Hari-hari telah berlalu. Guo Uai dan Sima Zhao telah tiba di istana dengan Zuo Ci yang terus memantau keadaan mereka dengan menjelma sebagai burung bangau putih. Sesampainya mereka di istana, Sima Zhao menceritakan pengalamannya pada sang istri tentang seorang pria misterius yang menyelamatkan hidupnya. Tak ada yang tahu bahwa sosok pemuda yang dikenal sebagai Prajurit Kegelapan itu sebenarnya adalah lelaki berusia 60 tahun yang penyakitan dan terbaring lemah di kamar istana.
Tak lama kemudian, Sima Zhao datang menghampirinya di dalam kamar dan duduk di samping tempat tidurnya.
"Orang suruhanmu itu hebat juga. Apa aku bisa menemuinya lagi di acara makan malam nanti?" Tanya Sima Zhao pada Guo Huai. "Kau tahu, aku ingin berterima kasih padanya secara langsung. Tuan Guo Huai harus ikut mengenalkannya pada yang lain."
"OHIK, OHOK, OHOK!"
Mendengar pertanyaan itu, Guo Huai tercekat hingga duduk di tempat tidurnya. Prajurit Kegelapan dan dirinya tak mungkin hadir di satu ruangan secara bersamaan.
"Astaga, Anda baik-baik saja?" Sima Zhao memegangi tubuh Guo Huai yang beranjak duduk. "Kurasa kondisimu tak memungkinkan untuk ikut makan malam bersama kami. Aku bisa menundanya jika Tuan tidak keberatan."
Guo Huai kembali melihat bayang-bayang hitam di sudut kamarnya dan sesosok lelaki bermata merah di sudut lainnya menatapnya nanar di sela pembicaraannya bersama Sima Zhao.
"Tidak, jangan tunda acara makan malamnya." Kata Guo Huai masih memperhatikan bayang-bayang lelaki yang berdiri di sudut kamarnya itu. "Kalian bisa melaksanakannya tanpa aku."
"Anda yakin, Tuan?" Sima Zhao mengedipkan matanya cepat. "Kalau begitu, jika Anda bertemu Prajurit Kegelapan tolong sampaikan undanganku padanya."
"Tapi bagaimana jika Prajurit Kegelapan tidak mau?" Kata Guo Huai sambil terus melihat ke sudut kamarnya.
"Ini undangan dari Kaisar Wen dari Jin. Aku memaksa." Sima Zhao memajukan bibirnya. "Kalau begitu, aku akan tidur sebentar. Aku harus dalam keadaan segar untuk menyambutnya nanti."
Sima Zhao beranjak dari ranjah, melangkah meninggalkan Guo Huai. Ia kemudian berdiri di ambang pintu, membalikkan badannya dan berkata, "Jika ada malaikat pencabut nyawa disana, jangan datangi dia dahulu. Aku masih membutuhkanmu disini."
Ucapan itu membuat Guo Huai semakin takut dan menggulung dirinya di dalam selimut. Ia tahu bahwa maut akan menjemputnya, namun ucapan itu semakin membawanya terjun ke dalam jurang mimpi buruk yang dalam.
Sementara itu...
Jiang Wei menemukan tendanya hancur sepulangnya dari Xuchang. Ia kemudian memanggil Xiahou Ba untuk melaporkan kejadiannya.
"Xiahou Ba, analisis!" sahut Jiang Wei pada Xiahou Ba.
"Absolutely haram, Syekh." jawab Xiahou Ba.
Sejurus kemudian, Jiang Wei memukul kepala Xiahou Ba dengan tombak bermata dua miliknya.
"Aduh, maaf! Ampun!" Xiahou Ba meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya kesakitan.
"Ini bukan waktunya membuat lelucon. Seharusnya rencanaku bisa berhasil. Apa yang terjadi?" Tanya Jiang Wei pada Xiahou Ba sebelum Xiahou Ba kemudian menceritakan tentang pertemuannya pada satu lelaki misterius yang membunuh seluruh pasukan penjaga sendirian dan membiarkannya hidup.
"Kau dibiarkan hidup?" Jiang Wei manggut-manggut. "Apa kau tahu siapa orang ini?"
"Aku dengar dia menyebut dirinya Prajurit Kegelapan, dan dari matanya ketika melihatku...dia ketakutan." Jelas Xiahou Ba. "Dia menyebut namaku dengan jelas, seakan pernah mengenalku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract of Redemption
FanfictionZuo Ci menguntit Guo Huai, seorang panglima Wei yang masih hidup akibat penyesalan terbesarnya. Masalah semakin besar ketika Guo Huai tak sengaja menandatangani kontrak sebagai "Prajurit Kegelapan" dengan menjual jiwanya pada iblis. Bagaimanakah Zuo...