Azam sya'ban.
"Zam, leptop gue masih di rumah lo kan?" tanya Sanny sambil mendaratka satu tepukan di pundakku.
"Hmm," gumamku yang asik berkutat dengan ponsel di tanganku.
Set! Kepalaku langsung terangkat saat seutas tangan mengambil ponsel yang ada di tanganku secara paksa. Aku menoleh menatap 3 (tiga) orang teman yang tengah melihatku dengan tatapan setan.
"Ada apa sih di hp lo? Jadi kepo gue." Doni yang sebelumnya mengambil ponselku kini tengah fokus menatap layar datar benda pipih itu, dan 2(dua) lainya mengikuti jejek Doni.
"Nggak guna aslii, cuman main Fruit Ninja doank kitanya dianggurin." protes Faisal.
Mereka menatapku sambil geleng-geleng. Memang apa salahnya? Yang namanya game tetap game bukan? Aku menghembuskan nafas berat kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain.
Eh? Kini pandanganku sudah memiliki tujuan, ada satu titik fokus yang sungguh menarik perhatian. Aku melihat wanita yang terakhir kali ku temui di dalam bus, berarti dia juga pemilik KTP yang aku temukan itu. Kami satu Universitas? Kenapa aku baru menyadarinya?
Aku beranjak pergi hendak memastikan jika mataku memang tidak salah lihat. Wanita itu sedang asik berbincang dengan satu tema yang ada di sebelahnya. Sesekali dia tersenyum, tertawa, mengomel, dan lain sebagainya. Sepertinya asik sekali dunia wanita.
"Woy, Zam. Lu mau kemana?" tanya Sanny mewakili yang lainya.
"Toilet." jawabku asal.
"Toilet? Bukanya arah toilet itu ke sana?" pikir Sanny yang masih terdengar oleh telinga ku.
Sudahlah, lupakan ocehan mereka. Saat ini aku berjalan beriringan denganya namun kami berada di sudut yang berbeda, dia ada di ujung kanan dan aku berada di ujung kiri, banyaknya orang yang berlalu lalang menjadi pembatas antara kami.
Kini wanita itu mengalihkan titik fokusnya pada benda pipih yang ada di genggamannya. Raut wajahnya terlihat seperti ada sesuatu yang ia harapkan di ponselnya itu. Atau jangan-jangan...... Ah! Benar, aku belum mengirimkan alamatku. Apa itu yang ia tunggu?
Tunggu, apa dia akan menabrak pot batu itu? Aku berjalan mendekat kemudian menarik lenganya untuk menghindari kecelakaan kecil. Dia beralih menatap ke arah ku bingung.
"Kalo jalan liat kedepan, coba liat tuh." kataku sambil menunjuk pot batu itu dengan wajah yang sedikit di condongkan ke depan.
"Ah iya, tadi saya nggak liat, makasih udah di ingetin." katanya sedikit kikuk. Mungkin malu.
"Kalo begitu saya duluan." dia langsung berjalan pergi dengan kepala yang di tundukkan. Manisnya!
Aku membuka ponsel yang sebelumnya sudah ku ambil kembali dari tangan jail Sanny. Harus ku pastikan jika aku tidak salah orang, jika ponselnya berdering saat aku mengirimkan pesan, kemungkinan besar dia adalah orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Person But Different.
Random14/04/2019 [SLOW UPDATE.] Kenagan masa kecil yang takkan pernah dilupakan oleh Anaya adalah Afnan, dia adalah sosok pangeran kecil yang pernah berjanji akan menikahinya saat mereka besar kelak, dengan syarat! Anaya harus bisa merubah sikapnya menjad...