••Kamu tahu, aku tahu
Kamu adalah aku, aku adalah kamu••
×
Serendipity__________
Semuanya bergerak ke sana kemari meninggalkan jejak yang sebelumnya dipijak. Berdiri di depan zebra cross seraya melihat tanda hijau yang berarti jalan.
Kehidupannya tidak sebaik yang orang pikirkan. Kesenangan pasti lebih sulit didapatkan dibanding kesedihan yang setiap saat di tutupi. Sekarang harus berdiri tegak untuk menutupi semua kebutuhannya. Jauh dari orang tua bukanlah salah satu solusi terbaik untuk membahagiakan diri sendiri. Pasalnya, seburuk buruknya orang tua, merekalah yang telah menyayangi kita lebih awal.
Aeri masih memegangi es kopinya di tangan kiri dan ponsel di tangan kanan. Tanda hijau sudah menyala, ia melangkah dengan cepat sebelum warna merah kembali muncul.
Jam pulang kerja. Seharusnya ia tidak pulang jam segini, ya apa boleh buat, tugasnya yang menumpuk dan tidak bisa di kerjakan di rumah membuat dirinya harus bertarung dengan banyaknya pekerja yang pulang.
Menaiki satu bus dengan tujuan yang sering ia tumpangi. Aeri duduk dan menyandarkan bahunya seolah inilah tempat ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Lantunan musik idol ternama bergantian terdengar melalui aerphonenya. Sampai berhenti pada lagu Serendipity yang tak jarang ia putar ketika mengerjakan tugas.
Teringat kembali, lentur nya gerakan Jimin dan suara tinggi dari lelaki itu yang selalu bisa membuatnya berteriak gemas. Sampai sekarang, Aeri tidak habis pikir bagaimana bisa ia dekat dengan biasnya seperti ini.
Satu notifikasi pesan muncul di layar ponselnya.
[Jimin-Ssi]
Aku baru saja sampai ibu kota. Kau dimana?Tidak terasa satu sudut bibir Aeri terangkat. Ia mengetik untuk segera membalas pesan singkat.
[Aeri]
Perjalanan pulang.[Jimin-ssi]
Jaga dirimu, hati hati.Setelah membaca pesan yang terakhir, Aeri mematikan ponselnya dan menunggu halte bus tujuannya. Hari ini begitu lelah.
Aeri meloncat dari bus setelah sampai dan pintu terbuka. Sial, rintikan hujan menyerbunya setelah ia turun dari bus. Berhenti, rintikan hujan tidak lagi terasa dan membasahi pakaiannya. Payung yang kini menjaganya dari serbuan hujan. Siapa lagi kalau bukan lelaki dengan masker dan topi hitam yang membawa payung ini.
"Kau ingin orang orang mengejar untuk berita utama?" bisik Aeri sambil melihat ke sekitar.
Jimin hanya menatapnya dalam tanpa suara. Tangannya langsung meraih lengan Aeri dan membawanya dengan cepat masuk ke dalam apartemen.
"Ya!" teriak Aeri ketika Jimin menghentikan langkahnya di depan pintu apartemen Aeri. "Mengapa kau ikut masuk?"
"Cepat buka pintunya!" suruh Jimin dengan nada dingin. Baru kali ini Aeri mendengar langsung Jimin yang seperti ini.
Aeri membuka pintu apartemennya. Ia menyalahkan lampu dan Jimin langsung melepaskan baju luarnya, menyisahkan kaus putih polos. Memperlihatkan otot lengan di kedua tangannya. Jimin langsung membanting tubuhnya di sofa, ia terlalu lelah. Menyandarkan punggungnya pada sofa.
Aeri segera masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian yang sedikit basah. Beberapa menit kemudian, Aeri keluar dari kamar dan tidak melihat ada Jimin di sofa. Kemana orang itu? Aeri pergi mengitari ruang tamu tapi lelaki itu sedang berdiri di depan kompor dan memasak mie instan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionSerendipity, pertemuan yang tidak disengaja namun menyenangkan. Mungkin ini bukan kebetulan tapi ini memang takdir yang mempertemukan seorang idol besar dengan seorang fangirl manis. Park Jimin menyadari akan kehangatan Aeri yang membuat dirinya sep...