Belum lama berselang dari akhir sebuah perang, seekor burung kuntul besar terbang mengikuti pergerakan Guo Huai dan Xiahou Ba yang sedang berkuda menuju kedai teh.
"Burung itu masih disini?" Xiahou Ba menunjuk burung tersebut.
"Itu Zuo Ci." Jawab Guo Huai. "Aku akan menceritakan semuanya sambil jalan."
"Tapi, aku sudah melihat semuanya. Paman menandatangani kontrak menjadi Prajurit Kegelapan seperti Jiang Wei."
"Aku belum menceritakan bahwa itu semua-uhuk,uhuk, tidak dilakukan dengan sengaja."
Xiahou Ba mengalihkan pandangannya pada Guo Huai sambil mengernyitkan dahinya, ingin mendengar cerita yang dimaksud lelaki paruh baya tersebut sebelum menceritakan kisah dari sudut pandangnya untuk menghabiskan waktu mereka di perjalanan. Tak terasa, mereka sudah sampai di sebuah kedai teh sederhana beratapkan bambu dan rumbia. Mereka berdua turun dari kuda dan menemukan Zuo Ci telah menunggu di pintu masuknya.
"Aku sempat ragu soal dirimu, tapi aku harus berterima kasih karena mau membantuku menyelamatkan masa depan negeri ini." Kata Zuo Ci. "Sesuai kontrak, kau bisa memilih untuk berhenti kapanpun kau mau."
"Paman mau berhenti?" Kata Xiahou Ba sambil menatap Guo Huai dalam-dalam. Memberikan rasa sangsi ke dalam dirinya.
"HATSYI!" Guo Huai bersin dengan spontan ke wajah Xiahou Ba. "M-maaf..."
"Jadi, apa keputusanmu?" Kata Zuo Ci.
"Sejujurnya, aku tidak tahu akan melakukan apa setelah negeri ini mendapatkan kedamaian." Guo Huai menatap Xiahou Ba, menilik kembali masa-masa sulit yang dihadapinya karena sebuah kontrak yang mengikatnya dalam mimpi buruk sekaligus membuatnya berdamai dengan masa lalunya. Lelaki paruh baya itu telah mendapatkan keinginannya, namun melihat kondisinya sekarang, Ia khawatir jika sudah terlambat baginya untuk menjalani hidup sebagaimana rakyat yang bersahaja. Memejamkan mata cukup lama, Guo Huai akhirnya meneguhkan hatinya dan membuat keputusan.
"Aku akan mewariskannya pada Xiahou Ba." Jawabnya.
"Serius?" Kedua mata Xiahou Ba terbelalak tak percaya. "Paman, a-aku tak yakin bisa memegang tanggung jawab sebesar ini. Aku terlalu banyak bersalah untuk menjadi Prajurit Cahaya."
"Aku telah menyelamatkan hari ini, tapi perang akan kembali berkobar saat aku tiada—uhuk!" Kata Guo Huai. "Kau masih punya waktu untuk menebus dosamu."
"Paman, ini terlalu cepat. Aku tidak tahu bagaimana..."
"Shush." Guo Huai meletakkan telunjuknya di bibir Xiahou Ba, menyuruhnya diam. Kemudian, dirangkulnya bahu Xiahou Ba sembari menunjuk langit yang biru, tanpa awan dan badai. "Kau lihat langit disana?"
"Ya?"
"Kau tak melihat awan sedikitpun?"
"Ya...tapi kenapa aku harus menatap langit ini?" Xiahou Ba mulai kesal.
"Ayahmu tak peduli kau pernah berbuat apa di masa lalumu. Kau tetaplah putra dari Jenderal Xiahou Yuan, dan langit yang cerah ini takkan bertahan lama." Tutur Guo Huai. "Jika rakyat mengejekmu karena jejakmu di masa lalu, kebaikanmu kepada mereka akan menghapus dosamu. Dan sesama pendosa, tak berhak untuk saling menghakimi."
"Bagaimana jika mereka masih marah padaku?" Tanya Xiahou Ba.
"Tidak ada rakyat yang marah karena sebuah kebaikan. Hanya wakil rakyat yang membisikkan kejahatan pada mereka. Sebagaimana tidak ada murid yang payah, hanya guru yang tak sabar dan tidak bertanggung jawab mendidiknya."
Xiahou Ba menunduk. Sekali lagi, pemikiran Guo Huai benar. Yang dia butuhkan untuk sekarang adalah bertahan hidup selama mungkin sebagai penerus klan Xiahou yang terakhir. Meneruskan perjuangan Prajurit Cahaya bukan hal mudah, namun berjuang hingga akhir itu tantangan terbesarnya. Ia mengangguk pelan, tanda paham. Tapi Zuo Ci menanggapinya sebagai tanda setuju.
"Bagus. Xiahou Ba sudah setuju. Jadi, kau mau pergi sekarang?" Kata Zuo Ci.
"Aku harus pergi. Aku harap bisa memiliki lebih banyak waktu denganmu. Pergilah dan selamatkan negeri ini." Guo Huai menyerahkan pisau belati yang telah menyelamatkan hidupnya kepada Xiahou Ba, lalu pergi menghampiri Zuo Ci dan memegang tanganya. Mereka berdua kemudian terbang tinggi ke angkasa.
"Sebentar, Paman. Aku masih belum paham! Paman mau kemana?" Xiahou Ba berlari mengejar mereka dengan terengah-engah.
"Aku akan menyusul ayahmu, Xiahou Ba! Jadilah anak yang baik!" Guo Huai terus terbang jauh ke angkasa bersama Zuo Ci. Terbang menuju sorotan cahaya misterius di langit itu. Terus terbang, hingga tak nampak lagi batang hidungnya. Sorotan cahaya itupun perlahan memudar, kembali memberikan pemandangan langit biru. Guo Huai telah berdamai dengan kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract of Redemption
FanfictionZuo Ci menguntit Guo Huai, seorang panglima Wei yang masih hidup akibat penyesalan terbesarnya. Masalah semakin besar ketika Guo Huai tak sengaja menandatangani kontrak sebagai "Prajurit Kegelapan" dengan menjual jiwanya pada iblis. Bagaimanakah Zuo...