•Part 5•

103K 5K 122
                                    

Jangan lupa Vote dulu!^^
Happy reading!

Jeritan demi jeritan terdengar begitu keras didalam ruangan gelap berminim cahaya.

"Arrggghh..."

Jeritan itu kembali terdengar, saat seorang wanita menancapkan gunting ke dada sebelah kanannya.

"Jawab pertanyaan gue! Dimana ketua lo!" bentak gadis itu.

"G..gue gak t..tau."

Gadis itu menendang aset berharganya.

"Jawab, anjing!"

Pria yang masih berumur kepala tiga itu masih sempat-sempatnya mengeluarkan smirk-nya. Walaupun ia tau, nyawanya sudah berada diujung tanduk.

Gadis itu merasa tertantang, ia menonjok bagian perut pemuda itu, hingga membuatnya mengeluarkan muntah darah.

"Jawab! Atau gue buat lebih dari ini!"

"In your dream! Sampai kapan pun gue gak akan pernah kasih tau lo!" bentak Pemuda itu. Membuat gadis si depannya semakin marah.

Zee bersedekap dada, sepertinya ia harus melakukan cara ini.

"Gilang!"

Gilang datang dengan seorang perempuan paruh baya, mulutnya ia sumpalkan dengan kain, dan digengggamannya terdapat pisau kecil yang ia sodorkan tepat di leher tahanannya.

Pemuda itu membesarkan matanya, ia tak menyangka bahwa istri nya akan menjadi tahanan perempuan gila dihadapannya ini.

Zee tersenyum miring, "berikan alamatnya. Atau perempuan yang lo cinta ini..." Zee menghampiri wanita paruh baya itu, kemudian mengusap puncuk kepalanya dengan lembut, tak lama ia menjambak rambutnya, membuat sang empu meringis kesakitan. "Akan mati dihadapan lo sendiri!"

Pemuda itu mengeluarkan keringat dingin. Harus apa ia sekarang.

"Jangan lo sentuh dia! Gue akan kasih tau!"

Zee melepaskan jambakannya, ia tersenyum miring menghadap pemuda itu.

"Jujur. Gue gak tau dimana tempatnya. Tapi, lo hanya perlu ke arah selatan negara Perancis. Disana ada cafe yang namanya  clouris cafe, dan ada sebuah markas didalamnya. Gue gak terlalu tau tepatnya gimana. Karena semuanya terlalu tertutup. Dan tolong, biarin dia bebas. Kalo lo mau bunuh, bunuh gue aja. Jangan istri gue!"

Zee menatap pria itu tanpa belas kasihannya. Sifat pria keras kepala itu membuatnya jengkel. Dan Zee tidak suka dibantah.

"Siapa nama ketua lo?"

"Mr. A, begitu orang menyebutnya."

Zee tersenyum misterius. Informasi nya sudah lebih dari cukup. Ia mengeluarkan pistol dari saku blazer-nya. Lalu mengarahkan ke pria itu.

Dorr.

Sebuah timas panas menembus tepat di jantungnya. Membuat tahanan Gilang yang sedari tadi diam, menjerit tertahan karena kain dimulutnya.

Zee menoleh pada Gilang. "Urus mayatnya. Kalo perlu, kasih aja ke anjing lo."

Gilang mengangguk patuh, lalu mulai membersihkan mayat pria yang sudah terkapar dengan tubuh dipenuhi darah.

"Wanita ini mau diapakan, Zee?"

Zee mendaratkan bokong nya di sebuah bangku usang. "Terserah lo. Pake aja juga gak apa-apa." ucap Zee santai. Gilang terkejut mendengar perkataan Zee. Ini baru pertama kalinya Zee menyuruh durinya untuk melakukan pelecehan.

"Untuk pertama kalinya lo nyuruh gue melakukan hal ini. Lo lagi ada masalah? Apa gimana?" tanya Gilang sembari menghentikan aktivitasnya sebentar.

Zee terdiam. ia menoleh ke arah istri pemuda yang ia bunuh tadi. Zee menggeleng keras. Apa yang kamu fikirkan Zee? Ini bukan kamu! Ayo kontrol dirimu.

Zee menghela nafas berat. "Buang aja."

Setelahnya Zee bangkit dari duduknya menuju keluar ruangan yang masih dalam keadaan sunyi.

Gilang menatap kepergian Zee dengan sedikit bingung, lalu kembali melanjutkan aktivitas nya.

****

Zee kembali ke mansion pribadinya. Banyak tatapan aneh dari maid dan para bodyguard kepercayaannya, karena baju yang dikenakan Zee banyak bercakan darah, dan sangat bau amis. Namun mereka tidak ada yang berani untuk bertanya.

"Baju!" teriak Zee dingin.

Salah satu bodyguard segera menghampiri Zee dengan baju kaos putih pendek di tangannya. Lalu memberikannya pada Zee.

"Ini, nona."

Zee mengambilnya begitu saja, lalu pergi memasuki lift tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Ting!

Pintu lift terbuka, menampikan kamar atas dengan pintu kamar depan disetiap kamarnya. Kira-kira ada 10 kamar di kamar atasnya ini.

Zee memang mempunyai mansion pribadi, yang tentunya todak diketahui oleh keluarganya. Zee adalah CEO terkaya yang memiliki perusahaan terbesar nomor 2 di dunia. Semua keluarganya memang tau, karena Zee yang menceritakannya. Tapi Williams meminta Zee untuk tidak mengumumkannya di depan publik. Karena bisa saja, keselamatan Zee bisa terancam jika banyak musuh yang ingin bersaing dengan perusahaan miliknya. Mereka tidak tau saja, kalau Zee adalah ketua gangster DBD terkuat no 3! Yang sebentar lagi akan menjadi no 1. Mengingatnya saja membuat Zee tersenyum miring.

****

"Osom!"

"Ah anjing, curang lo! Tadi lo udah mau keluarin batu, lo ubah jadi gunting! Gue liat ya!"

"Yee kalah mah kalah aja, Supri!"

"Heh! Nama gue bagus-bagus Gavin, bukan Supri!"

"Udah apa elah, lo berdua ribut mulu, berisik gue dengernya!

"Diem lo!"

Disinilah Gavin, Davin dan Prim. Di mansion keluarga Williams, bermain permainan kuno. Osom!

"Eh, btw princess mana? Gue kok bum liat dia ddari pas pulang sekolah," tanya Gavin heran.

Davin dan Prim menggedikan bahu-nya, tanda mereka tidak tau.

"Mungkin pergi sama Vania sama Kaila," terka Prim. Davin mengangguk setuju.

Gavin menghela nafas berat. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang janggal perasaannya.

"Lo pada ngerasa gak sih? Kalo princess itu nyembunyiin sesuatu dari kita," ucap Gavin.

Davin menggeleng tidak setuju, "gue rasa enggak. Lo kan tau, princess itu kayak gimana. Dia pasti langsung lapor ke kita kalo ada apa-apa. Princess gak mungkin nyembunyiin sesiatu dari kita."

Prim mengangguk setuju, "lagian lo kenapa sih? Kok tiba-tiba bahas princess?"

Gavin menggeleng pelan, "gak papa, gue ngerasa akhir-akhir ini tingkah princess itu beda. Dia jadi sering keluar mansion tanpa kasih tau kita dulu. Gak kayak princess biasanya. Kadang-kadang juga, dia jadi bersikap aneh. Dingin misalnya, ketus, cuek."

Davin dan Prim saling berpandangan. Merasa penjelasan Gavin cukup masuk akal untuk dipertanyakan.

"Apapun alasannya, kita harus cari tau," ucap Davin. Gavin dan Prim mengangguk.

Tak lama, terlihat kerutan di dahi Prim, "tapi gimana? Apa iya kita langsung tanyain ke princess?"

Davin mengangguk. "Kita tanyain dulu ke princess. Tapi kalau princess gak jawab, berarti emang ada sesuatu yang di sembunyiin."

Mereka bertiga mengangguk setuju.

◼▪◼▪◼▪◼

Yey gue double up!
Vomment jangan lupa!
Ikuti terus kisah misteri nya Zee!
Sampai jumpa dichapter berikutnya!
Bye!

Troublemaker My Ice Girl✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang