Part 7

78 8 5
                                    

Kevin duduk dikursi. Mengangkat kedua kakinya ke atas meja lalu menyilangkannya seperti bos besar. Rian yang tadinya akan duduk di depannya langsung berpindah ke samping kirinya.

"Mana itu tuyul satu? Katanya mau traktir."
Kevin bertanya, tapi matanya fokus pada gamenya. Rian mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Melly. Tadi anak itu mengirim pesan pada mereka berdua. Ia mengajak Kevin dan Rian makan bersama. Katanya sih sedang senang, jadi mau traktir makan sepuasnya.

"Tuh dia!" tunjuk Rian. Melly berlari kecil dengan ceria. Persis seperti anak kecil. Ia lalu duduk di depan Kevin, menurunkan kaki Kevin ke lantai.

"Gak sopan! Lu bukan yang punya sekolah!"

Kevin cemberut. Tapi ia menurut. Ia lalu bertopang dagu, memperhatikan raut wajah Melly yang seperti baru saja mendapat durian runtuh.

"Kenapa lu? Habis dikasih uang bulanan?"

Melly menggeleng. Ia senyam senyum sendiri. Ia abaikan pertanyaan Kevin dan beralih ke Rian.

"Lu mau makan apa, Yan? Bakso juga kaya Kevin? Atau soto, mie ayam? Atau apa?"

"Samain aja sama Kevin. Biar enak lu mesennya."

Melly beranjak. "Oke. Gue pesen dulu ya."

Ia berlalu dari hadapan Kevin dan Rian. Mereka saling pandang dan saling tanya ada apa dengan anak itu. Tapi keduanya sama-sama mengangkat bahu. Bingung.

Sementara Melly masih tersenyum lebar. Ia bahkan yakin sekarang pipinya memerah. Dan semua ini karena ulah seorang Jonatan Christie.

Pagi tadi, sebelum bel berbunyi, Sasya dan teman-temannya berpapasan dengannya. Tadinya ia akan masuk kelas, tapi salah satu teman Sasya berceletuk, "Oh...ini yang katanya lagi dideketin Jojo? Kirain yang gimana. Gini doang?"

Namanya memang tak disebut, tapi Melly merasa terpanggil. Langkahnya pun terhenti, ia bertemu pandang dengan yang barusan bicara itu.

"Lu Melly anak baru itu?" tanya anak itu lagi. Kalau tidak salah ingat, namanya Kayla. Rambutnya pendek, hitam. Wajahnya sebelas dua belas dengan Sasya. Sangat cantik. Tapi cara bicaranya tidak mencerminkan kecantikan itu.

"Iya. Gue Melly."

Melly menjulurkan tangannya, bermaksud mengajak kenalan. Tapi ia diabaikan.

"Gue gak ngerti ya, Jojo bisa tertarik sama lu dari segimana. Gue cuma mau bilang kalo usaha lu bakal sia-sia karena pada akhirnya Jojo pasti bakal sama Sasya."

Melly senyum. Bukan karena omongan tidak berfaedah itu. Melainkan karena ada Jojo tepat di belakang Sasya dan kawan-kawan. Pria itu berdiri dengan kedua tangan berada disaku jaketnya.

"Kenapa lu malah senyum? Lu ngeremehin temen gue?" tanya Kayla yang nampaknya mulai emosi. Melly bingung. Sasya dari tadi diam saja. Ia juga tidak berusaha menambahkan bumbu dari ucapan temannya. Ia hanya bediri, bersedekap dengan dagu terangkat. Ia nampak seperti ratu yang bahkan perlu seorang jubir untuk mengungkapkan keinginannya.

Kayla maju selangkah, menatap Melly dengan rendah. "Kalo lu mau nyamam sekolah disini, berhenti deketin Jojo. Kalau gak, lu bakal-"

"Bakal apa?"

Jojo bersuara. Sasya yang nampak paling terkejut. Ia menoleh ke belakang dan Jojo berjalan begitu saja tanpa menatapnya. Jojo lalu berdiri di samping Melly. Menatap Kayla dengan lembut. "Tadi lu mau ngomong apa ya, Kay? Gue mau denger."

Kayla tidak berani menatap Jojo. Meski Jojo tidak menampakkan kemarahannya, tapi ia tahu bahwa jika ia melanjutkan perkataannya tadi, maka habislah ia di amuk Sasya. Ia dan kawan-kawan tidak akan dapat makan siang gratis lagi setiap harinya dan tidak bisa berbelanja sepuasnya lagi seperti biasa.

THE CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang