"hasil nya sudah keluar?" Tanya seokjin pada seseorang di ponsel nya
"…"
"Jadi, sohye meninggal murni karena minuman yang dia minum mengandung racun?" Tanya seokjin
"..."
"Aku ingin kau melakukan sesuatu untuk ku!"
"..."
"Sembunyikan hasinya. Jangan biarkan seorang pun tau. Hanya kau, dan aku yang tau. Apa kau mengerti?" Ucap seokjin
"..."
"Aku tutup!" Ucap nya tiba-tiba saat matanya menangkap seorang gadis sedang berdiri di tangga. Tatapan mereka memaku.
"Apa kau mendengar semuanya?" Tanya seokjin pada haein. Gadis itu menggeleng.
"Cepatlah! Kau bisa terlambat!" Suruh seokjin kemudian berlalu. Haein hanya menatap punggung seokjin yang pergi menjauh dari pandangannya. Ia pun melanjutkan langkah nya. Menuruni tangga, hendak ke halaman rumah untuk segera berangkat kesekolah.
Pintu besar rumah itu terbuka otomatis saat haein berdiri tepat di depannya. Tepat saat pintu itu terbuka sempurna, tatapan mata kedua orang itu bertemu lagi.
Haein benar-benar masih tak bisa memaafkan namja yang ada di hadapannya ini.
Kejadian kemarin, membuat nya harus menerima kalimat menyakitkan dari mulut Appanya. Bukan sepenuhnya salah namja itu, namun entah mengapa haein tak bisa terima di perlakukan seperti itu."Eomma mu, sohye sudah meninggal. Kau harus menerima hana sebagai eomma mu. Kau harus bisa menerima pernikahan kami!!"
"Minggir!" Pinta pada jungkook. Jungkook tak memperdulikan gadis itu. Lagi pula ia masih punya banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Jungkook melangkahkan kaki nya memasuki rumah, melewatu haein yang juga sebenarnya tidak memperdulikan nya.
Haein menghela nafas, ia melanjutkan langkah nya yang sempat tertunda karena harus bertatapan dengan namja itu beberapa detik. Menurut nya, setiap detik yang ia lewatkan, adalah kerugian besar.
"Mulai sekarang, mobil ini adalah milikmu!"
Dan lagi, langkah nya terhenti saat mendengar ucapan seorang namja yang sangat ia kenal. Ia melirik ke sumber suara. Dan benar, suara itu adalah milik seokjin. Ia tak sendiri, ada yeoyun disana, dan sebuah mobil mewah berwarna putih.
"Apa yang kau lihat?" Tanya seokjin pada haein saat menyadari kehadiran gadis itu. Haein menatap seokjin lalu menunjuk mobil putih itu.
"Ada apa dengan mobil ini?" Tanya seokjin lagi
"Eomma membeli mobil ini untuk ku" ucap nya. Seokjin menghela nafas
"Benar. Dia membeli mobil ini untuk hadiah ulang tahun mu. Tapi, Appa rasa.. ini sudah tidak berguna lagi. Lagi pula, orang yang memberikannya telah meninggal, dan juga, apa gunanya mobil ini untuk mu?"
Kali ini, haein yang menghela nafas, ia tak ingin berdebat dengan seokjin karena ia tak peduli meskipun rasanya sedikit sakit. Ia melanjutkan langkahnya, memasuki mobil yang memang tadi ingin ia masuki setelah memberikan tatapan tak suka pada yeoyun. Yeoyun yang menyadari ketidak sukaan haein itu pun sedikit merasa bersalah
"Appa, sebaiknya tidak usah!" Tolaknya
"Ini pemberian appa, jadi kau harus menerimanya!"
Entah siapa yang menang, namun Haein masih pada pendiriannya. Yaitu, ia sama sekali tak peduli."Saem sakit jadi tidak masuk hari ini. Untuk pelajaran olahraga, saem bilang untuk ber olahraga sendiri saja! Lakukan apa yang kalian ingin mainkan!" Ujar sang ketua kelas.
Semua siswa yang telah berada di lapangan itu tersenyum puas saat mendengar ucapan dari sang ketua kelas. Para lelaki mengambil bola kaki untuk bermain bola. Sedangkan para gadis?
"Yak.. Haein!"
Haein menoleh saat namnya di sebut
"Kau jaga!!" Ucap seorang gadis yang bernama im nayon.
Para gadis memulai permainan mereka. Tanpa persetujuan haein, mereka menjadikan haein sebagai penjaga. Mereka membentuk lingkaran dengan haein yang berada di tengah-tengah.
Bola mulai di lempar dari satu tempat ke tempat lain. Haein bertugas untuk merebut bola, tapi sayang ia sama sekali tak bergerak. Dan hal itu membuat gadis tomboy bernama Nayon itu menjadi jengkel.
"Yak.. Kim Haein. Lakukan dengan benar!" Ujarnya.
Haein sama sekali tak mengindahkannya, permainan kembali dimulai tapi haein masih saja tak berkutik. Pemilik nama asli Im nayon itu sudah benar-benar habis kesabaran. Ketika bola kembali ketangannya, ia malah membuang nya ke belakang lalu berjalan menghampiri haein.
"Yak.. kau tidak dengar?" Tanya nya pada Haein. Karena benar-benar tidak peduli, ia pun membalikkan badannya untuk meninggalkan lapangan itu. Namun sayang, nayon lebih dulu menggapai pergelangan tangannya
"Mau kemana?" Tanya nya. Haein menepis tangan nayon dengan kasar.
"Woah.. kau cari masalah? Tetap berdiri di sini!!!" Ujarnya kemudian pergi mengambil bola yang tadi ia buang ke belalang.
"Ayo kita lanjutkan!" Ucap nya, membuat ke dua sahabat nya tersenyum senang
BUGHHHHH
"Eunni!!" Teriak reflek yeoyun saat melihat bola yang di lempar nayon mengenai punggung Haein
BUGHHHHHH
"Kau fikir siapa dirimu, hah? Kau bukan siapa-siapa lagi!!"
BUGHHHHHHH
"Eomma mu, yang selalu melindungi mu sudah tidak ada.. "
BUGHHHHHHH
"Appa mu? Bahkan tak memperdulikan mu lagi!"
BUGHHHHHHHH
"Jimin? Ku dengar kalian sudah putus"
BUGHHHHHHHH
"Jadi, siapa yang bisa melindungi mu sekarang? Hah!!!!!"
BUGHHHHHHHH
"Pintar, di kagumi banyak orang, cantik, apa lagi? Kau membuat ku muak!!!!"
BUGHHHHHHHH
"Kenapa tidak menyusul Eomma Mu saja, Eoh?"
BUGHHHHHHHH
Lemparan terakhir, lebih keras dari lemparan sebelumnya. Haein kehilangan keseimbangannya saat lemparan itu mengenai kepalanya.
"Eunni, apa kau baik-baik saja?" Tanya yeoyun, membantu Haein untuk berdiri. Namun apa yang dilakukan Haein? Setelah berdiri, ia hanya melemparkan tatapan
'Jangan sok peduli pada ku'
Yeoyun mengerti dengan arti tatapan itu. Dengan segera ia melepaskan tangannya dari kedua bahu haein.
Setelah yeoyun menyingkirkan tangannya dari Haein, Haein pun berjalan meninggalkan tempat itu. Yeoyun tak bisa apa-apa, ia hanya bisa melihat Haein yang berjalan pincang meninggalkan lapangan. Sedangkan Nayon dan kedua temannya, mereka hanya tetawa puas karena telah berhasil melampias kan kemarahan mereka selama ini pada Haein. Ditambah lagi, kaki haein yang kelihatannya terkilir itu, membuat mereka semakin merasa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BIG BOSS
RandomKebahagiaan? Apa masih ada untuk seorang gadis bernama Kim Haein? Semenjak kepergian Ibu nya, Semua orang meninggalkannya. Tepat pada hari Ulang tahunnya yang ke-19, semua berubah. Hari yang seharusnya menjadi hari kebahagiannya, adalah awal dari pe...