Anaya Nazibatul Fauziah.Pukul 17:15 pm. Aku sudah menunggu bus umum hingga setengah jam, tapi belum juga ada yang singgah, mungkin karna hujan deras yang menguyur kota Jakarta membuat hambatan alat transportasi yang sedang berlalu lalang.
Ponsel di saku bajuku terus saja bergetar, aku sungguh malas untuk mengangkatnya, menunggu bus yang belum juga tiba saja sudah membuatku jengkel dan itu berefek pada mood berbicaraku menjadi hancur. Ku beri tau, semakin lama di sini semakin dingin
"Alhamdulillah," ucapku syukur. Tak ingin berlama-lama karna dingin aku berlari kecil masuk ke dalam bus, bertempur dengan rintikan air hujan hanya untuk sampai ke dalamnya, untung saja bus yang aku tumpangi saat ini tidak terlalu ramai, aku melihat masih ada beberapa bangku kosong yang bisa ditempati.
Akhirnya aku bisa berduduk santai dan hanya menunggu sampai bus ini sampai tujuan. Karna hujan pakaian ku sedikit basah, bercak-bercak tetesan air membekas di hijab dan juga baju yang aku kenakan, tapi tak apa, semoga saja aku tidak diserang flu.
"Bangku sebelahnya kosong mba?" aku menengok ke sebelah kanan saat merasa jika sura tadi tertuju padaku, aku menunjuk diriku sendiri dengan jari telunjuk, dia berbicara pada ku bukan?
"Mas nanya sama saya?" tanyaku balik. Dia tersenyum lima jari menunjukkan gigi putih ratanya, awalnya aku sempat terbius saat pertama kali melihat pria itu tersenyum, senyumanya mengingatkanku pada seseorang di masa lalu yang sangat sulit untuk aku genggam.
"Iya, terus sama siapa lagi?" aku kembali tersadar dari haluanku saat mendengarnya kembali berbicara. Astagfirullah, aku terlalu merindukanya hingga membuat orang asing menjadi persamaan.
"Jadi kosong nggak? Kalo nggak saya mau cari kursi lain." refleks kepalaku langsung menganguk dan mengiyakan pertanyaanya, dia langsung menduduki bangku kosong di sebelahku dan mencari posisi nyaman. Sudahlah, jangan berfikir yang tidak-tidak.
Tidak ada yang aku lakukan, semuanya sudah selesai. Untuk menghilangkan rasa jenuh aku mengambil ponsel di saku bajuku dan hendak membuka aplikasi Wattpad, mungkin saja ada cerita yang bisa menghibur. Ya Allah, banyak sekali panggilan masuk, aku baru saja membuka tombol kunci dan kini ponselku sudah berdering lagi.
"Iya waalaikumsalam umi," jawab ku.
....
"Maaf ya umi, tadi Naya nggak sempet buka hp, terus Naya sekarang masih ada di jalan pulang, hujan deres banget jadi Naya aggak telat pulangnya."
....
"Iya, Naya tau. Umi nggak usah khawatir, insyaallah Naya baik-baik aja."
Ekhem!!
Deheman seseorang di sebelah langsung menarik perhatian umi, telinganya sangat sensitif jika mendengar suara laki-laki saat di telepon, katanya umi khawatir. Siapa tau saja itu orang jahat, tau sendiri jika dunia ini kejam, kebohongan dimana-mana dan penipuan meraja lela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Person But Different.
Random14/04/2019 [SLOW UPDATE.] Kenagan masa kecil yang takkan pernah dilupakan oleh Anaya adalah Afnan, dia adalah sosok pangeran kecil yang pernah berjanji akan menikahinya saat mereka besar kelak, dengan syarat! Anaya harus bisa merubah sikapnya menjad...