5

4 0 0
                                    

Jimin menyodorkan sebotol air mineral pada yeoyun. Yeoyun menyambutnya dengan senang hati, membukanya, lalu meminumnya.
"Jadi, kau benar saudara tirinya?" Tanya jimin dan langsung di angguki oleh yeoyun
"Apa dia bersikap seperti itu saat di rumah?"
"Bersikap seperti apa?"
"Dingin, jutek, dan.. hal-hal semacam itu" ucap jimin
"Eum.. dia,.. ah, sebelumnya kami tidak pernah bertemu. Dia kembali ke rumah 2 hari yang lalu, kalau aku tidak salah. Dan, saat aku tiba di rumah itu, dia juga tidak ada" jelas yeoyun
"Tunggu, jadi maksud mu..  seminggu setelah kematian nyonya sohye, haein tidak berada di rumah? Kemana dia pergi?" Tanya jimin, terheran saat mendengar ucapan yeoyun. Yeoyun mengumpati dirinya dalam hati. Tidak ada orang yang boleh tau akan kejadian itu.
"Tidak. Maksud ku..  aku tidak pernah bertemu dengannya karena dia terus mengurung dirinya di dalam kamar! Ngomong-ngomong, apa kalian sedang ada masalah?" Tanya yeoyun berusaha mengalihkan pembicaraan. Jimin mengangguk
"Apa haein Eunni marah karena kau tidak datang di hari Ulang tahunnya?"
Jimin kembali mengangguk
"Tapi kalian bertemu di sekolah, kan?"
Jimin menggeleng, membuat kerutan di kening yeoyun terbentuk
"Hari itu..  tepat pada Ulang tahunnya yang ke-19, kami sama sekali tak bertemu. Aku tidak datang di malam perayaannya, dan tidak datang juga ke sekolah bahkan hanya untuk menemuinya!" Jelas jimin
"Kau tidak masuk sekolah hari itu?" Tanya yeoyun dan kemudian di angguki oleh jimin.
Jimin menghela nafas
"Dia berubah, sebelumnya.. jika aku melakukan kesalahan, haein akan bertanya alasan kenapa aku melakukan hal itu dengan sabar. Kali ini, aku melihat dia..  benar-benar marah pada ku!"
"Sudah berapa lama hubungan kalian?" Tanya yeoyun
"2 tahun..."
"Cukup lama! Pantas saja kau tidak ingin kehilangannya!"
Jimin tersenyum
"Tau alasan kenapa malam itu aku tidak hadir?"
Yeoyun menggelengkan kepalanya
"Aku bisa saja menjelaskannya pada nya. Namun, aku takut ia akan makin membenci ku!"
"Memangnya kenapa?"
"Malam itu, keluarga ku melakukan pertemuan. Dan, aku harus hadir karena pertemuan itu menyangkut diri ku!"
"Menyangkut diri, mu?"
Jimin kembali tersenyum.
"Aku telah di jodohkan!"
Yeoyun membulatkan matanya. Namja inj bilang apa? Di jodohkan? Lalu, bagaimana dengan haein?
"Itulah yang sedang ku pikirkan sekarang. Jika haein tau.. ia akan balik menyalahkan ku. Meskipun, aku tau kalau haein yang ku kenal tidak akan melakukannya!" Ujar jimin
"Lalu, apa yang kau tunggu? Jelaskan padanya bahwa kau tidak menginginkan perjodohan ini!"
"Haein yang sekarang bukan Haein yang dulu. Haein yang sekarang, akan menyalahkan ku. Tentang mengapa aku tidak melawan, mengapa aku tidak membantah, dan pasti.. dia akan bertanya apa aku menginginkan perjodohan ini. Aku tidak bisa menjawab nya! Aku bungkam, setiap kali menatap matanya!"
"Kau tau, sekarang kau tampak seperti orang bodoh. Seharusnya kau menjelaskan padanya, bahwa malam itu kau pergi bersama keluarga mu, kau di jodohkan, namun itu bukan kemauanmu. Apa susah nya mengatakan semua itu?"
"Kau tidak tau Haein yang sekarang! Sudah ku bilang, dia berubah!" Ucap jimin menegaskan
"Huff, sudah lah..  itu urusan mu. Aku, hanya menyarankan agar kau cepat memberitahunya. Jika dia mengetahui nya dari orang lain, matilah kau!" Ucap yeoyun sedikit mengancam
Jimin terdiam
"Aku harus pergi! Pikirkan lah!!" Katanya lagi lalu berdiri, hendak meninggalkan tempat itu
"Kim Yeoyun! Jika kita bertemu lagi.. dan berbicara seperti ini, aku harap kau masih mengingat nama ku, kakak ipar!" Ucap nya lalu pergi. Jimin hanya tersenyum sebagai bentuk penanggapannya.

SKIP

Saat ini, haein dan yeoyun sedang berdiri di pinggir jalan tepat di depan gerbang sekolah. Menunggu penjemput yang akan membawa mereka pulang.
Bukan jalan yang di perhatikan yeoyun, namun gadis yang berdiri di sampingnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
'Woah' Kagum yeoyun dalam hati. Ia benar-benar di buat kagum oleh gadis itu. Menurut yeoyun, haein adalah salah satu dari banyak nya gadis sempurna yang masuk ke dalam kategorinya. Ia sudah sering bertemu dengan para gadis yang menurutnya adalah kelas atas, namun tak pernah bertemu dengan gadis seperti Haein. Dia melebihi gadis-gadis lain. Terlihat begitu berkarisma. Memiliki aura yang berbeda. Rambut hitam yang tidak terlalu panjang, alis yang tidak terlalu tebal, mata yang juga tidak terlalu sipit, hidung mancung, bibir sexy, dagu yang sempurna, dan kulit putih. Apa kurangnya gadis ini? Di tambah lagi penampilannya saat ini. Membuat yeoyun mampu terperangah dalam hati. Seragam sekolah, kos putih yang menutupi betisnya, tas hitam, dan sebuah benda di tangannya yang di yakini yeoyun adalah sebuah gitar.
Merasa sedang di perhatikan, haein pun menoleh ke arah yeoyun. Namun, perasaannya salah. Yeoyun sama sekali tidak sedang menatapnya. Ia menaikkan kedua alisnya, bingung. Kemudian, kembali menatap jalan raya yang sepi akan kendaraan yang berlalu lalang.
Yeoyun menghela nafas,
'Huf, untung saja' Batinnya
Ia sangat bersyukur Haein tak menangkap basah nya sedang memperhatikan dirinya. Untung saja ia cepat sadar akan pergerakan Haein. Tapi di balik itu, yeoyun kembali tersenyum, memikirkan bagaimana indahnya senyuman haein jika ia tersenyum. Sayangnya dia sama sekali belum pernah melihat gadis itu tersenyum. Jangan kan tersenyum, berbicara dengannya saja tidak pernah.
Tak lama kemudian, sebuah mobil sport berwarna merah berhenti tepat di depan mereka. Yeoyun mengerutkan keningnya saat melihat sang pengemudi. Seorang namja dengan kaca mata hitam. Dan satu lagi, sepertinya yeoyun mengenal seragam yang namja itu kenakan.
Sementara yeoyun sibuk memikirkan siapa si pengemudi itu, Haein memasukkan benda yang ia bawa itu kedalam bagasi kemudian masuk ke dalam mobil. Duduk di samping sang pengemudi.
"Maaf yeoyun-ah, kau bisa menunggu kan?" Tanya si pengemudi yang tak lain adalah park jimin. Yeoyun tersenyum lalu mengangguk
"Ye. Aku bisa menunggu. Dan, jangan lupa untuk ekhem.. " yeoyun mengedipkan sebelah matanya, membuat namja Berkaca mata hitam itu terkekeh
"Baiklah, aku mengerti! Kalau begitu, kami duluan!" Ucap nya kemudian menjalan kan mobil tersebut untuk meninggalkan tempat itu.
Yeoyun menghela nafas, kembali menunggu penjemputnya yang entah mengapa sedikit terlambat itu.
Sesaat kemudian, jemputan yang ia tunggu pun tiba
"Maaf nona, saya terlambat!" Ucap supir itu sembari membuka kan pintu untuk yeoyun
"Tidak apa!" Ucap nya kemudian tersenyun. Supir itu menghela nafas lega saat mendengar ucapan Yeoyun. Setelah memastikan yeoyun telah duduk dengan nyaman di bangku penumpang, mobil pun di jalankan.
"Dimana nona muda, Haein?" Tanya si supir
"Dia sudah ada yang menjemput!" Jawab yeoyun. Supir itu tersenyum, dapat yeoyun lihat dari kaca spion tengah
"Park jimin?" Tebak si supir.
"Bagaimana kau tau?" Tanya yeoyun
"Mudah saja. Tuan jimin adalah kekasih nya nona muda haein. Hampir Setiap hari, saya selalu melihat tuan jimin berkunjung ke rumah saat nyonya sohye masih hidup."
"Setiap hari? Yang benar saja." Ucap yeoyun tak percaya
"Setiap berangkat sekolah ataupun pulang sekolah, nona muda haein pasti akan bersama tuan jimin."
"Apa jimin yang mengantar Haein eunni tadi pagi?" Tanya yeoyun penasaran
"Tidak."
"Lalu?"
"Hari ini, adalah pertama kali nona muda haein kembali masuk sekolah setelah kepergian nyonya sohye. Mungkin, tuan jimin tidak tau akan hal inj, jadi dia tidak menjemput nona Haein!" Jelas si supir. Yeoyun pun mengangguk-angguk kan kepalanya, mengerti.
"Kira-kira, apa yang sedang mereka lakukan sekarang?" Ujar yeoyun kecil, menatap keluar jendela.

"Ingin mampir ke rumah ku? Seperti nya Appa ada di rumah hari ini!" Tawar jimin. Namun haein hanya menghela nafas, menatap keluar, tak ingin melihat jimin
"Langsung pulang saja!" Ucap nya singkat. Jimin menganggukkan kepalanya, meskipun sedikit kecewa, namun ia harus sabar.

"Ada sesuatu yang ingin kau katakan?" Tanya jimin setelah mobil telah berhenti di halaman rumah Haein. Haein terdiam, sebenarnya tidak ada yang ingin dia katakan, namun, ada sesuatu yang harus ia tegaskan.
"Pastikan, ini adalah terakhir kalinya kau mengantar ku pulang!"
DEG..
Jimin terkejut. Kenapa? Bukankah ini sudah menjadi kebiasaannya selama bersama dengan Haein? Lalu, mengapa gadis itu tiba-tiba menyuruhnya untuk tidak mengantarnya lagi.
"Ke-kenapa?" Tanya jimin
"Bukankah sudah ku katakan bahwa hubungan kita sudah berakhir? Apa aku belum mengatakannya dengan jelas?" Ucap haein
"Ha-haein-ah.. kenapa kau tiba-tiba sperti ini?" Tanya jimin
"Park jimin..., kau bukan lagi siapa-siapa ku. Mulai hari ini. Apa kau mengerti? Jadi, kau tidak usah repot-repot untuk menjemput ku setiap hari! Dan, ucapkan terima kasih ku pada Paman!" Ujar nya lalu membuka pintu dan langsung masuk ke rumah meninggalkan Jimin yang mematung.

#BERSAMBUNG

Typo

The BIG BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang