6. Menyerah

27.7K 4.4K 567
                                    

Hai ada yang kangen?

Jangan lupa sebelum baca cerita ini klik bintang paling bawah pojok sebelah kiri yaaa, jangan lupa komentar yang banyakkkkk...

Btw aku mau kasih peringatan, sekarang aku mau serius bikin cerita ini. Kalian jangan ketawa terus wkwkwk

Oke pelan-pelan bacanya yaaa👌

Happy reading...

Semakin aku meminta untuk tidak membahas plester yang aku kenakan, semakin Renaldy penasaran dengan apa yang terjadi dengan tanganku. Entahlah, aku tidak bisa membaca pikirannya dan juga dia tidak tahu apa-apa tentangku.

Ya, yang dia tahu hanyalah aku—cewek cengengesan yang sering di panggil EKEP oleh teman-temannya. Bukan begitu? Jika aku tidak mengalihkan perhatiannya, mungkin dia bisa salah paham.

"Apa lihat-lihat?" kataku cemberut, aku melipat tangannya agar cowok sialan itu tak menatapku lagi dengan menyeramkan.

Dan... apa aku memang terlihat aneh di depan matanya?

"Mau ngomong apa sih, ngomong aja. Ayo ngomong, nggak usah sungkan. Aku nggak ngigit kok!"

"Kamu..." Renaldy menggigit bibirnya lalu menarik napas panjang, "Suka masak ya?"

Aku mengedipkan mata beberapa kali setelah mendengar pertanyaan yang menggelitik bagiku. Sungguh, Renaldy bertanya seperti itu?

Tentu saja aku suka memasak. Masak air untuk mandi pagi, masak mie untuk menemani malamku yang dingin, masak telur untuk melengkapi makananku, itu adalah kebiasaan rutin bagiku setelah jauh dari Ibuku.

"Iya. Kenapa tiba-tiba nanya begitu?"

"Pantes."

"Pantes kenapa?" tahan. Sepertinya aku harus terus menahan emosiku agar tidak meledak-ledak menghadapi cowok batu ini.

"Pantes tangganya pakai plester."

Aku menghembuskan napas berat, dia mengedipkan matanya berkali-kali lalu memalingkan wajahnya. Lagi, aku merasa tidak nyaman dengan cowok yang baru dia kenal tersebut.

Dia memang pendiam, lebih tepatnya diam-diam menghanyutkan. Apakah dia tidak sadar kalau apa yang dia tanyakan barusan sangat menyinggung perasaanku?

Setidak peka-kah cowok yang bernama Renaldy itu? Hell!

Setelah melewati beberapa kesengsaraan lainnya bersama cowok itu, aku lebih memilih diam. Agar cowok itu peka terhadap rangsang.

Tapi ternyata... dia tidak peka. Renaldy malah balik mendiamkaku, selucu itu? Tidak, di hari pertamapun dia sudah membuatku muak dengan sifat pendiamnya.

"KAMU!!" ucapku pada cowok itu, ingin rasanya aku menjambak ingin menjambak wajah Renaldy sampai membuatnya meringis kesakitan.

"Kenapa?" jawabnya tanpa dosa. Aku menghembuskan napas.

Sabar.

Sabar.

Sabar.

Aku tersenyum kaku lalu bertanya, "Kamu punya mantan?"

Ha? Aku langsung melotot kaget, rasanya aku ingin menyumpal mulutku sendiri yang seenak jidat berkata seperti itu. See? Bahkan setelah aku bertanya seperti itupun dia masih tetap menyuguhkan wajah datarnya.

"Punya," jawabnya dingin tanpa ekspresi. Untunglah cowok yang ada di sampingku ini batu berjalan, jadi aku tidak perlu takut jika cowok itu meledekku.

"Berapa?"

"Dua."

What? Tidak mungkin. Temanku bernama Firman Ramadhan pernah berkata kalau cowok yang mengaku punya mantan kurang dari lima itu adalah kebohongan besar. DUSTA!

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang