YA ALLAH! AKU INGIN MEMILIKI SAHABAT

1K 15 2
                                    

_o0o_

Tepat satu tahun aku meninggalkan tempat kelahiran ku Indonesia, melanjutkan pendidikan di negara bunga sakura tepatnya Jepang.

Siang ini sepulang dari kampus aku selalu mengabiskan hari-hariku di taman bunga sakura Jepang tepatnya di Tokyo yang tidak jauh dari universitas ku.

Aku duduk di bawah pohon bunga sakura sesekali bunga berwarna pink itu jatuh di hadapanku.

Ku ambil buku diary berwana biru yang sudah terlihat usang, lembaran pertama mulai di buka mengingat betapa menyedihkannya aku saat duduk di bangku SMP penuh dengan bully-an dan cacian, bahkan tidak ada yang berteman denganku. Tapi semua berubah saat aku duduk di bangku SMA.

Ini kisahku ...
_______________

Namaku Dilara, aku di kenal sebagai sosok yang sangat pendiam, mau di sekolah, tempat pengajian pokonya selain di rumah.

Orang-orang mengenalku sebagai anak perempuan yang sulit bergaul. bahkan untuk berbicarapun menjadi suatu hal yang sangat sulut untuk-ku.

"DILARA! ... nama lo bagus tapi kok gak sama kaya orangnya, sih? hahaha."

Dina dan kawan-kawanya berulah lagi hari ini, aku hanya bisa mengelus dada, hal yang mereka lakukan sudah tak lagi menyakitkan untuk-ku.

Hari kemarin mereka menaruh permen karet di bangku-ku, aku tidak sadar sehingga saat aku berdiri rok biru yang ku pakai sudah lengket.

Hari kemarinya lagi, tas biru kesayanganku penuh dengan coretan sepidol hitam. dan begitulah setiap hari mereka membully-ku.

Tidak hal manis, yang akan di jadikan kenangan di masa putih_biru ini, hanya cacian yang setiap harinya ku pendam di dalam hati.

Begitulah kisah-ku di masa putih-biru. aku selalu datang pagi dan pulang lebih awal karena aku takut jadi bahan olokan mereka jika aku terlalu lama di sekolah.

Setiap hari aku hanya bisa menangis dan berdoa pada allah. di setap doa aku hanya meminta

"Ya allah ... tolong beri aku satu sahabat, satu saja! aku mohon ya allah," ucapku di sujud dan doaku.

Rasanya, aku sudah lupa bagai mana rasanya memiliki impian dalam hidup, setiap hari aku menangis aku merasa hidup. ketika tidal bertemu dengan Dina, dan kawan-kawanya aku lelah menjalani hidup seperti ini.

Saat itu aku sudah putus asa aku memutuskan untuk mencari SMA sejauh-jauhnya aku ingin menjadi Dilara yang baru tanpa bayangan dari masa lalu.

aku mulai mempersiapkan keperluan untuk mendaftar, aku sungguh-sungguh sudah siap untuk menjalani hidup baru.

Tapi allah berkehendak lain aku gagal seleksi tahap akhir karena nilai IPA ku kurang 0,4 poin!

Aku gagal menjahui mereka yang selalu mengangguku aku hanya bisa menangis.

"Aku gagal Ibu, aku tidak bisa menjauhi mereka, aku tidak mau terus-menerus menjadi bahan bully-an mereka, aku tidak kuat, Bu."

Aku hanya menangis menerima kenyataan ini, gagal menjauhi mereka yang selalu membully-ku. Kapan itu akan berakhir ya Allah!

"Kamu harus kuat, dan yakinlah bahwa Allah akan selalu memberi hal terindah yang tidak akan pernah bayangkan." Ibu memberiku kekuatan.

"Jadilah Dilara yang kuat, sabar, dan buktikan pada mereka bahwa kamu bukan lagi Dilara hanya diam saat di bully, tapi jadilah Dilara yang baru, Dilara yang dewa karena kamu sudah SMA, berjanjilah pada Ibu, Dilara tidak boleh menangis saat pulang sekolah dan mengurung diri di kamar hanya karena di bully."

Ibu memelukku erat, hati ini tenang mendengarkan bait kata yang begitu lembut keluar dari mulut Ibu, hanya dialah sumber kekuatanku.

Aku berjanji akan menjadi Dilara yang baru, bukan lagi Dilara yang hanya diam dan menangis saat di bully.

Aku kembali lagi ke sekolah ini dengan menggunakan seragam putih-abu, bukan lagi putih-biru.

Aku hanya bisa berharap jika aku memiliki teman yang akan menjadi sahabatku.

Aku menatap gedung sekolah ini yang penuh dengan bully-an dan tangisan, aku harus membuang bayangan gelap kepedihan itu.

Membuka lembaran baru yang akan di isi dengan kebahagian dan kisah yang berbeda.

Tiba-tiba lamunanku buyar karena seseorang menepuk bahuku dari belakang, aku langsung melihat siapa orang itu. dan ternyata aku tidak mengenalnya.

"Hay ... salam kenal namaku Dwi, dua di sebelah kananku adalah Rani dan Rina mereka saudara kembar dan dua di sebelah kiriku Riska dan Laras mereka berempat adalah sahabatku. kalau boleh tau siapa namamu?"

"Hay ... salam kenal kembali namaku Dilara."

"Apa aku boleh bergabung dengan kalian menjadi teman kalian?" tanyaku pada mereka.

"Tentu saja boleh, hari ini kamu menjadi sahabat kami!" ucap Dwi dengan senyuman manisnya.
dan di angguki oleh teman-temanya.

Aku tersenyum, senang, bahagia yang tidak pernah ku dapatkan, berharap mereka menjadi Sabahat ku untuk selamanya.

Harapanku, Semoga saja Dina dan teman-temannya tidak bersekolah di sini, takut jika bayangan masa lalu itu kembali, dan aku harus merasakan kembali di bully dan tidak ada teman satu pun.

"Terimakasih, telah menerimaku menjadi sahabat kalian." Aku tersenyum dan mereka juga tersenyum kepadaku.

"Sama-sama, semoga persahabatan kita tidak akan pernah bubar, walau nanti kita akan terpisah demi masa depan," kata kedua saudara kembar itu serentak.

"Amiin ."

seiring berjalanya waktu, aku semakin dekat dengan mereka, tertawa bersama, main bersama, dan semua kami lakukan dengan bersama-sama. aku bahagia memiliki sahabat seperti mereka.

Aku bersyukur pada allah ... Allah telah mengabulkan doaku, aku hanya meminta kepada allah satu sahabat tapi allah memberikanku lebih dari satu sahabat kini aku bahagia memiliki sahabat yang aku impikan.

****
Hari ini tepat tiga tahun aku menghabiskan hari-hari yang penuh kebahagiaan, jauh berbeda saat aku duduk di bangku SMP, tapi kebahagian ini akan berakhir, berpisah mencari jati diri yang sesungguhnya, melanjutkan pendidikan demi masa depan yang cerah.

Kami berenam akan berpisah, melanjutkan pendidikan di tempat yang berbeda. Hanya air mata perpisahan yang terus mengalir di wajah kami masing-masing

"Kita akan tetap jadi sahabat untuk selamanya, walaupun kita tidak bisa bersama lagi, tapi persahabatan ini akan selalu ada." Aku hanya bisa menangis tidak sanggup harus berpisah dengan mereka yang sudah bersama ku dalam suka dan duka selama tiga tahun ini.

"Tentu, kita akan selalu bersama walau jarak yang menjadi pemisah Kita."

Dwi memelukku dan ke empat sahabatku juga ikut memelukku.

"Jaga dirimu di sana, dan jangan pernah lupakan kami, kami akan selalu menunggumu di sini, kembali bersama melewati hari-hari yang begitu bahagia," ucap Dwi dengan terus menangis.

Aku juga tidak siap untuk berpisah dengan mereka tapi demi pendidikan dan masa depanku kelak aku harus siap.

"Tentu, terimakasih, aku menyayangi kalian."

_______

Tidak terasa air mata ini menetes mengigat SMP yang begitu kelam dan kisah SMA yang penuh dengan kenangan bahagia.

Hari sudah mulai sore kututup diary yang penuh kenangan ini, kusimpan kembali ke dalam tas. Dua tahun lagi aku akan pulang dengan gelar sarjana ku dan kembali ke kota kelahiran bertemu dengan mereka yang aku rindukan. Ibu dan sahabatku.

_o0o_

END

kumpulan cerita pendek islamicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang