4

10 2 0
                                    

"AH APAAN SIH ITU ANJIR. AH SEREM BANGET IHH," Teriak Tiara saat tak sengaja matanya mengintip ke arah televisi. Ia pun memiringkan badannya dan meletakkan wajahnya di bahu Arkan.

"Berisik banget lo, Ra. Sumpah," Ucap Raina karena memang tadi Tiara teriak nya sangat kencang membuat Raina yang di sebelahnya menutup kedua telinganya.

"Noh, Tir. Setannya muncul! Liat lagi, Tir. Ntar lo ketagihan dah," Ucap Kemal.

"BODO AMAT GA DENGER GUE."

"Ga denger tapi jawab. Aneh banget lo," Ucap Raina.

"Udah ah, kasian dia. Udah takut gitu," Ucap Arkan. Kemudian mereka semua pun kembali menonton filmnya.

Satu jam kemudian film telah selesai. Tapi posisi Tiara tak berubah. Dia tetap menempelkan wajahnya di bahu Arkan.

"Udah selesai, Ra," Ucap Arkan sambil mencoba mengangkat wajah Tiara. Namun nihil, Tiara tak mau mengangkat wajahnya.

Tiba-tiba, Arkan merasa kalau bajunya seperti ada yang basah. Ia pun segera mengangkat wajah Tiara paksa. Dilihatnya, mata Tiara yang memerah. "Lo nangis ya?"

"Apa?! Mau ngejek gue juga kayak Kemal?!"

"Dih kok gue," Ucap Kemal yang memerhatikan Tiara.

"Enggak, Ra. Enggak. Gue cuman nanya," Ucap Arkan kemudian tanpa dia duga air mata Tiara kembali menetes dengan deras.

"Lo semua jahat. Udah tau gue trauma nonton horror kenapa lo semua ga mau dengerin gue?" Ucapnya sambil menangis. Arkan yang melihat itu langsung menenangkannya.

Ia memeluk Tiara berharap Tiara bisa tenang. "Sst, udah, Ra. Maaf kalo kita ga dengerin lo. Kita minta maaf."

"Bukan masalah itu. Gue jadi parno sendiri nanti di kamar. Gue ga berani. Ga mau. Takut, Ar."

"Kan ada Raina. Lo gak sendiri di kamar, Ra."

"Tetep aja gue ga berani. Gue takut."

Arkan kemudian menatap seluruh sahabatnya yang hanya menatap mereka. Dia menatap Daniel seakan dia berkata, gimana ini?

Daniel segera berjalan ke arah Arkan dan Tiara. Ia pun berjongkok di sofa depan Tiara. "Ra, kita minta maaf. Kita ngaku kita salah karena ga dengerin lo. Udah, ya, Ra. Jangan nangis."

"Iya, Ra. Kita minta maaf," Ucap Raina.

"Gue juga."

"Nah, semuanya udah minta maaf kan sama lo. Sekarang udah dong nangisnya," Ucap Arkan. Tiara kemudian mengangkat wajahnya yang memerah. Matanya memerah karena dia habis menangis.

"Gue ga marah sama kalian. Gue cuman kesel. Sekarang gue ga berani tidur di kamar. Dan itu gara-gara setan sialan itu."

"Ga boleh ngomong kasar, Ra," Ucap Arkan.

"Au ah. Lagian setannya tau aja gue lagi ngintip lewat jaket makanya dia keluar."

"Kan yang ngeliat bukan lo aja, Ra. Kita semua juga ngeliat, kok," Ucap Raina.

"Yaudah kalo lo ga berani tidur di kamar, kita semua tidur di sini bareng. Sofa pinggirin," Putus Arkan. Karena dulu pernah, saat pertama kali mereka nonton film horror, dan berakhir pada Tiara yang selalu bermimpi buruk. Kenapa mereka tahu? Karena waktu itu Raina menelpon Arkan kalau Tiara terus saja meracau tidak jelas.

"Tapi gue mau main PS dulu. Paling ampe jam 3," Ucap Kemal.

"Gapapa. Yang penting gue ga sendiri."

Dan, alhasil, mereka semua tidur di ruang televisi. Karena jam menunjukkan pukul 00.30. Arkan masih duduk di bawah dengan sofa sebagai senderannya, sedangkan Daniel dan Kemal sedang bermain PS. Tiara dan Raina sudah tertidur pulas.

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang