penjara suci

265 7 0
                                    

Cerpen!!!

_o0o_

"Bunda! Bilal pulang."

Aku melemparkan tasku ke sembarang tempat, itu kebiasaanku nanti juga akan di ambil sama pembantu di rumahku.

Namaku BILAL ROBBAH. aku tidak tau kenapa Ayah sama Mamaku memberikan nama yang cukup norak untukku, tapi kata mama itu nama yang sangat mulia dan bagus. tapi menurutku itu nama yang norak tidak seperti nama anak zaman sekarang.

Yang aku tau ROBBAH di ambil dari mana ayahku.

"Bilal, ambil tasmu dari situ taruh di kamar,"ucap Bunda yang keluar dari dapur.

"Nanti juga di ambil sama Bu Inah,"balasku.

Mama menatapku sengit seolah hari ini aku sedang membuat masalah besar.

"Ambil Bilal kalau kamu gak ambil tasnya besok kamu akan di masukkan ke pesanteren,"tukas Bunda Yani berlalu dari hadapan putranya.

"Bunda! Bilal gak mau ke sana, ok Bilal ambil tasnya."

Dengan terpaksa aku mengambil tasku, dari pada aku di masukkan ke tempat yang paling ku hindari itu.

****

Malam ini kami bertiga sedang makan. Bertiga aku, Ayah, dan Bunda.

Selesai makan aku beranjak dari dudukku, malas melihat wajah Ayahku yang hanya mementingkan perusahaanya tanpa ada waktu untukku bermain atau mungkin sekedar mengobrol.

Ayahku lebih menyayangi perusahaanya di bandingkan aku, buktinya saat ia sakit pun ia tetap bekerja, sedangkan aku memintanya untuk datang ke sekolah ia melontarkan banyak alasan menolak permintaanku, itu sebabnya aku tidak menyukainya bisa di bilang aku membencinya.

"Bilal!"

Aku menghentikan langkahku memutar tubuhku menatap pria yang ku benci itu.

"Besok kamu akan Ayah antar ke pesantren,"ucapnya sambil menatapku.

"Bilal gak mau, Bilal baru aja masuk sekolah baru dua Minggu yang lalu, dan ini pindah lagi, kalau ayah mindahin Bilal ke sekolah keren gak masalah bukan ke tempat kuno itu,"

Aku tidak perduli dengan wajah marahnya, emang benar kok pesantren adalah tempat kuno.

"Tidak ada penolakan kamu tetap harus masuk pesantren,"

"Bunda siapkan semua bajunya,"ucap Ayah berlalu dari hadapanku.

Penolongku hanya satu di rumah ini, yaitu bunda hanya ia yang bisa membujuk ayah untuk mengurungkan niatnya.

"Bunda, Bilal gak mau masuk pesantren,"ucapku dengan wajah memohon.

Bunda berjalan mendekatiku, lalu menyentuh kedua bahuku menatapku dengan sendu.

"Itu kesalahanmu, keluyuran Samapi tengah malam membuat kami berdua gelisah, bunda rasa keputusan Ayah yang terbaik untukmu, maaf sayang Bunda berpihak pada Ayah,"ucap bunda berlalu dari hadapanku.

Ahggrrr ... Kenapa ayah selalu mengatur hidupku, aku sudah besar bukan lagi anak kecil yang selalu di atur hidupnya," Aku menggerang kesal.

Keputusannya membuatku semakin membencinya, jika ia tidak menyayangiku tidak harus membuang ku ke tempat kuno itu, cukup ia tidak menganggap keberadaanku di rumah ini.

***

"Bunda! Kalau Bilal di sana siapa yang akan mengurus Bilal, di sana gak ada yang Bilal kenal, Bilal mohon Bunda bujuk Ayah."

Hampir satu jam aku bermohon pada Bunda untuk membatalkan keinginan Ayahku, bunda hanya diam tanpa mau mengucapkan sepatah kata pun.
Hanya air mata yang terus membasahi wajah cantiknya, aku yakin bunda tidak ingin aku mondok tapi karena keputusan ayah terpaksa bunda mengikhlaskan ku pergi. Apa bunda sudah tidak menyayangiku lagi? Entah lah aku tidak tau keinginan Ayahku itu.

kumpulan cerita pendek islamicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang