Episode 10 (end)

17 2 0
                                    

8 tahun kemudian

Ini sudah 8 tahun.

Sangat susah melupakannya.

Pagi ini aku pergi, untuk menemui seseorang.

~◇~

Aku berjalan memasuki kawasan pemakaman.

Pemakaman itu, membuat ku meneteskan air mata ku.

"Dunia memang kejam" ucap ku dan menangis di dua gundukan tanah itu.

"Mah.. pah.. aku kangen kalian" ucap ku disela sela isakan ku.

"Mama tahu tidak, aku ternyata telah mencintai seseorang, dia cinta pertama ku, sayangnya kita bertemu saat dia menjadi roh.." aku menjeda kata kata ku sebentar.

"Tapi walaupun aku kesal, aku bahagia, setidaknya walaupun hanya 1 jam kebersamaan ku saat dia diwujud manusianya, aku bisa menyatakan perasaan ku, dan masakan yang kubuat habis dilahapnya, dan bisa mendengar kata kata yang kutunggu" ucapku.

"Ya jadi kelanjutannya, pasti mana tahu lah" ucap ku.

Aku merasakan ada tangan besar mendepak pundakku.

Dia mengatakan "yuk", aku pun mengikutinya.

Bisa kulihat didepan ku, itu tidak membuat ku menangis dengan kencang, tapi tersenyum bahagia.

"Kak, coba saja aku tak menjadi Indigo, pasti kita gak bisa jadi seperti ini" ucap ku, dia menoleh kearah ku "iya ini berkat mu sayang".

Dan kak Elang dan kak Aldiano adalah kembar yang memiliki perbedaan digolongan darah, kak Elang b- dan kak Aldiano b+.

Jadi ada beberapa yang sangat gampang membedakan mereka, kak Elang memiliki kulit sawo hitam, sedangkan kak Aldiano mempunyai kulit yang lebih putih dari pada kak Elang, hanya sedikit perbedaan.

Muka mereka juga, kak Aldiano memilik wajah seperti orang dewasa, sedangkan kak Elang dia memiliki wajah seperti anak muda, tapi rahangnya sama sama tegas.

Padahal yang lebih tua kak Elang.

"Dia pasti bahagia" ucapnya, aku pun menganguk.

Dia mengajak ku ketaman, taman favorite ku.

"Mama!" Seru dua lelaki kecil kembar.

"Kenapa sayang" ucap ku dengan tersenyum.

"Terrell/Teryl" mereka berbicara bersamaan, itu membuat ku terkekeh.

"Ihhh kak aku bicara lebih dahulu" ucap anak laki laki yang memiliki rambut sedikit keriting.

"Gak! Kakak dulu!" Ucap yang memiliki rambut lurus.

"Kak kamu ngalah kepada adik mu lah" bujuk ku.

"Kan aku lahir lebih dahulu ngapain aku harus mengasi opini terakhir" ucap anak berambut lurus itu sebal.

"Yasudah! Mama marah" ucap ku dan mulai berpura pura marah.

Kedua anak yang berumur 4 tahun itupun saling pandang, bisa aku lihat Terrell sang kakak menyuruh adiknya berbicara terlebih dahulu.

"Ma" panggil Teryl.

Aku pun menatap kearah mereka berdua, dan mereka pun duduk disebelah ku.

"Ma, kenapa mama selalu suka tempat ini?" Tanya Teryl.

Aku tersenyum kepada dua anak ini "ini tempat bersejarah, pertama kali aku mengenalnya, dan pertama kali tempat kita kunjungi" ucap ku dan menatap dua anak kembar lucu ini.

"Dan ini tempat favorite mama, dan pasti ini tempat favorite kalian juga, karna disini menenangkan dan indah, ya kan?" Ucap ku, mereka pun menganguk menjawab pertanyaan ku.

"Iya mah" jawab mereka antusias.

"Lalu, Terrell kamu mau nanya apa?  Tanya ku.

"Pertanyaan ku sama seperti Terly" aku mendengarnya terkekeh dan menyuruh mereka untuk bermain kembali.

"Sayang?" Panggil lelaki itu, dia pun mendudukan dirinya disebelah ku.

"Iya?" Tanya ku.

"Aku sangattt mencintai mu" ucapnya dan memeluk ku.

Aku mengelus puncak kepalanya dengan lembut.

"Aku juga sangat mencintai mu sekarang" balas ku.

Dia menatap ku dan berkata, "berarti dulu gak?" Tanyanya.

Aku pun terkekeh mendengar perkataan suami ku ini.

"Ya memang kan kak? Aku dulu belum mencintai mu, tapi sekarang aku sangat sangat mencintai mu, aku bahagia dengan keluarga kecil kita, kita mempunya dua jagoan kita, Terrell Karis dan Teryl Karis" ucap ku dan masih mengelus kepalanya.

"Kak Elang aku sangat sangat mencintai kakak dari saat kita menikah sampai mati, aku akan selalu mencintai kakak" ucap ku kepadanya.

Kak Elang menatap ku hangat, itu tatapan yang kutunggun tunggu darinya, "kakak juga mencintai mu, istri ku tersayang Zanna" ucapnya dan memeluk ku lebih erat.

Rumah tangga kita sudah berjalan 6 tahun, dengan adanya dua jagoan dikeluarga kecil kita.

Dan ini membuat ku teringat saat saat itu.

Saat aku tak pernah melihatnya lagi.

~◇~

8 tahun yang lalu

Dokter pun keluar dan mengatakan.

"Tuan Aldiano Miles, pada pukul 01:45, dan tanggal 26 Agustus 2***, dinyatakan telah meninggal dunia" ujarnya.

Seluruh badan ku lemas saat itu, aku bisa melihat tante Shifa memasuki ruangan itu, aku pun memasukinya juga.

Bisa kulihat kak Aldiano disitu, berbaring tak ada nyawa.

Dan aku bisa melihat kak Aldiano menatap sedih kearah badannya itu.

Ia menghampiri ku, "Zanna, aku begitu mencintai mu" ujarnya.

Aku menangis, aku menganguk.


Kak Aldiano mengeleng geleng kepalanya dan mengatakan, "tapi setelah ini, kamu berhak mencintai yang lain, karna aku bukan siapa siapanya kamu" ucapnya dan akhirnya dia menghilang.

Aku menangis dengan histeris dan aku mengatakan.

"all of these things are too sweet, until I don't realize it, we are different." Itu kata kata terakhir ku untuknya.



End.

Different  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang