Serendipity : 4

61 10 8
                                    

••Ketika kau memanggilku, aku menjadi bungamu••
×
Serendipity

___________

Kali ini Aeri melihat langsung apa yang sebelumnya ia lihat hanya dengan layar ponsel dan info info mengenai gedung baru Bighit. Ini gedung baru Bighit, dengan tembok putih tanpa corak. Kotak kotak album Bangtan dari awal debut mereka hingga album love yourself yang saat ini menjadi pembicaraan para fans untuk memiliki album itu secepatnya kini tertempel menghiasj tembok.

Sofa biru yang biasanya hanya di lihat melalui beberapa video live di suatu aplikasi, kini Aeri berhasil mendudukinya. Merasakan sofa ini sangat lembut. Masih tidak percaya, kalau Aeri bisa masuk ke dalam gedung ini dengan mudah.

Beberapa staff berlalu lalang menghiraukan Aeri yang masih duduk terdiam. Jimin pergi beberapa menit yang lalu sampai sekarang belum juga datang kembali. Apa dia akan meninggalkan Aeri di ruangan ini sendirian? Dengan pakaian Aeri yang cukup basah?

"Pakai ini dulu, aku tidak membawa banyak pakaian." melemparkan sebuah handuk kecil dan hoodie hitam yang biasa Jimin kenakan ketika sedang shooting suatu acara Bnagtan. Aeri sangat hafal betul hoodie ini.

Aeri masih melihat ke hoodie yang baru saja diberikan Jimin kepadanya. Apa tidak apa apa ia menggunakan ini? Tatapannya bertanya tanya kepada Jimin.

"Cepat gunakan, atau kau ingin mati membeku?" Tanya Jimin yang masih berdiri memperhatikan Aeri dengan jarak yang cukup dekat.

Aeri mengenakannya. Ini sedikit besar, membuat tubuh Aeri tenggelam dalam hoodie ini.

"Terimakasih, hmmm... Jim? Jimin-Ssi?" ucap Aeri gugup. Ia sama sekali tidak tahu harus berucap terimakasih bagaimana. Apa yang harus ia lakukan?

"Seharunya aku, kalau tidak ada kau, mungkin aku tidak akan ikut latihan." Sahut Jimin, sedikit tertawa membuat matanya semakin menyipit.

"Latihan? Bukannya kau harus pergi sekarang?" Tanya Aeri mengingatkan Jimin.

"Ah ya!" teriak Jimin dengan suara tingginya. Ia berkicau sendirian. Entah apa sumpah serapah yang ia keluarkan, Aeri sama sekali tidak ingin mendengarnya.

Aeri menghangatkan tubuhnya sendiri dengan menggosokan kedua telapak tangannya lalu menempelkan di pipi. Di luar sana hujan masih mengguyur. Aeri belum membeli kopi untuk kedua temannya. Bagaimana ini?

"Sebaiknya kau ikut aku latihan. Akan lebih baik jika kau ada disana." tangannya menarik ujung hoodie yang dikenakan Aeri. Jimin menariknya bagaikan anak kucing yang diambil dari pembuangan air.

Aeri hanya diam. Ia masih membeku dan tidak percaya. Jimin sedekat ini, ya! Bukan! Biasnya bisa sedekat ini.

Mereka melewati beberapa koridor lalu berhenti di depan pintu dengan kaca buram.

Aeri menarik sedikit kaus yang dikenakan Jimin sampai Jimin menengok ke belakang dan melihat gadis yang kedinginan. "Ada apa?"

"Bukannya kalau aku masuk sudah mengganggu privasi kalian?" Aeri menolak untuk melangkah lagi dan memasuki ruangaan di depannya.

Jimin menghentikan tangannya sebentar untuk membuka pintu. Ia melihat Aeri. "Setidaknya di dalam ada alat penghangat."

Aeri melepaskan tangannya di baju Jimin. "Tidak, sebaiknya aku pulang saja." Tolak Aeri.

"Apa kau bodoh? Diluar masih hujan. Bagaimana kalau hoodieku kehujanan?" Jimin menatap Aeri dengan tangan yang melipat di depan dada. "Apa kau takut?"

"Ani, aku... Aku hanya tidak sanggup melihat kalian." bela Aeri pada dirinya sendiri.

Jimin tersenyum, membuat matanya semakin sipit. Tangannya meraih pundak Aeri dan menepuknya dengan pelan. "Kau saja berani meminum air milik Suga hyung, masa bertemu semua member kau takut."

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang