Part 3

1K 78 16
                                    

Rico memandangi Mario yang terlelap. Ia bahagia sekali hari ini.

Putranya menggenggam boneka gajah hasil permainannya tadi berlomba pacu kuda.
Mario berteriak-teriak menyemangatinya. Ia sampai ge er.

Mario polos dan lucu sekali. Anaknya itu melompat-lompat kegirangan saat ia memenangkan permainan dan mendapatkan boneka gajah.

Rico keluar dari mobil dan memutari body mobilnya. Dibukanya pintu tempat Mario terlelap. Digendongnya dengan hati-hati. Kemudian menutup pintu dan mengaktifkan alarm.

Ia sengaja meminjam mobil ayahnya karena ingin membawa Mario bersenang-senang sampai malam. Kalau mengendarai motor, ia khawatir putranya masuk angin karena tak terbiasa.

Ah... Erika...

Mendadak bermain di pelupuk matanya pertemuan pertamanya dengan gadis cantik itu di diskotek, yang berakhir dengan ia mengantarnya pulang.

Kata-kata gadis itu yang sama sekali tak mempermasalahkan soal kendaraan apa yang akan membawanya ke rumah. Bahkan jika harus naik gerobak. Rico tersenyum mengenang semuanya itu.

Dipandanginya Mario yang ada dalam gendongannya.
Bibir dan hidungnya mirip sekali dengan Erika. Apalagi tingkahnya kalau sedang jahil.

Hanya matanya saja yang mirip dengannya. Coklat bening. Rico mencium pipi Mario penuh sayang.

"Ayah sayang sekali sama kamu.. " bisiknya.

Pintu lift terbuka. Rico keluar dan melangkahkan kakinya menuju apartemennya.
Ia mengetuk pintu karena saat membuka handle-nya nampak terkunci.

"Assalamu'alaikum.. " ucapnya pada Thania dengan senyum manis.

Mata Thania membelalak. Suaminya membawa Mario ke rumah? Astaghfirullahaladziim... Erick pasti marah sekali.

"Kenapa kamu kaget begitu? " tanya Rico sambil tertawa usai mendengar istrinya menjawab salam.

"Chef Erick nyariin Mario, Mas...dari tadi nelponin aku terus... "

Tawa Rico makin berderai. Thania melihat suaminya menidurkan Mario di ranjang mereka.

"Mas, ayo kita bawa Mario pulang... "

"Nggak! Erick sudah kertelaluan! "

"Ya tapi ini urusannya bisa sampai ke polisi... Mas bisa dituduh terlibat penculikan anak! "

"Ah, masa mengajak anak sendiri main dianggap menculik, sih? "

"Mas..."

"Nggak, Thania! "

Thania menahan napas. Mata suaminya menatap tajam sekali padanya.

"Dua bulan...dua bulan Erick melarangku menemui darah dagingku sendiri... Cukup! Aku nggak akan biarkan dia misahin aku lagi dari Mario.. "

"Astaghfirullahaladziim, Mas... Please... Mario harus pulang. Aku nggak mau.. "

"Thania!!"

Thania terhenyak. Jantungnya menggemuruh. Ia belum pernah melihat Rico membentaknya sekeras ini..

Ingatannya akan kekasaran suami pertamanya mendadak bergulir membuatnya lemah.

Rico menahan napas. Ia berjalan mendekati istrinya, memeluk hangat.

"Maafkan aku... Aku sama sekali nggak bermaksud membentakmu, Nia... "

Thania menghela napas panjang berusaha menerima permintaan maaf suaminya.

"Kenapa kamu selalu membela Erick terus... Mario itu anakku... Aku nggak bisa kalau nggak ketemu dia... Aku... Aku bisa gila..." ucap Rico sedih. Suaranya bergetar.

Damn, It's Hurt! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang