Part 2

1.2K 80 12
                                    

Erick terkejut melihat siapa yang datang. Keningnya berkerut.
Rico mendatanginya di cafe DC Jatiwatingin. Tidak bisanya...

“Ada apa, Rico..? Tumben menemuiku di sini?“ tanyanya. 

Rico hanya tersenyum.

“Ada masalah, kah?“ tanya Erick hati-hati.

Rico menghela napas panjang. “Hm.. Aku mau nanya, Chef... Mbak Sarah apakah kurang berkenan ya, kalau aku membelikan barang-barang untuk Mario?“

Erick menahan napas. Wajahnya berubah sedikit tegang.

“Setiap aku belikan barang buat Mario, besoknya pasti Thalia dan Raiqa juga dapat barang yang mirip. Ada apa, ya? Apa... Hm... “

“Bukan Sarah... Tapi aku... “ suara Erick terdengar tegas dan serius.

Rico termangu.

“Ternyata butuh waktu yang lama juga ya untuk membuatmu paham. “ ucap Erick dengan senyum masam.

Rico menahan napas.

Chef kurang suka aku belikan barang untuk anakku? “

“Nasab Mario sudah terputus denganmu, Rico. Dia anakku sekarang." sahut Erick segera.

Rico terhenyak. Dadanya menggemuruh...

"Secara hukum Islam memang terputus, Chef! Tapi secara genetik? Mario itu darah dagingku!" jawab Rico tegas.

Ia sungguh terkejut dengan perkataan Erick barusan. Ada apa dengan laki-laki di hadapannya ini..?

Erick nampak termangu, lalu tersenyum masam.

"Ada apa sebenarnya, Chef?" Sekali lagi Rico bertanya dengan gelisah.

"Tiga bulan yang lalu, aku kecewa berat terlambat memberikan hadiah sepeda saat Mario ulang tahun. Lalu jam tangan? Damn! Itu jadi barang favoritnya Mario sekarang!“ ucap Erick gemas karena tak rela merasa tersaingi.

Rico mengejangkan rahangnya.

“Aku... Hm, Mario itu mungkin memang anakmu, tapi sekarang dia anakku. Aku nggak suka kalau dia lebih memuja pria lain selain aku. Dia anakku sekarang.“

Rico berusaha meredam emosi.

“Kamu... Sudah punya dua putri yang cantik. Masih bisa kalau mau nambah anak lagi. Tapi aku dan Sarah... Kami hanya punya Mario. Jadi please... Menjauhlah... Mario adalah anakku. Kamu nggak usah khawatir. Mario akan bahagia bersama kami.“

Rico marah sekali. Ia segera berdiri pergi dengan membawa sakit hati.

Sama sekali ia tak menduga, Erick yang begitu ia hormati mampu berbuat seperti ini. Berusaha menjauhkan dirinya dari putranya.

Putra yang sejak lahir tak tahu siapa ayahnya, tak pernah merasakan kasih sayang  ayahnya. Dadanya membara...

*****

Resign?“

Rico mengangguk.

“Mas... Tolong jangan buru-buru gitu ambil keputusan. Kalau ngulang dari bawah lagi kan sayang, Mas... Mas kan posisinya sekarang udah enak. Udah jadi orang kepercayaan Chef Erick, nggak full di pantry lagi. Fee nya juga bagus. Please... “

“Dia jahat banget sama aku, Nia!“

Thania menghela napas panjang, “Tapi aku bisa paham sama perasaan Chef Erick, Mas.“

Rico menoleh. Thania menahan napas.
Tatapan Rico tajam sekali, ia tertunduk sejenak, kemudian berusaha menatap suaminya lembut.

“Wajar kalo Chef Erick minta Mas menjauhi Mario... Mas begitu perhatian sama Mario, pastinya Chef Erick merasa tersaingi.“

Damn, It's Hurt! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang