Sepulang sekolah haruto menunggu intan keluar dari gerbang sejak dua puluh menit yang lalu.
Di chat dan di telpon tak di jawab.
Haruto khawatir.
Tanpa berpikir ulang dia langsung nyusulin ke kelas intan. Sesampai di sana dia lihat intan sedang duduk sambil nunduk. Haruto menghampiri, "intan?"
Dia tidak menjawab.
Haruto memegang punggungnya dengan pelan. Intan terkaget. Mukanya sudah pucat di pegang dahinya, panas juga berkeringat bercucuran.
Sepertinya sakit? Haruto langsung menarik tangan intan. Namun, dia tak mau.
"Ayo pulang kamu lagi sakit?" Haruto sudah khawatir.
Tak ada respon dari intan. Keringat terus bercucuran.
"Gak usah ngambek-ngambek gitu deh. Liat keadaan kamu? Ayo kita ke dokter"
Dia tetep tidak menjawab. Sampai pada akhirnya haruto ingin menggotong dan membawa intan pergi ke dokter.
"Tunggu?" Akhirnya dia berbicara. Haruto sedikit lega.
"Ada apa lagi? Marahannya di tunda dulu ya" mohon haruto agar intan mau pergi dari sana.
"Aku menstrulasi" cicit intan. Haruto melepas genggaman tangan lalu berjongkok ke intan sambil mengusap-usap punggung tangan intan.
"Kenapa gak bilang dari tadi telepon atau chat aku."
"Aku malu haru"
"Denger ya," Memberi jeda "aku di sini untuk siapa? Untuk kamu dan kamu masih malu buat minta tolong sama aku? Buat apa kalau kita jalanin hubungan ini kalau kamu aja seperti ini"
"Maaf" cicitnya kembali.
"Guna aku jadi boyfriend kamu bukan hanya bikin kamu bahagia aja. Tapi aku juga harus jagain kamu. Kamu paham itu?"
Intan merasa sendu mendengar ucapan haruto tadi.
"Tunggu di sini sepuluh menit lagi aku dateng" haruto pergi keluar dan lari secepat mungkin.
Kemana dia akan pergi?
Tentunya dia pergi ke supermarket dekat sekolah. Membeli pembalut tanpa ada rasa malu.
Di sana dia terlihat bingung karena banyak sekali macam-macam pembalut.
Baru saja ingin menelpon intan dia baru ingat kalau ponselnya tertinggal di meja.
Tiba-tiba haruto bertemu dengan tini yang sedang membeli snack. Haruto memang tak kenal dengan tini di real life nya tapi dia hanya mengenal dari endorse san.
"Tini?" Panggil haruto dengan jarak tak begitu jauh.
Tini balik badan menaikkan satu alisnya, Heran.
Haruto menyampari tini.
"Iyah"
"Gue haruto anak kelas sebelas B. Lu gak kenal gue tapi gue kenal elu" papar haruto dengan nada cepat.
Tini merasa bingung sendiri. Menganggap kalau haruto adalah fansnya.
Dengan kedua tangan yang membawa pembalut. Tini cenayang.
"Dari dua ini yang sering elu pake yang mana?" Tanyanya haruto dengan polos.
"Gue di suruh pilih nih?" Tini malah balik tanya.
"Iyah. Udah gercep pilih"
"Kanan"
"Oke makasih" katanya lalu pergi meninggalkan tini menuju kasir. Dia baru ingat kalau intan pasti butuh tisu basah dan tisu kering tak luput untuk membeli kedua nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure
FanfictionA story of four teenagers who guard each other's treasures with the obstacles and obstacles they get. Hostilities end in friendship. They are very and mutually guarding their treasures through their own means so as not to be taken over by others. Ho...