Terror

58 1 0
                                    

kau tahu? Terkadang bunga yang layu pun dapat bersenandung. Menyanyikan lagu pilu untuk mengakhiri hidupnya. Namun tidak dengan cintaku. Meski kau tak pernah tahu, atau bahkan tak mau tahu. aku tak perduli. Rasa ini tak pernah mati . jadi perlu kau ingat bahwa kau adalah milikku. Seberapa jauhpun kau mencoba untuk berlari, kau tak akan pernah sadar bahwa aku akan selalu berada dibelakangmu.
-Brown-

Pagi ini Elina dikejutkan dengan sepucuk surat berwana coklat di depan teras rumahnya. Membuatnya mengernyitkan keningnya, mengira bahwa mungkin saja sang pengirim salah meletakkan amplopnya. Namun nama Elina yang tercetak kecil dipojok kanan amplopnya membuatnya mengenyahkan pikiran tersebut.

dan seakan ada petir yang tiba-tiba menyambar, ia begitu terkejut dengan isi surat tersebut. membuatnya merinding di hari yang seharusnya dapat di nikmati ini. Hari minggu. Tapi mengapa moodnya mendadak hilang bahkan hanya untuk bersenang-senang? Bukannya menghiburnya yang sedang mencoba mengikhlaskan Vino, surat ini justru memperburuk suasana hatinya.

siapa yang sebegitu jahilnya mengirimkan surat ini? menebakpun ia tak bisa karena surat tersebut tidak ditulis melainkan diketik. Apa semua ini ada hubungannya dengan kepergian Vino?

Dering ponselnya yang tiba-tiba berdering membuatnya luar biasa terkejut, sampai-sampai surat yang baru saja dipegangnya seketika terjatuh. Nomor tak dikenal . Elina luar biasa gelisah. Ia tak berani mengangkat panggilan tersebut. Bahkan hingga panggilan tersebut berakhir dan disusul dengan sebuah pesan, ia masih merasa begitu ketakutan.

Terkejut? Jangan seperti itu. Aku bukan orang yang berniat menakutimu. Aku hanya orang yang  akan menampakkan diriku setelah sekian lama secara diam-diam mencintaimu. Aku sudah muak dengan beberapa lelaki yang berusaha merebutmu dariku . Jadi, sampai aku benar-benar menunjukkan siapa diriku, kuharap kau dapat menjaga perasaanku sebaik mungkin. tidak perlu berkecan dengan siapapun jika kau tak ingin ia bernasib sama dengan Vino
-Brown-

Elina hampir saja membanting ponselnya tatkala membaca pesan tersebut. Siapa Brown sebenarnya? Apa yang diinginkannya? Ketika ia mencoba menghubuinginya kembali nomor tersebut sudah tak dapat dijangkau kembali. Gadis tersebut merosot jatuh ke lantai.

ya Tuhan, apa lagi ini?

*****

Michelle menatap Elina dengan tatapan penuh tanda tanya, pasalnya sedari tadi Elina hanya melamun tanpa sedikitpun menyeruput es Milo dihadapannya. Untuk apa mereka ke Caffe jika akhirnya Elina hanya akan bertingkah layaknya patung di tempat ini?

"Kau masih memikirkan Vino?" Michelle bertanya hati-hati. Elina tersentak, seperti baru menyadari bahwa ada Michelle dihadapannya.

"Mmm" jeda sejenak. Elina merasa dilema antara menceritakan atau tidak kepada sahabat karibnya mengenai permasalahan ini ."tidak. Aku hanya sedang tidak enak badan" ujarnya seraya meringis. merasa sedikit bersalah karena memilih untuk berbohong.

satu pesan kembali masuk ke ponselnya. Kali ini dari nomor yang berbeda. Membuat Elina seketika merasa was-was.

Kau cantik mengenakan dress putih tersebut. Tapi jaga sikapmu karena kini banyak lelaki yang melirik kearahmu
Brown

apa-apaan ini? Si Brown gila itu berani sekali mengganggu ketenangan hidupnya. Ia mengedarkan pandangannya dengan gusar. Mencoba mencari siapa Brown sebenarnya. Namun tak ada yang nampak mencurigakan sama sekali. Ia menghemuskan napasnya kasar. Merasa benar-benar frustasi kali ini. Sudah berapa lama "brown" mengikutinya selama ini? Dan kenapa baru saat ini ia menerornya?

"ada apa?" Tanya Michelle terdengar curiga. Elina akhirnya menyerah. Ia membutuhkan seseorang untuk bercerita kali ini. Ia bisa gila jika memikirkannya sendirian. Ia menarik tissue dihadapannya dan mengeluarkan pena yang selalu di bawanya. Memilih untuk menceritakannya secara tertulis kepada Michelle. Merasa tidak aman jika harus menceritakannya secara langsung sedangkan sang peneror ada disekitarnya.

Michelle menganga. Elina menunjukkan pesan-pean yang didapatnya. Membuat Michelle menggelng-gelengkan kepalanya tak percaya.

"Penguntit. Psikopat" maki Michelle dengan desisan yang luar biasa pelan. Bahkan hanya Elina yang dapat mendengarnya

"Aku rasa kita harus memulai penyelidikan besok bersama mereka. Pesan itu akan menjadi barang bukti" bisik Michelle yang seketika disetujui oleh Elina

Pulanglah. Aku tidak tahan kau terlalu lama berada di tempat ramai. aku hampir saja membunuh lelaki-lelaki yang sedari tadi mencuri pandang kearahmu. Dan ini tidak main-main. Mulai sekarang kau tidak boleh mengabaikan pesanku karena aku akan benar-benar melakukan apapun yang kukatakan
-Brown-

dasar psikopat sinting! Elina memaki kesal di dalam hati. ia bisa benar-benar gila jika mendapatkan pesan serupa secara terus menerus.

Obsesi (Brown)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang