran seorang yang ceria, namun bagi Beby yang telah mengenalnya lama, ia tau kapan sahabatnya itu merasa sedih
Duduk didepan Sheran, Sheran yang menyadari hanya menampilkan senyum andalannya
"Kenapa?" tanya Beby sambil membuka minuman kaleng berasa buah apel kepada Sheran.
"Apanya?"
"Kak Van lagi?" Sheran mengangguk dan mengerucutkan bibirnya, meminum buah apelnya
"Kak Van ngusir aku lagi hehe" kata Sheran nyengir
Beby diam menyimak
"Padahal udah lama aku ga denger kak Van ngusir aku"
"Kenapa harus kak Van sih She yang lo suka?"
"Karena kak Van jodohku"
"Jodoh itu ga ada yang tau She, kalo misal lo ga jodoh sama kak Van gimana?"
"Ga mau, pokoknya harus jodoh sama kak Van. Apa salahnya usaha dulu, kan nanti pasti ada hasilnya ya kan"
"Iya iya. Tapi kalo kayak gini terus, gue ga yakin kak Van bakal suka ke elo, ya bukannya gue runtuhin harapan lo, tapi lo ngerti sendiri kan berapa tahun lo perjuangin kak Van dan apa hasilnya?" Beby udah gatel pingin ngungkapinnya, demi kebaikan sahabatnya
Sheran diam memahami perkataan Beby
"Banyak lo She yang suka sama lo, kenapa lo nutup diri sih? Oke karena kak Van. Tapu kenapa ga coba aja nerima salah satu cowok yang nembak lo, siapa tau dia lebih baik dari pada kak Van yang dingin itu" tambah Beby
Sheran diam sesaat "kak Van ga dingin kok" kata Sheran
"Apa ga dingin? Terus lo sebut apa cowok kaya kak Van?"
Sheran mikir
"Udah She mending lo pikirin kata-kata gue tadi, gue cuma ga pingin lo sakit hati" bujuk Sheran
***
Jam menunjukan waktunya pulang, setelah Sheran bertemu Beby ditempat biasa untuk pulang bersama hari ini, Sheran terlebih dulu ada sebuah misi
"Beb anterin aku ke kak Ric ya"
"Ogah ah, males gue"
"Yahh ayo dong Beb, aku cuma mau nanya doang ke kak Ric tempat galerinya kak Van dimana, ikut ya" bujuk Sheran
"Kenapa ga tanya langsung aja ke kak Van sih, biasa nya juga gitu"
"Kamu kan tau tadi kak Van lagi marah"
"Ya udah kalo gitu ga usah dateng ke galerinya" kata-kata Beby membuat Sheran murung. Revan marah padanya tapi dia tetap ingin ketemu Revan
Beby sadar sudah kelewatan karena nampak jelas kekecewaan diwajah Sheran
"Bu.. Bukan gitu maksud gue She, iya ayo gue antar ke kak Ric, mau ke galerinya kak Van kan" kata Beby menyetujui bujukan Sheran tadiSheran langsung bungah "makasih Beb. Meskipun kak Van marah, tapi aku tetep mau datang buat kak Van" ucap Sheran
Beby tersenyum lembut
"Ayo kita cari kak Ric!" dengan segera Sheran menarik tangan Beby mencari Richald, takut orangnya keburu pulang
Di jalan hampir dekat dengan kelas Richald, Sheran berhenti dan senyum yang selalu melekat di wajahnya pudar.
Dia melihat Revan dengan wanita dihadapannya, saling berpegangan tangan, dan Revan mengusap rambut halus wanita itu dengan senyum di wajah Revan yang selama ini tak pernah didapat Sheran. Hati nya sakit, benar-benar sakit, lebih sakit dari pada penolakan Revan yang berkali-kali.
Disaat seperti ini tidak ada pikiran positif menyerangnya seperti sebelum sebelumnya. Bolehkah Sheran salah faham bahwa wanita itu kekasih Revan. Pikiran yang terlintas benar-benar menambah rasa sakitnya. Apa ini akhir dari segala perjuangan Sheran? Kenapa selama ini Sheran yang telah berjuang, dan kenapa malah wanita itu yang mendapatkan semua harapan Sheran.
Seburuk itukah Sheran bagi Revan? Sebenci itukah Revan ke Sheran? Se tidak penting itukah perasaan Sheran bagi Revan?Beby yang baru sampai menyusul Sheran, karena tadi Sheran berjalan dengan riang sedangkan Beby dengan lesuh.
Menatap Sheran yang saat ini bukanlah Sheran yang sesungguhnya karena, Beby melihatnya menangis. Mengikuti arah pandangnya dan tidak perlu lagi bertanya apa yang membuat Sheran seperti ini.
Dengan sigap Beby membalikkan badan Sheran dan memeluknya erat agar Sheran tak melihat yang lebih menyakitkannya, mengelus rambutnya menenangkan, Sheran menangis didalam pelukan Beby.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVINE[D]
Teen Fiction"Aku percaya dengan takdir, hanya butuh usaha dan aku akan mendapatkannya"- "Kenapa?"- "Aku akan tetap disisinya"- ~ "Dia lagi?" "-" "Gue beruntung punya dia, kenapa gue ga bersyukur" *** "Dengan mempercayai perkataan/ramalan orang maka hal itu akan...