Di pagi hari, seorang lelaki tua berambut hitam panjang mengunjungi sebuah pemakaman. Di pemakaman itu, tampak lelaki paruh baya tersebut meletakkan karangan bunga dan berdoa di depan dua makam tersebut. Tak lupa, Ia memberikan senyuman lembut dan menyapa orang-orang yang terkubur di dalamnya.
"Selamat pagi, Jenderal Yuan. Untukmu juga, Panglima Zhang He." Sapanya. "Tak terasa Xiahou Ba sudah besar sekarang. Dia sudah punya teman baru, bahkan sudah punya keluarga di Negeri Shu. Aku harap Jenderal Yuan tak marah setelah usahaku membesarkannya. Tapi tak usah khawatir tentangku karena keluarga Sima juga menerimaku dengan baik. Semoga Jenderal Yuan menari bersama Panglima Zhang He tanpa sakit punggung disana."
Lelaki paruh baya itu menitikkan air matanya. Bukan karena kesedihan, namun penyesalan mendalam ketika dirinya tak mampu menyelamatkan salah satu dari mereka. Namun Ia menghapus air mata itu seketika mengalir, mencoba untuk merelakan kepergian mereka yang cukup cepat baginya.
Isak tangis itu terhenti ketika Ia merasakan kehadiran seseorang di sekitarnya. Ditolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, namun tak seorangpun ada disana. Bulu kuduknya berdiri seiring perasaan waswas memuncak. Seseorang telah mengawasinya. Menghela napas panjang, lelaki paruh baya tersebut meninggalkan pemakaman menuju rumahnya yang tak jauh dari sana.
Sesampainya di rumah, lelaki tua itu pergi ke dapur untuk menyeduh teh. Menghirup wewangian tumbuhan yang diseduh bersama teh, sekilas tampak sesosok bayangan yang melihatnya dari jendela.
"Aku tahu kau disana, Zuo Ci." Kata lelaki tua tersebut sambil membawa nampan dengan teko berisi teh herbal dan dua cangkir keramik kecil, lalu meletakkannya di atas meja di ruang tengah.
Tak lama kemudian, bel pintu berdering. Sang lelaki paruh baya itu berjalan menuju pintu depan dan membuka pintu. Seorang lelaki tua dengan tanda melingkar di mata kanannya yang diakui sebagai Zuo Ci berdiri di hadapannya.
"Maaf atas kelancanganku tadi, Tuan. Bolehkah saya masuk?" tanya Zuo Ci.
"Tak usah terlalu sopan. Panggil saja Guo Huai." Jawab lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Guo Huai, mempersilakan Zuo Ci untuk masuk ke dalam rumahnya.
Mereka berdua pun masuk menuju ruang tengah dan duduk untuk minum teh bersama-sama.
"Jadi, kenapa kau menguntitku sejak tadi?" Tanya Guo Huai dengan datar sambil menyeruput tehnya.
"Aku melihat banyak perubahan yang terjadi sejak aku memihak pada Shu." Kata Zuo Ci. "Semua usahaku melindungi Yang Mulia Liu Bei, sia-sia sejak Liu Shan memimpin. Korupsi merajalela, rakyat kelaparan, bahkan Jiang Wei tak berhenti berteriak KEBAJIKAN sambil menghabiskan seluruh inventaris keuangan."
"Aku bisa menebak kau sedang putus asa-OHOK,OHOK,OHOK!" Guo Huai batuk dengan keras hingga mengeluarkan darah di sapu tangannya.
"Melihat kerasnya sakitmu, kau benar." Zuo Ci menghela napas panjang. "Aku tak bisa mencari sosok pemuda yang bisa jadi pahlawan untuk Shu. Bahkan orang-orang Wei pindah ke Shu, aku tak bisa bedakan mana yang harus kubantu."
Tak lama kemudian, Zuo Ci merasakan sakit perut yang luar biasa. Ia bergegas mengeluarkan semua barang yang tersimpan di sabuknya dan bertanya, "Bolehkah aku pinjam toiletnya?"
"Terus saja ke belakang..." jawab Guo Huai sembari menunjuk ke belakang, tenpat Zuo Ci segera mengambil langkah seribu.
Batuk yang berdarah itu masih tak berhenti. Dicobanya untuk berdiri, namun sakit yang luar biasa menyerang dadanya hingga sesak dan jatuh dengan semua barang yang tadi diletakkan di atas meja jatuh ke lantai. Guo Huai merangkak pelan dengan mata yang menyusuri setiap bagian lantai kayu untuk mencari sapu tangannya yang ikut terjatuh, namun tangannya tak sengaja menyenggol sebuah gulungan kertas hingga terulur seluruh isinya. Darah yang menetes dari mulutnya jatuh tepat di atas kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract of Redemption
FanfictionZuo Ci menguntit Guo Huai, seorang panglima Wei yang masih hidup akibat penyesalan terbesarnya. Masalah semakin besar ketika Guo Huai tak sengaja menandatangani kontrak sebagai "Prajurit Kegelapan" dengan menjual jiwanya pada iblis. Bagaimanakah Zuo...