“Elina.. ada paket untukmu” teriakan mamanya pagi ini terdengar begitu nyaring, bahkan Gerald yang baru saja akan menyatakan perasaan cintanya di dalam mimpi Elina pun seketika lenyap. Elina mendesah kesal. Hari ini, ia hanya memiliki satu jadwal mata kuliah yang tak begitu disukainya. Dan beruntungnya mata kuliah tersebut dimulai pukul satu siang. Namun rencananya untuk memiliki jadwal tidur yang lebih layak setelah semua terror yang mengganggu jam tidurnya nyatanya gagal total akibat paket sialan yang datang pagi ini.
“biarkan saja ma. Buang jika perlu” teriak Elina acuh tak acuh. Dia baru saja akan kembali tertidur tatkala sang mama menggedor pintu kamarnya dengan tidak sabaran.
“kau harus melihatnya Elina. Astaga . aku bahkan baru mengetahui bahwa kau memiliki pengagum rahasia yang luar biasa romantis” ujar mamanya senang. Terdengar sangat antusias. Elina menggeram di balik selimutnya. Mencoba menebak terror apa lagi yang didapatnya hari ini. Dengan sedikit tak rela ia bangkit dari tidurnya kemudian berjalan gontai guna membukakan pintu kepada sang mama.
“cincin yang luar biasa” serbu sang mama girang. Ia menarik Elina kearah kasur dan membuka kotak tersebut secara cepat. Membuat Elina sedikit mengernyit dengan sikap kepo yang ternyata juga dimiliki mamanya.
“mengapa mama membuka paketku?” suara Elina tedengar sedikit merajuk. Ia benar-benar frustasi kali ini. Terutama ketika melihat amat banyak foto dirinya di dalam paket tersebut dengan gaya yang berbeda-beda. Elina bahkan lupa kapan kira-kira seluruh foto tersebut diambil. Baginya, “Brown” benar-benar penguntit yang gila. Ia bergidik ketika melihat sebuah cincin emas yang dikirimkan untuknya. Mengapa bisa begitu pas di jari manisnya?
“kau beruntung pengagum rahasiamu amat sangat kaya. Mama pernah melihat cincin ini namun seketika sesak napas ketika melihat harganya, ia pasti sangat serius kepadamu sampai rela mengirimkan cincin ini beserta seluruh foto dirimu yang dikoleksinya” bukannnya menjawab, sang mama malah semakin histeris. Elina memutar bola matanya jengah. Tidakkah sang mama berpikir bahwa pengagum rahasia tersebut justru sangat berbahaya bagi anak gadisnya?
***
Hari berikutnya, ketika Elina baru saja memasuki rumahnya sehabis pulang kuliah, ia dikejutkan dengan berbagai macam makanan mewah dimeja makan. apakah aku melewatkan sesuatu hari ini? Siapa yang berulang tahun? Elina terdiam cukup lama. Terlalu sibuk berasumsi serta memperkirakan apakah ada acara penting dirumah ini yang telah ia lewatkan. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak ada. Ia amat sangat yakin bahwa tidak ada peristiwa penting didalam keluarga mereka hari ini.
“kau sudah pulang? Kebetulan sekali. Kau ingat tante Claudia? Setelah dua belas tahun akhirnya ia kembali ke Indonesia. Dan hebatnya mereka memilih rumah diseberang kita” sang mama terlihat begitu berseri-seri. Elina mengerti, terlebih itu adalah teman lama mama. Namun mendengar nama tante Claudia, Elina seketika teringat pada teman masa kecilnya. Anak tunggal tante Claudia, Eno. Yang berjanji akan selalu berada disampingnya namun tiba-tiba pergi tanpa berpamitan.
“bantu mama memberikan ini kepada tante Claudia, sekalian bersilahturami. tadi pagi ia menanyakan kabarmu” ujar mama Elina sembari menyodorkan rantang besar yang berisi amat banyak makanan. Elina mengangguk ragu. Merasa belum benar-benar siap untuk bertemu dengan Eno nya yang dulu.
Sore ini Matahari benar-benar terik. Elina mengernyit memandang rumah diseberangnya. Tadinya rumah tersebut ditinggalkan oleh pemilik lamanya lantaran sang pemilik rumah mengalami kebangkrutan. Cukup lama rumah megah tersebut tak berpenghuni, namun syukurlah jika akhirnya tante Claudia lah yang kini mengisinya.
“permisi” teriak Elina ragu-ragu. Ia menekan bel rumah tersebut sesekali, lalu mendesah kesal kala pintu tak kunjung terbuka. Beberapa menit kemudian , seorang wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik seketika membukakan pintunya.
“tante Claudia?” tanyanya ragu-ragu. Elina tersenyum kikuk. Bingung harus menyapa bagaimana.
“Elina?” Claudia terlihat begitu terkejut mendapati gadis muda dihadapannya “astaga. Kau bertumbuh dengan sangat cepat. Dan menjadi semakin cantik”
“siapa yang datang bertamu ma?” Elina baru akan membuka mulutnya kembali ketika tiba-tiba sesosok pria muncul dihadapannya.
“Leo?” Elina terperangah. Mengapa Leo ada disini? Dan apa yang tadi dikatakannya? Ma..? “kau... Eno? “ tanyanya tanpa sadar. Jika benar Leo adalah Eno, mengapa mereka terlihat begitu berbeda?
Ketika tak ada satupun yang menjawab, Entah mengapa Elina merasa bahwa ia telah mengajukan pertanyaan yang salah. Pasalnya Claudia seketika kehilangan wajah cerianya, dan Leo sendiri mendadak kaku.
“iya. Aku adalah Eno . apakah selama ini kau tidak menyadarinya? “ jawaban Leo tak hanya mengejutkan Elina, namun juga tante Claudia. Wanita paruh baya tersebut menatap Leo dengan matanya yang berkaca-kaca. Elina sendiri seketika kehilangan kata-kata. Merasa ada yang janggal dengan semua ini, terutama tentang Eno yang bertumbuh menjadi Leo, dan tante Claudia yang terlihat begitu murung kala petanyaan mengenai Eno dilayangkan.
“ma.. maaf tante .. apakah saya membuat tante bersedih? Kedatangan saya kali ini hanya untuk memberika ini “ ujar Elina gugup. Menunjukkan rantang yang ada ditangannya. Suasana menjadi begitu canggung. Leo berdeham. Membuat Claudia seketika tersadar.
“ah tidak.. ayo masuk dulu nak. Tante begitu merindukanmu” rangkulan dari Claudia mau tak mau membuat Elina memasuki rumah tersebut dengan sedikit enggan. Merasa tak enak jika harus menolak. Namun ketika tatapannya dan Leo bertemu, Elina merasa amat yakin bahwa Leo bukanlah Eno nya yang dulu. kemana Eno yang selama ini dirindukannya? Apakah waktu dapat mengubah seseorang menjadi sosok yang begitu berbeda? Entahlah.. dan bukankah selama ini seharusnya Eno berada di Paris? sedangkan Leo yang Elina kenal adalah mahasiswa terbaik dikampusnya selama kurang lebih dua setengah tahun. Kampus yang bahkan sama persis dengan Elina.
“apa yang kau lamunkan? “ Leo mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi. “tidakkah kau merindukanku?” tanyanya dengan tatapan sedikit terluka. Namun hanya sekilas karena didetik berikutnya Leo kembali tersenyum . senyum yang begitu asing bagi Elina. “setidaknya aku akan menepati janjiku untuk selalu berada disampingmu” bisiknya parau. Seolah tak ingin didengar oleh Claudia yang kini tengah berkutat didapur
Janji yang sama. Elina memejamkan matanya . bingung. Mengapa perasaan yang ditimbulkan oleh Eno nya yang sekarang, berbeda dengan Enonya yang dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi (Brown)
RomanceBanyak teka teki yang harus dipecahkan demi keamanan universitas mereka akhir akhir ini. Terutama mengenai munculnya berbagai peristiwa misterius yang cukup meresahkan "aku tak pernah mengetahui apa yang salah dengan hidupku ataupun karma ku di mas...