Prolog!

48 11 10
                                    


The litle prince's Anaya.

Pletuk! Pletuk! Pletuk!

   Seorang gadis kecil tengah asik melempari pagar rumah temannya dengan batu krikil, tidak ada niatan untuk merusak, Anaya hanya ingin temanya itu keluar dan bermain denganya.

"Afnan! Main yuk..." ajak Anaya sambil berglayutan di pintu pagar.

   Bibir mungilnya mulai berkerucut, teman yang Anaya tunggu-tunggu tidak juga keluar dari rumahnya. Apa mungkin tidak ada orang di dalam? Anaya mendudukan dirinya di depan pintu pagar, jika tidak ada orang dia akan menunggu sampai temanya pulang, jika memang ada di dalam Anaya akan menunggu sampai dia keluar. Titik!

"Kamu ngapain di situ?" suara khas anak laki-laki itu langsung membuat Anaya tersenyum lima jari. Akhirnya dia keluar.

"Kenapa? Aku mau main sama kamu. Kan aku pernah bilang, kalo aku suka sama kamu, jadi aku mau mainya sama kamu lah!" kata gadis kecil berpony tersebut dengan sangat percaya diri.

   Anak laki-laki yang kerap di sapa dengan nama Afnan itu berjongkok tepat di hadapan Anaya, meraka di batasi dengan pagar hitam yang tingginya sekitar 4(empat) kaki.

"Kamu mau main apa? Kalo mau main barbie atau masak-masakan aku nggak mau." jawab Afnan dengan suara manisnya.

"Aku juga nggak mau kalo kamu ngajak main pesawat tempur atau game online." bantah Ana dengan bersedekap dada.

  Afnan menyunggingkan senyumnya, bagaimanapun antara perempuan dan laki-laki itu berbeda, mereka memliki kesukaan masing-masing. Anaya gadis kecil yang berusia dua tahun lebih muda dari Afnan slalu saja membuat hal baru dengan segala tingkahnya, dia itu manis dan over percaya diri.

"Terus maunya apa?" tanya Afnan yang langsung membuat Ana berfikir.

"Kita main nikah-nikahan, aku jadi ceweknya dan kamu jadi cowoknya." Ana tersenyum ala pepsodent setelahnya.

  Kedua kening Afnan berkerut, sejak kapan permainan seperti itu di mainkan oleh anak-anak? Afnan yang secara umur lebih dewasa dari Anaya masih dapat mempertimbangkan ajakkan Ana itu. "Kita main yang lain aj ya." saut Afnan.

"Kenapa? Kamu nggak mau nikahin aku? Kamu nggak suka ya sama Ana?" gadis berpony itu langsung terlihat sedih, dia menundukan kepalanya untuk menutupi kesedihanya.

   Salah satu tangan Afnan menyelusup keluar dari bolongan pagar, dia mengusap pucuk kepala Ana agar dia tidak sedih lagi. Gadis kecil berpony itu selalu membenarkan pikiranya sendiri tanpa ingin mendengarkan nasihat orang lain. Itu kebiasaan!

"Aku suka ko sama Ana, jadi jangan sedih lagi ya." bujuk Afnan tulus.

"Terus kenapa nggak mau nikahin aku?" protes Ana masih tidak terima. Mendengar itu Afnan menepuk dahinya dan memasang wajah binggung, dia benar-benar kekeh sampai Afnan mengabulkan permintaanya.

"Nanti aku nikahin Ana kalo kita udah besar aja ya, bukan mainan tapi beneran." kata Afnan yang lolos menghancurkan dinding kesedihan Ana.

   Kepala Ana kembali terangkat, dia kembali terseyum cerita seperti di iklan pepsodent, walaupun giginya masih ada yang ompong dan tidak rata. Ana menunjukan jari mungil kelingkingnya di hadapan Afnan. "Janji?" ucapnya.

"Janji." Afnan menganggukkan kepalanya kemudian mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Anaya.

"Kata umi Anaya janji harus ditepati, kamu nggak boleh bohong." tegas Anaya yang dijawab anggukan oleh Afnan.

*.*.*.*.*.

   Menunggu adalah hal yang wajar bagi sosok seorang kaum hawa, begitu pula dengan diriku. Aku sudah menunggunya hingga ratusan hari, puluhan bulan, ribuan jam, dan miliaran detik. Konyol memang, menunggu suatu hal yang tidak pasti, janji yang terucap dari seorang anak laki-laki yang pada saat itu bahkan belum memgerti apa itu arti dari sebuah janji yang sesungguhnya.

   Mengingat kisah kecil dimana aku menagisi sepucuk surat yang dipenuhi coretan tangan dengan khas tulisah bebek anak laki-laki, selembar surat yang berisi pesan agar aku menuruti apa kata umi, dia menulis jika segala sesuatu yang diprintahkan oleh seorang ibu adalah demi kebaikan anaknya. Dia itu bodoh! Aku sempat membencinya karna dia pergi tanpa menemuiku sebelumnya.

   Tapi mungkin dia memiliki alasan lain hingga tidak bisa memberi tahuku. Harapanku padanya hanya satu, cepatlah kembali dan tepati janjimu!!

*****

Jazakillah buat yang udah mampir:)

#authornya tobat:v

Up: 14/04/2019.

Same Person But Different.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang