08. Winny : God's Gift Pt. 2

23 2 2
                                    

Setelah kembali ke kelas, kami semua duduk dengan rapi dengan arahan Gilang karena katanya hari ini wali kelas yang baru akan datang dan memperkenalkan diri.

"Mudahan bukan Bu Suk."

Entah berapa kali bisik-bisik doa seperti itu gue dengar.

Kalo gue pribadi sih, bukan maksud mau membeda-bedakan antar guru ya tapi.. gue juga emang gak srek kalo Bu Suk yang jadi wali kelas. Tiap hari makan ati terus, cuy. Gak tahan gue, apalagi Freya, mungkin dia bakal ngajuin pindah kelas.

Tok Tok Tok

Bunyi ketukan pintu itu membuat kami saling berpandangan satu sama lain. Beberapa murid ada yang menelan ludah, kaki bergetar, sesak nafas, ambeien, tremor, dll.

Becanda ya deng, heheh.

Pintu kelas akhirnya terbuka oleh dorongan satu sosok dari luar, suaranya persis pintu yang berderit di film-film horor hingga menambah suasana ketegangan.

"Pagi anak-anak!"

Sapa wali kelas kami yang baru dengan ceria.

"Pak Wisnu saranghae pak!!" teriak Fathiya melihat yang menjadi wali kelas kami adalah Pak Wisnu. Guru pengampu mata pelajaran matematika, yang ganteng dan murah senyum. Tapi sayang udah berkeluarga.

"Kenapa kalian keliatan tegang tadi?" tanya Pak Wisnu lalu duduk di tempatnya.

"Iya pak, kirain yang masuk itu Bu Sukma," jawab Gilang.

"Oo jadi kalian kecewa nih yang masuk itu bapak?"

"Tidak pak, tidak..." sorak kami membuat Pak Wisnu tertawa kecil.

"Ya sudah, karena ini pertama kali bapak masuk kelas kalian. Jadi kita perkenalan dulu ya."

"Siap, pak."

Meski Pak Wisnu belum pernah sekalipun masuk ke kelas kami, tapi tak diragukan lagi popularitasnya sebagai guru terfavorit selama lima tahun berturut-turut. Gaya mengajarnya easy going, mudah dimengerti dan nilai yang terjamin.

Sungguh, guru idaman.

Selama perkenalan satu persatu. Gue merasa ada yang menoel-noel bahu gue dari belakang.

"Apaan sih, Vin?" ketus gue ketika tau orang yang mengganggu itu adalah Delvin.

Dia sedikit mendekatkan wajahnya ke gue, sementara gue tetap melihat kedepan agar tidak ketahuan jika kami sedang berbincang sembunyi-sembunyi.

"Aneh gak sih? Kenapa yang jadi wali kelas kita itu Pak Wisnu? Secara dia kan bokapnya Cherika."

Seolah larut dalam kelegaan karena yang menjadi wali kelas bukanlah Bu Suk, gue lupa dengan fakta bahwa Pak Wisnu adalah ayah dari Cherika yang baru-baru ini meninggal bunuh diri.

Betul kata Delvin, ini aneh. Kenapa sekolah malah menyuruh Pak Wisnu menjadi wali kelas kami padahal di kelas inilah anaknya memutus kehidupan.

"Baik anak-anak selain bapak hari ini kalian juga akan kedatangan murid pindahan," ujar Pak Wisnu membuat kita semua terperangah, bahkan kami sama sekali tidak pernah mendengar isu ini.

"Siapa, Pak? Cewek apa cowok? Cantik gak pak?" tanya Bang Kai paling semangat.

"Mudahan cowok plis.." harap para murid perempuan lainnya.

"Cowok," jawab Pak Wisnu, murid laki-laki bersorak kecewa sedangkan murid perempuan berhore ria.

"Tapi dari kelas sebelah."

"Hah?"

"Yah.. gak seru pak," celetuk Freya.

"Kelas sebelah itu gak ada cogan, pak." Protes Fia.

High School Trouble ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang