Mereka duduk di bawah pohon rindang dan langsung menghadap ke arah danau.
Mereka ke sini udah kayak piknik emang. Pake karpet, makanan ada, kurang apa coba. Itu semua kemauan Kemal. Siapa lagi kalau bukan dia. Karena di antara mereka, Kemal lah yang paling ribet. Padahal di sini, ada dua perempuan tapi mereka tak seribet Kemal.
"Gue kalo ke sini jadi keinget elo, Ra," Ucap Daniel tiba-tiba membuat Tiara mengerutkan keningnya.
"Kok gue?"
"Iya, lo semua inget ga waktu kita main sepeda di sini?" Ucapnya pada semuanya.
"Oh yang Tiara jatoh ya? Terus nangis dan ngadu ke Arkan?" Tanya Raina pada Daniel.
Daniel mengangguk, "Yup."
"Dan dia bilang kalo dia jatoh gara-gara gue, kampret emang lo Tir. Akhirnya gue kan yang di marahin ama mak gue di rumah," Ucap Kemal. Karena dari dulu tuh emang, yang salah Kemal mulu.
Di antara mereka, Kemal lah yang sering di salahkan. Kalau Arkan, dialah sosok seperti yang melindungi mereka semua karena dia paling dewasa di sini. Bukan dewasa tentang umur, tapi tentang pemikiranya yang sudah dewasa. Kadang mereka sering bilang kalau Arkan lebih cocok jadi abang mereka dari pada harus jadi sahabat. Kalau Daniel, dia lebih ke sering manjain sahabat-sahabatnya. Dia yang paling sering perhatian ke semua sahabatnya. Raina, dia yang pintar masak di antara semuanya. Makanya kalau sedang tidak ada orang di rumah, Tiara selalu memanggil semua temannya untuk datang dan Raina lah yang memasak. Terakhir, Tiara. Tiara ini paling cerewet dan paling manja. Dia juga yang paling muda di sini jadi karena itulah kalau ada apa-apa sama Tiara, semuanya langsung sigap.
"Gausah inget hal malu-maluin napa. Gue malu sendiri kan," Ucap Tiara sambil mengambil kripik singkong di depannya.
"Malu kenapa?" Tanya Arkan yang duduk di sampingnya.
"Malu lah gila. Manja banget gue dulu heran dah," Ucapnya membuat Arkan menyentil keningnya pelan.
"Bukan dulu doang. Sekarang masih kali," Ucapnya kemudian kembali memakan snack yang di hadapannya.
"Yee enak aja."
"Emang bener kali, Ra. Yang paling manja kan di sini elo," Ucap Riana.
"Ya-ya, terserah lo pada dah," Ucap Tiara mengalah.
"Oh iya, btw pada mau jalan-jalan gak? Mumpung libur seminggu," Ajak Daniel pada semua temannya.
"Kemana?"
"Puncak aja gimana? Ke villa tante gue. Lumayan jadi gausah bayar," Ucap Riana memberi usul.
"Wah boleh tuh! Jangan lupa siapin makanan juga ya, Na!" Ucap Kemal antusias.
Riana menoyor kepala Kemal. "Makan mulu pikiran lo. Heran. Makan mulu tapi badan kaga gemuk-gemuk."
"Kan gue makannya teratur."
"Pala lo teratur."
"Yaudah ke puncak aja. Mau besok?" Tanya Tiara pada teman-temannya.
"Besok aja," Ucap Daniel.
"Jam berapa?" Tanya Riana.
"Jam 7 ngumpul di rumah Tiara," Ucap Arkan.
Tiara yang mendengar itu, merasa tak setuju. "Kenapa di rumah gue? Males ah, di rumah gue mulu. Bosen."
Daniel yang mendengar pun menanggapi, "Heh, lo tuh paling ngaret diantara kita semua. Makanya di rumah lo aja."
"Yaudah."
~~~
"Woy Tiara! Bangun lo! Udah hampir jam 7. Jadi gak?" Ucap Raina yang membangunkan Tiara. Tadi Bunda Tiara sudah mencoba membangunkannya, tapi nihil. Tiara tidak bangun-bangun. Alhasil, Raina lah yang membangunkan Tiara.
Tiara yang mendengarpun, langsung terbangun dan duduk di atas kasurnya. "Jam berapa emang?" Tanyanya sambil mengusap wajahnya.
"Jam 6 45 menit. Cepetan mandi. Kalo engga kita tinggal," Ucap Raina kemudian pergi keluar kamar Tiara.
Setelah Raina pergi dari kamarnya, Tiara segera pergi mandi.Lima belas menit kemudian, Tiara sudah rapi. Cepat? Memang. Dia tidak ingin di tinggal oleh sahabat-sahabatnya pergi. Kan ga enak kalo mereka pergi terus Tiara sendiri di rumah.
Tiara memakai celana santai garis-garis berwarna biru tua dipadukan dengan kaos berwarna hitam dan di tutup oleh hoodie berwarna biru.
Ia pun segera mengambil tasnya dan pergi ke bawah menemui sahabat-sahabatnya.
"Ayo kalian makan dulu. Udah tante buatin," Ucap Bunda pada semua sahabat Tiara.
"Yaudah kita makan dulu aja. Lo juga belom makan kan, Ra?" Tanya Raina kemudian menoleh pada Tiara.
Tiara yang di tanya seperti itu menggelengkan kepalanya. "Belum," Jawabnya.
Akhirnya, mereka semua pergi ke meja makan dan makan bersama. Bunda duduk di sudut meja, Tiara di samping Bunda, di samping Tiara ada Raina dan di hadapan mereka ada Daniel, Arkan, kemudian Kemal.
"Kalian rencananya mau nginep berapa hari?" Tanya Bunda memecah keheningan. Tumben sih hening, biasanya juga selalu aja ada yang di ributin sama mereka.
Daniel menoleh pada Bunda. "Ehm, mungkin sekitar tiga hari atau empat hari, Bun," Ucapnya. Memang, sahabat-sahabat Tiara memanggil orangtua Tiara sama seperti Tiara. Ayah dan Bunda.
"Ohh gitu. Yaudah, hati-hati aja," Ucap Bunda pada mereka semua.
"Iya, Bun. Yaudah kalau gitu, kita pamit ya, Bun. Ga bisa lama-lama soalnya takut macet. Makasih, Bun, makannya," Ucap Riana pada Bunda. Kemudian mereka menyalimi Bunda.
"Tiara berangkat ya, Bun," Pamit Tiara pada Bunda.
Bunda mengangguk, "Iya sayang. Hati-hati ya, di sana. Jangan nyusahin temen-temen kamu terus."
"Iya, Bun. Tiara kan udah gede, bisa jaga diri lah."
"Arkan, Tante titip Tiara ya," Ucap Bunda pada Arkan. Arkan yang mendengar itu pun, menoleh dan mengangguk.
Tiara yang mendengar itu pun langsung menanggapi, "Kan Tiara udah gede, Bun. Kenapa harus pake di titip-titipin segala."
Bunda yang mendengar ucapan Tiara langsung menoleh ke arahnya. "Iya, iya. Yaudah hati-hati ya kalian. Jaga diri masing-masing," Ucap Bunda yang langsung diangguki oleh mereka semua.
Akhirnya mereka semua pun pamit dan menyalimi tangan Bunda. Kemudian, mereka semua pergi keluar ke arah mobil.
Setelah itu, mereka meletakkan tas-tas mereka di bagasi dan mereka masuk ke dalam mobil.
"Btw ini perjalanannya berapa jam, Na?" Tanya Kemal sambil memakan snack nya.
Tiara yang berada di samping cowok itu langsung menoleh ke arahnya. "Baru juga berangkat lo udah nanyain perjalanannya berapa jam."
"Ya orang gue nanyanya ke Raina, buka ke elo."
"Ish," Desis Tiara. "Ngeselin banget sih lo."
"Yaa emang bener, si."
"Lo berdua tiada hari tanpa berantem, ya," Ucap Daniel yang sedari tadi memerhatikan mereka dari kaca spion mobil.
"Dianya duluan tuh yang ngeselin," Ucap Tiara.
"Dih, apaan," Sergah Kemal. "Orang lo duluan yang tiba-tiba nyamber."
"Bodo amat."
"Amat ga bodo."
"AU AH ELAH," Ucap Tiara kesal pada Kemal karena sedari tadi selalu membalas ucapannya.
"Kayaknya lo salah deh, Ar, nempatin Kemal di sini. Berantem mulu dia ama Tiara," Ucap Raina yang sudah jengah dengan pertengkaran kedua manusia di sampingnya.
Arkan tertawa, "Tempat itu doang yang paling aman. Kalo dia gue taro di depan, yang ga aman gue. Dia ganggu konsentrasi gue mulu pas lagi nyetir, ngajak ngomong ini lah, itu lah."
"Ya abisan lo pada diem-diem doang sih. Kan gue jadi gabut," Ucapnya.
"Kerjaan lo mah emang gabut mulu, Mal."
_____

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship
Fiksi RemajaCover by @lunaadaninggar Tentang lima orang sahabat, yang terjebak dalam kisah mereka sendiri. Hidup ini pilihan. Untuk itu, mereka harus memilih langkah yang tepat supaya salah satu di antara mereka tidak ada yang merasakan sakit hati.