02. Misteri Kematian Cherika Pt.2

57 7 0
                                    

Jam istirahat datang, kita udah siap-siap mau keluar tapi tiba-tiba Pak Wildan masuk memberitahukan kami bahwa polisi meminta kami satu-satu untuk diperiksa di ruang bk.

"Sesuai absen ya, Adelaide Marhanita?" panggil Pak Wildan.

"Absen pak," sahut Gilang.

"Alasannya apa?"

"Gak tau, pak."

"Emm .. bukannya Adel ini sahabatnya Cherika?"

"Iya, pak. Tapi kita gak ada yang tau keberadaannya dimana, saya sudah coba menghubungi tapi nomornya juga tidak aktif," sahut Gilang lagi.

Kalo gue liat-liat muka Pak Wildan, ia sepertinya juga curiga. Well, siapa yang tidak curiga dengan posisi Adel saat ini.

"Oke kalau gitu lanjut absen kedua ya, Afrina Malika."

"Iya, pak."

Hampir satu setengah jam telah berlalu, kini giliran gue yang dipanggil. Gue lumayan gugup, sebenarnya gak ada informasi yang penting dari gue. Yang jelas gue bakal ngejelasin apa keganjilan yang gue rasain. Mungkin itu bisa membantu sedikit.

Keesokan harinya kembali seperti biasa, kami juga sudah boleh menggunakan kelas kami sendiri. walaupun agak ngeri-ngeri sedap belajar ditempat yang semalam ada orang bunuh diri.

Kelas masih kosong, gue memang langganan siswa yang datang pagi-pagi bukan karena ingin menjadi siswa teladan tapi karena ingin tidur lagi. Jadi walaupun gue ketiduran gue gak akan telat ke sekolah.

Tempat duduk gue, barisan nomor dua dari belakang di dekat dinding sebelah kiri. Posisi uenak emang. Gue duduk, pasang headset lalu hilanglah kesadaran.

Tak berapa lama gue setengah sadar karena mendengar keributan, pandangan gue yang masih kabur-kabur melihat segerombol orang berkumpul di tengah.

"Bangun molor aja kerjaan lu! Tuh Adel dateng!" ujar Delvin memukul-mukul meja gue.

Gue mendelik kearahnya, niatnya mau marah tapi pas ingat nama Adel mata gue terbelalak. Otak gue baru loading.

"Adel? Adel kesekolah??"

"Idih lola!"

Gue seketika bangun dan ikut ngumpul. Lagi bicarain apa nih orang, yang jelas saat itu gue ngeliat Adel nangis-nangis sementara Mirna, Winny dan Fia duduk di hadapannya.

"Gue beneran gak nyangka dia bakal ngelakuin hal itu .. gu-gue ngerasa bersalah," jelas Adel sambil terisak-isak.

"Jadi beneran dia bunuh diri cuma gara-gara lo juga suka sama Aron?!" tanya Bang Kai dengan suara nyaring.

"Kalian dengar sendiri kan dari Fia, gue berusaha nyembunyiin fakta itu. Tapi seminggu yang lalu dia tau karena gak sengaja baca diary di hp gue. Gue udah minta maaf namun dia gak mau maafin gue, dia merasa gue udah ngehianatin dia. Dia benar-benar kecewa berat sama gue karena selama ini dia percaya banget sama gue."

Masuk akal sih tapi gue pikir Cherika gak akan bunuh diri hanya karena masalah sekecil itu. Entahlah kalo dia terlalu baperan. Wong pacaran aja belum, udah sebegitu cemburunya.

"Masa sih? Gitu doang?" tanya Adriella mewakilkan perasaan gue.

"Gue juga gak yakin karena gue percaya Cherika itu orangnya kuat. Tapi ya .. gue gak yakin bisa bicarain masalah ini kekalian. Ini masalah privasi dia."

"Udah bilang aja, gue penasaran sepintar apa lo buat alibi. Berhenti deh nangis drama kayak gitu!" sergah Winny.

"Apaan sih lo Win! Kenapa lo masih tetap nyalahin Adel?!" sambung Mirna sedikit berteriak.

High School Trouble ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang